welly
Band asal Denmark yang sukses di Inggris ini kembali merilis album keduanya awal Maret lalu. Jika pada album perdana mereka lebih kental dengan nuansa pop dance khas Eropa dengan sentuhan retro 80-an. Maka untuk album kedua ini mereka melakukan langkah berani yang beresiko dengan mengangkat dance dipadukan aroma electro, house dalam balutan retro awal 90-an. Tentunya masih dengan nuansa Eropa. Evolusi musik ini mungkin agak mengejutkan bagi mereka yang menggemari nuansa bebunyian di album perdana Alphabeat. Nuansa musiknya memang sangat mengingatkan pada Black Box, Madonna atau bahkan Whigfield.
“Kami mulai mengerjakan album ini dengan beberapa lagu saat kami masih mengerjakan album This Is Alphabeat, dimana kalian dapat mendengarkan kemana kami mengarah. Musik kami memang menjadi berkurang nuansa bandnya dan lebih nge-dance. Kami berusaha untuk meraciknya dan membuatnya menjadi lebih ngepop. Begitu banyak referensi dari awal 90-an. ‘The Spell’ saja terinspirasi oleh tembang BlackBox berjudul ‘I Don’t Know Anybody Else’. Sebuah rekaman dance yang lengkap. ” – Anders SG.
Keberanian untuk bereksperimental dengan memasukkan elemen house piano riffs, breakbeats, backbeat, dan left-right filters ke dalam lagu-lagu mereka memang patut dihargai. Hanya saja menurut saya agak terlalu berlebihan secara keseluruhan. Sehingga alih-alih terdengar Alphabeat, malah terdengar seakan cover version dari dance 90s. Padahal mereka membawakan lagu-lagu baru yang cukup menarik dibalut dengan elemen-elemen bebunyian masa lalu. Album yang ditulis dan diproduseri oleh mereka sendiri, dibantu racikannya oleh pemenang 6 kali Grammy, Serban Ghenea, yang sukses meracik ‘I Kissed A Girl’-nya Katy Perry dan ‘My Humps’ dari Black eyed Peas.
Sebagai perkenalan album ini dibuka dengan ‘The Beat Is’ yang liriknya mengajak kita untuk mulai berdansa mengikuti detak irama lagu. Sebuah komposisi bertempo sedang dengan vokal Anders SG yang mendapatkan sentuhan efek computer. Track kedua ‘The Spell’ dibuka dengan intro vokal Stine yang beraroma BlackBox. Nuansa lagu ini lebih riang dan kupinggenik. Selanjutnya Alphabeat mengajak kita menikmati ‘DJ’ dimana aransemen vokal Stine dan Anders bergantian bernyanyi tak terkesan tumpang tindih. Komposisi musiknya sendiri sedikit mengingatkan pada Pet Shop Boys. Piano-house riff menjadi intro untuk ‘Hole In My Heart’, sebuah komposisi yang memiliki gravitasi kuat untuk langsung disukai.
‘Chess’ membawa kita untuk sedikit bersantai dengan tempo yang lebih lambat. Komposisi dengan vokal Stine dibalut sentuhan efek computer memiliki chorus yang akan langsung melekat erat di otak. Sementara ‘Heart Failure’ dengan lirik yang melankolis justru dipadukan dengan beat yang agresif.
Selanjutnya dengan aroma house kental, Alphabeat membawa kita menikmati ‘Heat Wave’ yang dapat dipastikan bisa menjadi club anthem. Begitu juga dengan ‘Always Up With You’ yang didominasi dengan piano riff house. Yang patut diacungkan jempol di sini adalah kemampuan dan interpretasi vokal Stine yang bertenaga dan cukup bernuansa black.
Dengan ‘Q&A’ kita dibawa untuk bersantai sejenak dari gegap gempita dance. Komposisinya sendiri tak lepas dari sentuhan synth ditambah dengan elemen violin yang menghanyutkan pada bagian coda-penutup lagu. Sementara ‘The Right Thing’ kembali mengangkat mood untuk bergoyang. Sebagai penutup Alphabeat memberikan ‘Till I Get Around’.Sebuah komposisi yang dipenuhi dengan berbagai efek yang riuh. Dalam track ini kita dapat mendengar vokal Anders dan Stine disatukan bersama dalam salah satu bait. Sayangnya perpaduan tersebut terkesan kurang estetis. Sebenarnya chorus-chorus di setiap lagu dalam album ini cukup magnetis untuk memikat telinga kita dan mengangkat mood, jadi tak ada salahnya album ini untuk dikoleksi.
(Timmy / CreativeDisc Contributors)
Track List:
1. "The Beat Is" 3:21
2. "The Spell" 3:37
3. "DJ" 3:28
4. "Hole in My Heart" 4:08
5. "Chess" 3:33
6. "Heart Failure" 3:33
7. "Heat Wave" 3:47
8. "Always Up With You" 3:38
9. "Q & A" 4:06
10. "The Right Thing" 4:11
11. "'Til I Get Round" 3:27
