Album of the Day: The Weeknd - Beauty Behind The Madness

Oleh: admincd - 23 Sep 2015

Released by: Universal Music Indonesia

Dengan mega sukses 'Can't Feel My Face', jelas nama The Weeknd, melesat ke puncak popularitas. Single pop-dance tersebut memang adiktif, dengan ketukan drum yang menggoda dan melodi radio frendly serta hook yang kuat pada chorus. Tidak sia-sia penyanyi berusia 25 tahun asal Kanada yang bernama asli Abel Tesfaye ini mengajak nama-nama besar di ranah pop, Max Martin, Ali Payami Peter Svensson, dan Savan Kotecha untuk membantunya di track ini.

Godaan bagi The Weeknd untuk membaur di ranah pop sebenarnya sudah terindikasi saat ia sukses membantu Ariana Grande di single 'Love Me Harder' atau menghadirkan orkestrasi megah dalam balada 'Earned It' untuk film hits "Fifty Shades of Grey". Oleh karenanya tidak heran jika kecurigaan akan album keduanya, "Beauty Behind The Madness" akan menjadi sebuah album pop Top 40 pun menjadi besar. Dan album ini memang sukses besar, mengukuhkan nama The Weeknd sebagai sosok terkemuka di industri musik saat ini.

Padahal dulu ia dikenal berkat materinya yang gelap, terkadang brutal pula, sebagaimana yang disampaikannya dalam album debut major labelnya, "Kiss Land" di tahun 2013. Vokal The Weeknd memang terdengar manis dan lembut mengalun, namun ia mengusung tema-tema yang kerap tidak manis atau lembut. Inilah yang membuatnya namanya berkibar di sebagian kecil penikmat musik, jika tidak mau disebut pendengar mainstream.

Sebelum ia bergabung dengan label besar, The Weeknd merilis sebuah mixtape berjudul "Trilogy" yang mendapat ulasan yang tak kalah positifnya, dan memprediksi dirinya sebagai penyanyi RnB yang bergerak di jalur alternatif dan menampilkan warna musikalitas yang cukup berbeda dengan banyak penyanyi bergenre sejenis yang banyak beredar saat ini. Misterius, gelap, serta kental dengan infusi sub-genre lain seperti electronica, post-punk atau shoegaze.

Nah, dengan kesuksesan 'Can't Feel My Face', apakah ia akan mengulang formula yang sama untuk mengisi "Beauty Behind The Madness"? Jawabannya ya dan tidak. Ya, karena album ini memang terdengar lebih "cerah" dibandingkan album The Weeknd sebelumnya. Tidak, karena ternyata The Weeknd berniat untuk memperkenalkan sosok dirinya kepada khalayak yang lebih luas dengan tetap memakai gaya bermusiknya dulu.

Untuk mengakomodir jawaban pertanyaan tadi, The Weeknd tampaknya membagi "Beauty Behind The Madness" dalam dua bagian. Bagian pertama adalah apa yang menjadi jati diri sebelumnya dan bagian kedua adalah upaya untuk mendekatkan diri ke sisi pendengar yang kini memerhatikan dirinya.

Kolaborator The Weeknd dari album sebelumnya, seperti Jason "DaHeala" Quenneville, Carlo "Illangelo" Montagnese dan Danny Boy Styles, yang hadir untuk membantu, tetap menghadirkan aura The Weeknd dengan penuh. Maka kita simak saja track gelap yang intens seperti 'The Hills' yang memamerkan versatilitas The Weeknd dalam menghadirkan notasi yang meloncat-loncat dari intens ke lembut dengan mulus.

Ambient dan trippy dikeluarkan dengan masif dalam track seperti 'Acquainted', yang membuat lagunya terdengar seperti anthem trip-hop ketimbang RnB berbau hip-hop. Mirip seperti Lana Del Rey di zaman "Born To Die", yang memanfaatkan hip-hop dan bubblegum-pop menjadi nomor atmosferik. Fakta jika The Weeknd mengajak Del Rey untuk membantunya di album ini akan kita bahas sebentar lagi.

Yang pasti, ia memang mengandalkan pendekatan yang setipe dalam lagu-lagunya, meski Kanye West hadir membantu dalam track "Tell Your Friends" atau Labrinth dalam 'Losers'. Track-track dalam "bagian pertama" dari album ini bisa ditarik dalam benang merah yang sama, mengawang, penuh ambient, gelap.

Selanjutnya tentu ada 'Can't Feel My Face' yang ultra-catchy tadi dan dilanjutkan dengan track-track yang melibatkan kembali Martin, Payami, Kotecha dan Svensson untuk membantu The Weeknd dalam mengkomposisikan bentuknya. Maka inilah saatnya kita memasuki "bagian kedua" dari albumnya.

'Shameless' terdengar seperti balada pop-folk akustik yang dibungkus dengan electro-pop. Notasi yang cenderung gampang dicerna menjadi andalan. Yah, pada intinya ini adalah sebuah lagu yang menguarkan pop dengan kental. Versi remix ala deep house mungkin bisa menjadi alternatif yang pas untuk lagunya.

Dalam 'In The Night' The Weeknd seolah memanisfestasi dirinya sebagai Michael Jakson di era disko 80-an, dengan aksentuasi yang sangat mirip, meski tentunya ia bukan MJ dan mengedepankan ciri khas alih-alih mengekor MJ belaka. Pop new wave, yang juga terdengar seperti dibangun di era 80-an, dihadirkan dalam track berikutnya, 'As You Are'. Bersama mereka bisa menjadi saling pelengkap yang manis.

Berikutnya The Weeknd mengajak Ed Sheeran berduet dalam 'Dark Times'. Hanya saja alih-alih pop-folk, sebagaimana yang biasa diusung Sheeran, The Weeknd ingin agar kolaborasi mereka terdengar lebih nge-blues dan juga soulful. Awalnya memang begitu, sampai bagian chorus yang membuat lagunya malah terdengar seperti arena-rock yang saat ini tengah ngetrend. Hanya saja dalam versi yang lebih stripped-down.

Kolaborasi yang lebih sukses mungkin bisa disematkan dalam 'Prisoner' yang menampilkan Del Rey. Berdua mereka menghembuskan nafas soul dengan kuat, sementara musik latar serta atmosfir memilih pendekatan mengawang ala Del Rey yang anehnya (atau malah tidak aneh) justru terdengar lekat dengan musikalitas ala The Weeknd.

Album ditutup dengan sebuah power-ballad lengkap dengan latar ala rock orkestra kaya riff sepanjang 6 menitan yang ambisius berjudul 'Angel'. Track ini mengukuhkan sisi pop yang ingin diusung oleh The Weeknd dengan paripurna. Lirik yang melodramatis romantis serta vokal latar yang manis mempertegas hal ini. Sebuah ulasan menyebutkan jika lagu ini seperti sebuah lagu milik Meat Loaf yang dinyanyikan oleh Celine Dion. Sebuah perumpamaan yang boleh juga, karena 'Angel' dan 'It's All Coming Back to Me Now' mungkin bisa berada dalam daftar yang sama.

"Beauty Behind The Madness" adalah album yang kompeten. Ia menunjukkan karakter The Weeknd dengan baik. Berisi track yang tak melulu tampil vulgar atau gelap, namun juga manis dan gampang dicerna. Sebuah perpaduan yang pas antara idealisme dan mengikuti selera pasar. The Weeknd tampaknya sadar jika ingin menempatkan namanya di peta musik dunia, ia setidaknya harus bisa menyesuaikan dirinya dalam beberapa aspek. Album ini dengan cermat melakukan hal itu.

Jelas sebuah album yang menarik dengan materi yang sebagian besar cukup stand-out dan berkesan. Hanya saja memang sudah agak sulit untuk menemukan jenialitas subtil seperti yang disampaikan The Weeknd dalam 'Wicked Games' misalnya. Tapi itu mungkin konsekuensi dari sebuah kompromitas yang tak terelakkan. Terlepas dari itu, dengan "Beauty Behind The Madness" The Weeknd sudah sukses memperkenalkan (kembali) dirinya.


iTunes

Official Website

TRACKLIST

1."Real Life" 3:43

2."Losers" (featuring Labrinth) 4:41

3."Tell Your Friends" 5:34

4."Often" 4:09

5."The Hills" 4:02

6."Acquainted" 5:48

7."Can't Feel My Face" 3:33

8."Shameless" 4:13

9."Earned It" 4:37

10."In the Night" 3:55

11."As You Are" 5:40

12."Dark Times" (featuring Ed Sheeran)4:20

13."Prisoner" (featuring Lana Del Rey) 4:34

14."Angel" 6:17

Haris

CreativeDisc Contributor

@oldeuboi

admincd
More from Creative Disc