Album of the Day: Lana Del Rey - Lust For Life

Oleh: admincd - 26 Aug 2017

Polydor

Semenjak pertama kali muncul secara "mainstream" melalui single 'Video Games' di tahun 2011, imej seorang Lana Del Rey sudah terbenam erat di benak penikmat musik, sehingga bisalah dikatakan sebagai salah satu musisi ikonik masa kini (dan mungkin juga masa mendatang). Persona Lana Del Rey semakin valid dengan album "Born To Die" (2012) yang sukses besar dan memperkenalkan percabangan pop, yang mungkin selama ini cenderung masuk di wilayah obscure, ke pendengar yang lebih awam.

Terlepas dari polemik apakah Lana Del Rey adalah sosok yang orisinal atau bentukan industri, karena sejatinya ia adalah Elizabeth Woolridge Grant, yang pra "Born To Die" sudah merilis "Lana Del Ray" (2010), sang diva secara konsisten setelahnya merilis album demi album yang memaparkan melankolia dalam romansa atau kemurungan dalam nostalgia pada ikonografi era 50-an atau 60-an. Mungkin ada sedikit variasi dari segi musikalitas dalam "Ultraviolence" (2014), yang dipertegas oleh "Honeymoon" (2015), namun secara umum benang merah setiap album selalu sama.

Semenjak "Born To Die", Lana selalu menampilkan sosok dirinya yang terlihat edgy tanpa senyum dengan latar truk yang sama untuk setiap sampul albumnya. Dalam "Lust For Life" ia terlihat sangat sumringah dengan latar yang masih menampilkan sang truk kesayangan. Apakah ini indikasi jika Lana ingin menghadirkan sesuatu yang lebih ceria/up-beat/nge-pop dalam albumnya?

Setelah menyimak "Lust For Life", jawabannya bisa dikatakan tidak. Lana masih betah dengan melankolia trip-hop/sadcore yang mengusung nuansa nostagia dengan referensi ikon pop era lawas. Hanya saja, sepertinya Lana kini memandang masa depan dengan sedikit lebih cerah dibanding biasanya.

Secara musikalitas sendiri, "Lust For Life" agak kembali ke gaya yang diusung Lana dalam "Born To Die" dan juga susulannya, "Born to Die: The Paradise Edition". Dalam arti Lana tidak terlalu banyak dalam menginfusi sub-genre lain dalam lagu-lagunya dan bertahan pada ciri khasnya. Memang ada hip-hop, alt-R&B atau folk, tapi kesemuanya dibungkus dalam harmonisasi sadcore yang atmosferik.

Kolaborasinya bersama The Weeknd akhirnya menjalar juga ke album milik Lana di mana mereka berduet di track yang menjadi judul album, 'Lust For Life'. Melalui lagu ini, akhirnya produser pop kenamaan Max Martin bisa tercatat sebagai bagian album seorang Lana Del Rey. Meski tidak ada salahnya jika Lana bertahan dengan Rick Nowells, namun variasi seperti Max atau Benny Blanco dalam 'Love' misalnya, justru memberi nuansa segar tersendiri untuk musik Lana, meski sebenarnya masih dalam koridor seorang Lana Del Rey. Mungkin di album berikutnya Lana bisa kembali mengajak mereka, atau produser/penulis lagu dari ranah mainstream lain untuk membantunya?

Tapi jangan cemas. Meski lagu-lagu dalam "Lust For Life" cenderung terdengar "seragam", namun vokal Lana yang mengawawng namun kaya emosi selalu bisa menjadi penggerak lagu-lagunya dalam membetot perasaan. '13 Beaches' terdengar begitu kaya akan nuansa nostalgia, dengan melodi manis dan sinematis. Sedang 'In My Feelings' menyajikan pop-trip hop dengan ketukan beat ala R&B gelap. Dalam dua track yang saling sambung menyambung, 'God Bless America – and All the Beautiful Women in It' dan 'When the World Was at War We Kept Dancing', Lana menyajikan folk dalam balutan electronicnya.

Album juga menyajikan banyak bintang tamu, seperti rapper ASAP Rocky yang hadir dalam dua track sekaligus, 'Summer Bummer' (bukan sekuel 'Summertime Sadness' pastinya) dan 'Groupie Love' yang tidak mengejutkan jika kental dengan pengaruh hip-hop. Sedang 'Beautiful People Beautiful Problems' Lana sukses mengajak musisi legendaris Stevie Nicks untuk mebantunya. Girl power yang dihadirkan Lana dan Stevie jelas menghindarkan semangat yang meledak-ledak, namun lebih laidback, bahkan cenderung murung. Hanya saja track mengingatkan akan pop-folk lawas ala Stevie dan ini merupakan kelebihan tersendiri untuk "Lust For Life". Ada Sean Ono Lennon juga yang membantu di track retro-pop melankolis 'Tomorrow Never Came' yang meski berjudul cukup "gelap", tapi bisa dikatakan salah satu track "cerah" di album.

"Lust For Life" memang masih berada di ranah sadcore ala Lana Del Rey. Meski begitu, ia juga sebuah album yang lebih kaya dengan athem rock-pop era 50/60-an. Album juga menandakan perpindahan sudut pandang seorang Lana yang biasanya bergulat dengan masalah-masalah pribadi/internal, namun kini secara langsung berbicara pada pendengarnya. "Look at you kids, you know you’re the coolest," nyanyi Lana dalam 'Love'.

Meski secara umum tidak begitu personal lagi, namun lagu-lagunya tetap dihadirkan secara intim sehingga pada akhirnya sukses mengajak para pendengar untuk larut dalam buaian vokal dan musikalitas Lana. Sebenarnya, setelah album-album progresif seperti "Ultraviolence" dan "Honeymoon", maka album "Lust For Life" terdengar seperti back to basic.

Tapi di sinilah kelebihan (dan kekuatan) seorang Lana Del Rey. Ia tidak terdengar seperti pengulangan "Born To Die", namun sebuah pengembangan yang secara signifikan juga memiliki perbedaan tersendiri. Sederhananya, bisa dikatakan sebagai versi 2.0. dari "Born To Die". Dan sebagaimana sebuah versi upgrade, maka ia pun relatif lebih baik.

Official Website


Tokopedia


TRACKLIST

1."Love" 4:32

2."Lust for Life" (featuring The Weeknd)4:24

3."13 Beaches"4:55

4."Cherry"3:00

5."White Mustang"2:44

6."Summer Bummer" (featuring ASAP Rocky and Playboi Carti) 4:20

7."Groupie Love" (featuring ASAP Rocky)4:24

8."In My Feelings" 3:58

9."Coachella – Woodstock in My Mind"4:18

10."God Bless America – and All the Beautiful Women in It"4:36

11."When the World Was at War We Kept Dancing"4:35

12."Beautiful People Beautiful Problems" (featuring Stevie Nicks)4:13

13."Tomorrow Never Came" (featuring Sean Ono Lennon)5:07

14."Heroin" 5:55

15."Change"5:21

16."Get Free" 5:34

admincd
More from Creative Disc