Konser Klasik nan Romantis Richard Clayderman

Oleh: welly - 10 Jun 2013

Julukan ‘The Prince of Romance’ rasanya sangat pantas di sandang pianis pop-klasik asal Prancis, Richard Clayderman. Dengan karya yang telah terjual sebanyak lebih dari 90 juta kopi di seluruh dunia dan penghargaan Golden Disc sebanyak 267 kali dan Platinum Disc sebanyak 70 kali, pria yang lahir di paris dengan nama Philipe Pagès 60 tahun silam ini menggelar konser keduanya di Indonesia dengan tajuk “Richard Clayderman Exclusive Concert in Jakarta” bertempat di Nusa Indah Theater, Balai Kartini Jakarta (7/6).

Dalam konsernya yang berdurasi sekitar hampir 2 jam ini, Clayderman yang telah merekam lebih dari 1.300 lagu ini berkolaborasi dengan musisi lokal, 12 pemain ensemble Purwacaraka Music Studio. Lighting perpaduan Ungu, Biru dan Kuning mendukung suasana romantis konser malam itu.

Dengan setelan jas berwarna hitam, Clayderman tampil ke panggung dan dengan yakin memainkan beberapa lagu pop-klasik, baik lagu yang ia ciptakan sendiri maupun ciptaan orang lain. Salah satu karyanya yang paling fenomenal, Ballade Pour Adeline sukses membangkitkan antusias penonton. Jari Clayderman lincah menari diatas tuts piano ketika Root Beer Rag dibawakan dengan tempo cepat yang lucu, yang kemudian dilanjutkan dengan You Raise Me Up.

Konser dibagi dalam 2 sesi yang dipisahkan jeda selama 15 menit. Clayderman kembali ke panggung membawakan Rhapsody in Blue yang langsung menghangatkan suasana pasca jeda, dilanjutkan dengan Titanic Symphony, yang diangkat dari film terkenal di tahun 1998, Titanic. Titanic Symphony memberikan rasa ‘campur-aduk’ untuk penonton. Sweet tapi juga menyayat hati, membayangkan adegan saat-saat kapal Titanic akan tenggelam.

Hiburan malam itu bukan hanya musik. Clayderman ternyata adalah seorang pelawak! Ia sukses membuat penonton tertawa oleh tingkah lakunya di sela-sela pergantian lagu, seperti memberikan kertas partiturnya kepada penonton di depan panggung, berakting menembak lebah dan sedikit berpidato dalam bahasa Jepang sambil membaca teks, yang ternyata adalah teks yang salah. Clayderman meminta maaf karena kemampuang Bahasa Inggrisnya sangat terbatas, jadi ia berbicara dalam Bahasa Prancis yang membuat penonton kembali tertawa karna tak ada yang mengerti apa yang Clayderman katakan.

Medley Don’t Cry For Me Argentina dan Where Do I Begin yang dilanjutkan dengan medley Maria, Tonight dan America dari West Side Story sukses menularkan semangat Clayderman ke penonton. Moment special kembali tercipta ketika Clayderman membawakan Tribute to Stevie Wonder seperti My Cherie Amour, I Just Called To Say I Love You, Isn’t She Lovely, I Wish, Superstition dan Sir Duke dengan background slideshow foto sang Musical Genius, Stevie Wonder.

Richard mengakhiri konser dengan lagu Time To Say Goodbye yang diakhiri dengan standing ovation dari seluruh penonton.

“Meskipun konser ini kekurangan variasi instrument selain biola dan cello, tapi Richard Clayderman membawakan pilihan aransemen yang bagus. Akan lebih bagus andaikan Richard membawakan salah satu musik Indonesia, at least as a gift for his fans here.” Ujar Daman, seorang mahasiswa yang sengaja menghadiri konser in bersama sahabatnya.

Tak disangka, konser musik instrument klasik yang tiketnya terjual habis ini ternyata memiliki peminat tersendiri dari berbagai usia; anak-anak, remaja dan orang dewasa. Penonton pun tampak sangat menghayati permainan Clayderman dan para pemain ensemble, terbukti dari jarangnya ditemukan penonton yang sibuk mengambil gambar atau merekam video sebagaimana di konser musik pada umumnya.

“The show was great, Richard was funny and adorable and the way he brought the atmosphere was cool!” Komentar Puspa, pemenang tiket gratis dari Creative Disc dan MahanaLive. Yep. Richard Clayderman was adorable. Kita tunggu konser selanjutnya ya!

Sheyla Ashari / CreativeDisc Contributors

Photo by Mikhael

Special Thanks to Mahana Live

welly
More from Creative Disc