The Movie Soundtrack (is) Dead?

Oleh: welly - 05 Oct 2009

Photobucket

Ketika pertanyaan “soundtrack film favorit” diajukan pada anda, mungkin saja jawabannya tidak akan jauh-jauh dari track “My Heart Will Go On” milik Celine Dion yang menghiasi film “Titanic”, ataupun “Leaving On A Jet Plane” yang begitu syahdu dinyanyikan oleh Chantal Kreviazuk untuk film “Armageddon”. Sesudahnya? Begitu banyak film bagus yang soundtracknya bahkan terlupakan atau tidak terlacak. Untuk beberapa generasi yang masih “fresh”, kompilasi soundtrack yang menghiasi film “Twilight” bisa jadi masih menjadi perhatian. Entah itu adegan ketika keluarga Cullen sedang bermain Baseball dan “Supermassive Black Hole” dari Muse mengalun sepanjang adegan ini. Selebihnya? Sepertinya mereka lebih hapal soundtrack dari serial Boys Before Flowers dan serial asia lainnya.

Tentu saja hal ini tidak berlangsung secara sepihak. Masih banyak movie-goers yang hapal dan merindukan adegan dalam sebuah lewat momentum soundtrack yang mengiringinya. Kepopuleran soundtrack sebuah film bisa jadi menjadi aset marketing yang layak diperhatikan. Bahkan tidak jarang pula penjualan sebuah album soundtrack melebihi popularitas film itu sendiri. Tapi ini cerita beberapa tahun yang lalu, sekarang kondisinya sedikit berbeda. Beberapa film blockbuster bahkan tidak bisa mempertahankan sebuah soundtrack yang memorable, yang bisa jadi masuk kategori klasik nantinya.

Salah satu moment yang paling diingat dalam sejarah industri soundtrack film adalah ketika track “Up Where We Belong” yang dinyanyikan oleh Joe Cocker dan Jennifer Warnes dirilis dan menghiasi film ”An Officer and a Gentleman” di tahun 1982. Tidak ada yang menyangka bahwa lagu ini mampu menembus dan menjadi jawara di chart Billboard plus memenangkan piala Oscar untuk soundtrack film terbaik. Dari sinilah perjalanan sebuah soundtrack film dimulai dan bisa bersanding dengan filmnya sendiri.

Mungkin saja banyak yang lupa akan lagu ”Take My Breath Away” milik Berlin ataupun “Eye of the Tiger” dari Survivor (lagu-lagu ini sudah termasuk kategori sangat lawas!), tapi inilah iringan lagu yang membuat sebuah soundtrack mampu menjadi ”kue” yang siap disantap dalam bisnis mainstream. Soundtrack dari film ”Top Gun” dan ”Rocky” tersebut menjadi pembuka jalan bahwa sebuah soundtrack film bisa juga menjadi bagian dari industri pop. Dari periode tahun 80-an, soundtrack dari film ”Dirty Dancing” lah yang menjadi pusat perhatian. "(I've Had) The Time of My Life" yang dinyanyikan oleh Bill Medley dan Jennifer Warnes mencatat rekor penjualan terbanyak untuk sebuah soundtrack film serta merajai chart lagu di Inggris.

Photobucket

Proses naik turun selalu terjadi didalam industri apapun. Termasuk industri soundtrack film. Sebuah soundtrack menjadi sesuatu hal yang serius digarap karena bisa menambah pundi-pundi uang ataupun sarana marketing yang ampuh untuk sebuah film. Masa-masa jaya dari industri ini adalah ketika soundtrack film ”The Bodyguard” yang dibintangi dan dinyanyikan oleh Whitney Houston bisa terjual hinggal 16 juta kopi! Sedikit lagi bisa menyamai penjualan tiket filmnya. Begitu pula dengan soundtrack film ”Purple Rain” yang dibawakan oleh Prince mampu mencetak angka penjualan 10 juta kopi. Walaupun filmnya sendiri tidak begitu hit, tapi ”wabah” yang disebarkan lewat soundtrack film ini begitu terasa. Tahun 90-an merupakan tahun dimana anda bisa mendengarkan dan melihat bagaimana lagu ”Everything I Do (I Do It For You)” dari Bryan Adams menjadi hits dan meraja lela sampai kemana-mana.

Lantas apa yang terjadi pada soundtrack film saat ini? Kenapa sedikit sekali yang mampu menjual jutaan keping dan menjadi single yang sangat klasik? Okelah, perolehan yang cukup signifikan diraih oleh tiga film yang diproduksi oleh Disney, yaitu ”Hannah Montana”, ”High School Musical”, dan juga ”Camp Rock”. Disini nama Miley Cyrus, Vanessa Hudgens, The Jonas Brother pantas menjadi line up dan membuat penjualan albumnya meroket. Popularitas mereka pun semakin hari semakin bagus. Begitu pula dengan soundtrack film ”Mamma Mia”! yang mengcover lagu-lagu milik ABBA. Album soundtrack ini hanya mampu terjual tidak lebih dari 2 juta kopi. Bandingkan dengan penjualan soundtrack film ”Space Jam” yang bisa menembus angka 4 juta kopi dari satu hit single. Siapa yang bisa melupakan lagu ”I Believe I Can Fly” dari R. Kelly?

Ada banyak soundtrack film yang hanya menjadi radio airplay saja. Sebut saja “One Thing” milik Amerie yang jadi soundtrack film “Hitch”. Atau lagu “Love Song” milik band 311 yang menghiasi film “50 First Date”, plus “Just Because” yang menjadi soundtrack film S.W.A.T. Single-single ini menjadi hits sesaat dan setelah itu terlupakan. Okelah ada beberapa full album soundtrack yang secara kualitas bisa diacungi jempol. Soundtrack film “Juno” ataupun “Once” misalnya. Semua kritikus menyebut kedua album ini merupakan album yang sangat layak dikoleksi. Tetapi apa yang terjadi? Bahkan anda mungkin tidak mengetahui lagu ”Falling Slowly” yang dinyanyikan oleh Glenn Hansard dan Marketa Irglova untuk film ”Once” dan mencatat penghargaan dimana-mana.

Rasanya bumerang untuk kedua genre film blockbuster dan film kelas festival menjadi salah satu hal penentu juga. Kedua film diatas merupakan rekomendasi dari berbagai festival film yang ada diseluruh dunia. Soundtracknya pun bisa dikatakan masuk nominasi piala Oscar. Silahkan bandingkan dengan soundtrack film yang ”mengkompilasi” banyak track hit dan single dahsyat didalamnya. Seperti soundtrack film ”Spiderman-2” yang membuat nama Dashboard Confesionnal dibicarakan dimana-mana. Toh penjualannya tetap mentok di 500 ribu keping. Kompilasi dahsyat yang paling wah mungkin disajikan lewat album soundtrack film ”Transformer-2” dan menjadikan Linkin Park menjadi highlight mereka. Tapi sepertinya tidak ada yang terlalu peduli dengan lagu-lagu ini, karena momen dan chemistry antara film dan soundtrack tidak terlalu ”konek” satu sama lain.

Padahal makna dari sebuah soundtrack film adalah sebuah lagu yang bisa mewakili adegan dalam film, baik itu dari aspek emosi maupun aspek marketing dari sebuah film. Hal ini yang rasanya agak hilang dan dirindukan oleh movie-goers ataupun pencinta lagu lainnya. Toh kita tidak akan menyanyikan "Jai Ho!" milik A. R. Rahman terus menerus kan? (iQko / CreativeDisc Contributors)

welly
More from Creative Disc