Interview With The Kooks at Road To Big Sound Festival 2013

Oleh: welly - 29 Apr 2013
Interview With The Kooks at Road To Big Sound Festival 2013

Dalam event Road To Big Sound Festival hari Rabu, 24 April 2013 kemarin, Creativedisc berkesempatan untuk hadir dalam round table interview bersama The Kooks, band yang dikenal sebagai revival musik Inggris pada dekade 2000an. Walaupun hanya vokalis Luke Pritchard (LP) dan sang bassist Peter Denton (PD) yang hadir pada hari itu, namun tak membuat kita kesusahan untuk menggali lebih dalam seluk beluk personal The Kooks itu sendiri. Berikut adalah hasil rangkuman wawancara yang dilakukan dalam round table session antara The Kooks dengan Creativedisc serta rekan-rekan media yang lain.

Apakah kabar terbaru dari The Kooks? Mengapa kita harus menunggu begitu lama untuk mendengar karya-karya terbaru kalian?

LP: Well, you got that point. Kami sedang melaksanakan tur, dan belum terpikirkan untuk membuat album baru. Namun kami masih tetap menulis beberapa materi selama di dalam perjalanan. Dan juga kami ingin tetap menjaga proses produksi album yangorganik, seperti membuat demo dahulu, dan sebagainya.

Apabila dibandingkan antara album terakhir kalian, “Junk of the Heart” dengan album debut “Inside In/Inside Out”, yang sangat dipuji-puji para kritikus musik pada saat itu, album manakah yang lebih kalian sukai? “Junk of the Heart” atau “Inside In/Inside Out”?

LP: Ya, it’s a hard question. Karena kami membuat album tersebut (Inside In/Inside Out) sesuai dengan keadaan yang kami alami pada saat-saat itu. Rasanya sulit untuk menyamakan sudut pandang untuk menilai sebuah album baik dari sisi penikmat musik serta dari sisi pembuat musik. Dan dalam setiap pembuatan album kami juga harus mengumpulkan energi baru dan juga mood yang baru pula. Selain itu, kami harus terus melihat ke masa depan, karena di dalam sebuah band, kami tidak boleh terpaku pada masa lalu saja. Sebagai sebuah band, kami harus lebih fokus untuk memikirkan apa yang akan kami lakukan daripada terus mengingat-ingat apa yang telah kita capai. Sehingga atas alasan ini, kami tak bisa memilih manakah album yang lebih kita sukai.

Ada kabar bahwa kalian sekarang sedang senang backpacking keliling Asia Tenggara, mengapa kalian melakukan hal tersebut?

LP: Just to have a break from each other. Sebetulnya saya menghabiskan waktu lebih banyak di Amerika Serikat membuat lagu.

Mengapa fans-fans kalian di Indonesia harus menunggu lama agar kalian mau melakukan show di sini?

LP: Well, sesungguhnya kami juga menanti cukup lama agar bisa melakukan pertunjukkan di sini. Tapi ternyata segala hal berjalan sebaliknya, sehingga kami baru bisa melaksanakannya sekarang.

Ada yang mengatakan bahwa skena musik tahun 1990an adalah kondisi musik terbaik yang pernah ada. Bagaimana tanggapan kalian?

LP: Memang banyak musik-musik bagus pada tahun 1990an, namun time’s change. Sangat menarik karena apa yang disebut era terbaik dalam skena musik malah muncul setelah adanya kebebasan untuk bermusik. Dan saya merasa aneh bahwa kini musik-musik tahun 1990an sudah menjadi suatu hal yang sangat vintage. Namun saya setuju bahwa pada era tersebut, semua musisi memikirkan cara bagaimana membuat sebuah karya yang bagus.

Lalu bagaimana dengan musik Rock & Roll?

LP: Well, sebenarnya musik Rock & Roll memiliki siklus, anda menciptakannya lalu membuat inovasi dengan hal tersebut. Bisa dibilang The Rolling Stones adalah contoh band terbaik dalam hal ini, dan nampaknya semua orang setuju. Namun sudah seharusnya musik terus berevolusi. Selalu menciptakan sesuatu yang baru.

Which One? Blur atau Oasis?

LP: Hahaha. Saya suka mendengar Blur dan mendengar band-band lainnya. Dan yang paling berkesan bagi saya mengenai mereka adalah masa-masa dimana terdapat Britpop War antara Blur dan Oasis pada dekade 1990an. But I love both of them.

PD: Saya fans Beady Eye (sambil tertawa)

(Galih Gumelar)

photo by: Titaz

Special Thanks to Dyandra Entertainment, Sound Rhythm

welly