Konser Kilau Anggun 2011

Oleh: admincd - 01 Dec 2011

ACARA yang dijadwalkan berlangsung mulai pukul 19.00 WIB, ternyata harus molor sampai 1 jam. Tapi itu tak menurunkan semangat para penggemar memanggil nama idolanya., “Anggun…Anggun…Anggun.”

Akhirnya sekitar pukul 20.15 WIB, munculah sosok dengan jubah kuning berjalan dari arah penonton. Sebelum sampai di panggung, sosok itu membuka jubahnya yang diikuti dengan histeria dan tepuk tangan penonton. Dialah Anggun! Tirai putih yang menutupi panggung dibuka dan Anggun tampil dengan mini dress berwarna emas karya Tex Saverio di atas pentas.

Setelah konser terakhirnya 5 tahun lalu, pada Minggu (27/11) malam, Anggun C. Sasmi memuaskan kerinduan para penggemarnya di Jakarta Convention Center.

Konser bertajuk "Konser Kilau Anggun" itu menjadi konser pertamanya pasca merilis album terakhirnya. Echoes. Penyanyi kelahiran Jakarta 29 April 1974 itu berkolaborasi dengan pianis Andi Ayunir dan kelompok musik asal Yogyakarta, Saunine String Orchestra.

“Selamat malam! Terakhir kali Aku main di Jakarta, itu 5 tahun yang lalu. Sekarang deg-degan banget karena Aku bukan orang asing disini” ucapnya ramah. Anggun juga menyapa beberapa penonton asal Perancis yang khusus diundang malam itu, dan meminta penggemarnya di JCC untuk mengucapkan selamat malam dalam bahasa Perancis sebelum melantunkan lagu berikutnya.

Berturut turut Impossible, Still Reminds Me, Buy Me Happiness dibawakan Anggun nyaris tanpa cela. Langgam musik orkestra yang lazimnya terdengar klasik, ternyata tidak menghilangkan kesan “rock” pada penampilannya malam itu.

Desain tata panggung yang didukung sistem hidrolik apik, menambah kesempurnaan performa penyanyi kebangaan Indonesia ini.

Di pertengahan pertunjukan, Anggun seakan ingin ‘cooling down’ dengan lagu bertempo tenang. Maka mengalunlah Yang Terlarang dan Yang Aku Tunggu.

Mengenakan baju berbahan songket kuning karya Didit Hadiprasetyo, Anggun melantunkan tembang Eternal / Berkilaulah yang didedikasikan untuk sosok sosok yang telah mendahului, seperti salah satu Anggunesia, Ilham Pohan, dan sang Bapak, (alm) Sudarto Singowidjojo yang ‘dihadirkan’ dalam foto hitam putih. Suasana haru menyelinap di tiap bait yang dilantunkan lirih anak ke dua dari lima bersaudara ini. “Mungkin juga (mereka) sedang menonton saya “disana”, Anggun berusaha mencairkan suasana.

Selanjutnya, mengalun indah tembang Bayang Bayang Ilusi. Wanita yang menjadi duta pangan organisasi pangan dunia atau Food Agriculture Organization (FAO) ini juga unjuk kebolehan dalam bermain piano dan berduet dengan Denada di lagu Want You to Want Me.

Anggun juga menghipnotis penonton lewat tembang-tembang hitsnya dulu, seperti Takut, Mimpi dan Kembalilah Kasih yang dibawakannya bersama Armand Maulana.

Gimmick lain dipertontonkan saat seorang penari meliuk-liukan badannya diiringi intro lagu Snow on the Sahara. Ya, dialah Eko Supriyanto, seniman tari yang pernah menjadi penari latar Madonna.

Setelah kembali bertukar baju dengan rancangan Mel Achyar, mengalunlah lagu Year of the Snake, Weapon, Hanyalah Cinta, Mantra, Jadi Milikmu / Crazy, dan cover version Rolling in the Deep milik Adelle.

Pada saat mendekati akhir konser, Anggun melengkapi penampilannya dengan topi baret, yang menjadi ciri khasnya dulu. “Ini benar-benar lagu terakhir. Semuanya nyanyi bareng ya,” ujar Anggun sambil melompat lompat ke segala sisi panggung. Anggun tahu benar cara memuaskan penggemar setianya. Dia berusaha untuk dekat dengan semua penonton di semua kelas, dengan terus berinteraksi.

Ketika musik mulai menghentak, sebagian besar penonton sudah berdiri di tempatnya dan bersorak ketika lirik Tua-tua Keladi mulai terdengar.

“Saya berterima kasih sebanyak-banyaknya kepada tim. Tanpa mereka semua, ini tidak akan terjadi. Yang paling penting, terima kasih kepada kalian semua. Maturnuwun sanget (Terima kasih sekali).” ucapnya sebelum memberikan penghormatan bersama para musisi dan meninggalkan panggung.

Sebuah konser pelepas kangen yang akrab, komunikatif dan menghibur. Sebanyak 20 lagu dinyanyikan Anggun dengan kualitas suara dan stamina yang terjaga baik. Saya menyebutnya seperti mendengarkan cd secara live.

(Photos dan review by: Satiawan Soegiarto)

admincd
More from Creative Disc