Pentatonix Hadirkan Musik Mulut Yang Luar Biasa!

Oleh: welly - 06 Jun 2015

Who doesn't know Pentatonix? Grup acappella beranggotakan 5 orang ini telah memiliki lebih dari 8 juta subscriber di channel Youtube mereka. Jebolan "Sing-Off" tahun 2011 ini memang piawai memainkan instrumen mulut dan menghasilkan harmonisasi yang luar biasa.

But for me, I never was a big fan of them, until that night. Saya menyukai a-capella, namun saya tidak pernah benar-benar menyimak musik dan lagu-lagu yang mereka bawakan. Naturally 7, Legaci, Straight No Chaser adalah beberapa nama yang masuk dalam katalog saya. Tapi setelah melihat mereka secara langsung, kecintaan saya kepada Pentatonix menjadi semakin besar.

Kirstie, Avi, Mitch, Kevin dan Scott berhasil menggugah saya dengan penampilan mereka yang fantastik. Kemampuan vokal, komposisi lagu, harmonisasi, aransemen, semuanya mengagumkan. Apa yang tidak kita suka dari mereka? Bahkan saat mengerjakan tulisan ini pun, saya masih terbuai dengan kehebatan olah vokal mereka.

Pentatonix membuka konser keduanya di Jakarta dengan “Problem” milik Ariana Grande, saya langsung dibuat terperangah. Beat perkusi yang dibuat oleh Kevin dan bass dari Avi sebagai latarnya, dipadu dengan harmonisasi Scott, Mitch, dan Kirstie, membuat saya turut menghentakkan kaki mengikuti irama. Kekaguman saya berlanjut dan terus bertahan dengan pilihan lagu hits yang dibawakan yang cukup menarik perhatian. “Rather Be” (Clean Bandit feat. Jess Glynne), “La La Latch” (Naughty Boy & Sam Smith) , “Four Five Seconds” (Rihanna & Kanye West), serta medley lagu-lagu milik Daft Punk mampu membuat penonton (termasuk saya) turut bernyanyi. Dan 2 medley yang membuat saya menganga (dalam hati), “the Evolution of Beyonce”, dimana mereka membawakan medley lagu-lagu milik Destiny’s Child & Beyonce, serta “the Evolution of Music”, yang merupakan medley lagu-lagu yang populer di 5 abad yang berbeda, dimulai dari “Salve Regina” dari abad ke 11 dan ditutup oleh “Call Me Maybe” milik Carly Rae Jepsen dari abad 21. F-A-N-T-A-S-T-I-C!

Beberapa highlight moments pun jadi acungan jempol dari penampilan malam itu, bukan hanya dari kemampuan olah vokal mereka saja. Aksi panggung serta beberapa gimmick yang dilakukan pun menambah semarak panggung Pentatonix yang hanya diisi oleh kelima personil tersebut tanpa band pengiring, hanya ditemani oleh lighting pendukung. Penampilan solo cello dari Kevin salah satunya. Yang mengesankan? Kevin memainkan cello-nya sambil ber-beatbox ria! Penampilan yang tidak mudah dan jarang kita disaksikan. Pentatonix pun tidak lupa memanjakan penggemarnya, khususnya perempuan, dengan mengajak salah seorang penonton yang beruntung ke atas panggung untuk dibuai dengan lagu seksi milik Marvin Gaye, “Let’s Get It On”, dan berhasil membuat iri para perempuan seantero Tennis Indoor. Dan terakhir, momen paling juara yang membuat saya menyematkan label “fans” pada diri saya, yaitu saat mereka membawakan lagu asli ciptaan mereka “Standing By”, serta lagu “That’s Christmas To Me” sebagai encore. “Standing By” yang mengedepankan Avi sebagai vokal utama, dengan aransemen berbau gospel nan megah, serta vokal baritone - bass Avi yang melantun di sepanjang lagu, menambah suasana syahdu dan uplifting. “That’s Christmas To Me” sebagai encore pun tak kalah menyita perhatian saya, karena dibawakan tanpa menggunakan mic. Kemampuan vokal masing-masing personil nya pun terpapar dengan jelas. Avi dan Kevin pun turut bernyanyi sepanjang lagu, tanpa diimbuhi hingar bingar beatbox Kevin ataupun latar bass dari Avi.

Tercengang, puas, gembira. Perasaan yang muncul setelah keluar dari Tennis Indoor. Pentatonix menyuguhkan penampilan yang luar biasa. Salut!

Photo by @mrbudisusanto

Rendy

CreativeDisc Contributor

@RendyNdoo

welly
More from Creative Disc