Interview With Sara Bareilles

Oleh: welly - 18 May 2011

Image and video hosting by TinyPic

Siang sebelum konser malam itu, sekitar pukul satu saya sempat mewawancarai penyanyi dan multi instrumentalis, Sara Bareilles, di Ritz Carlton Hotel, Mega Kuningan atas undangan Java Musikindo dan Sony Music juga berkat kerjasama dengan majalah musik Sound Up. Meski baru tiba dari Singapura dan menghadapi kemacetan akibat peringatan 12 Mei Trisakti, Sara menerima saya dan teman-teman media dengan kehangatannya. Sara siang itu mengenakan terusan bunga-bunga dan cardigan bernuansa merah jambu. Rambutnya diikat ke atas dan dihiasi dengan jepitan rambut berbentuk bunga berwarna putih. Berikut ini petikan wawancara saya dengan gadis yang menyukai gaya tomboy yang santai, tak menyukai high heels ini serta pernah bercita-cita menjadi pelatih lumba-lumba saat masih kanak-kanak.

Sara, kamu pernah mengatakan kalau lagu-lagumu adalah semacam diary. Bagaimana kalau tiba-tiba mantan pacarmu menuntut royalty karena telah menjadi inspirasi bagi lagumu?

Maksudmu jika mantanku maaf bagaimana pertanyaannya?

Seperti yang dialami Adele, mantan kekasihnya menuntut royalty karena merasa telah menjadi inspirasi yang menjadikan Adele sukses.

Oh my gosh. Really? Itu benar-benar terjadi? Noooo! That’s awful. Aku berpihak pada Adele. My God that’s awful. Aku tak dapat membayangkan apa yang sesungguhnya terjadi. Tapi aku berpikir jika hal itu dibawa ke pengadilan, pengadilan pasti akan mengatakan itu sungguh menggelikan. Aku selalu mengatakan kau tak bisa berkencan dengan seorang penulis lagu dan tidak ingin berakhir di lagu yang ditulisnya. Karena itulah yang umumnya terjadi. Aku harap apa yang menimpa Adele tak terjadi padaku. Aku akan menyilangkan jariku untuk itu.

Nama musisi siapa yang terlintas di kepalamu saat ini untuk diajak berkolaborasi?

Sebelumnya aku pernah mengatakan aku ingin berkolaborasi dengan Chris Martin dari Coldplay yang sangat aku gemari. Musisi lain yang saat ini aku ingin berkolaborasi dengan Cee Lo Green. Aku juga sangat menggemari musiknya saat ini. Aku merasa suara Cee Lo itu sangat spektakuler. Aku ingin melakukan sesuatu dengannya. Bisakah kau mewujudkan rencanaku? Bisakah kau menelponnya untukku? Hehehe..

Apa pendapatmu tentang music scene saat ini yang dipenuhi dengan autotune, synthesizer dan electro?

Kau tahu kupikir musik itu selalu bergerak, selalu berubah dan berganti dari satu genre ke yang lainnya. Aku selalu berpikir ada ruang untuk semua orang. Genre musik electronic bukanlah musik favoritku. Sejak aku kecil aku selalu lebih tertarik pada musik yang lebih organik. Tapi memang itu yang sedang popular saat ini. Dan aku adalah minoritas dalam music scene itu. Aku yakin musik selalu bergerak dan berubah, itu semua bagus, hingga ada ruang untuk setiap musisi.

Apa yang membuatmu tetap sederhana, down to earth?

A lot of drugs. Hahahaha…. Aku hanya menggodamu (sembari menepuk lengan saya). Kau tahu tidak, aku memiliki kru dan band yang sama untuk waktu yang lama. Mereka seperti abang-abangku. Kurasa kalau kau dikelilingi oleh orang-orang yang baik, yang merawatmu, serta menjagamu tetap jujur aku pikir kau akan tetap menjejakkan kakimu di bumi. Aku rasa itulah jalannya aku tetap sederhana. Aku bukanlah tipe gadis fancy, aku tidak menyukai dunia Hollywood. Aku cinta menulis lagu untuk semua orang.

Siapa yang paling berarti dalam menghasilkan album terbarumu?

Kurasa produserku. Produserku, Neal Avron, adalah orang yang paling penting, semacam co-pilot bagiku. Dia luar biasa suportif dan membantu dalam membentuk musik selama proses rekamanku. Dia membuatku jadi percaya diri dalam menentukan pilihan dalam sebagian besar proses. Dia yang menghidupkanku. Dia benar-benar luar biasa.

Interview by: Timmy

Special Thanks To Sound Up & Sony Music Indonesia

Image and video hosting by TinyPic

welly
More from Creative Disc