Terima Kasih Metallica!

Oleh: welly - 27 Aug 2013

Minggu, 25 Agustus 2013 menjadi malam bersejarah, tidak hanya bagi metalheads Indonesia, tapi bagi seluruh pihak yang menantikan konser kelas dunia yang digelar Blackrock Entertainment di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Ya, pada malam itu Metallica, band yang telah berumur 30 tahun lebih ini sukses kembali membakar Jakarta, minus kerusuhan dan personil Metallica yang harus meninggalkan venue dengan menggunakan ambulan demi keamanan. Memori itulah yang masih membekas pada Kirk Hammet, sang gitaris, sebagaimana ia tuturkan pada Press Conference yang berlangsung beberapa jam sebelum konser itu digelar.

20 tahun yang lalu, Metallica telah menyambangi Jakarta, memberikan kenangan nostalgia bagi mereka yang berhasil menonton maupun mereka yang tidak berhasil dengan segala cerita pernak-pernik penuh emosi. Dan bagi generasi anak muda kini yang saat itu mungkin masih bermain kelereng, tentu 25 Agustus 2013 menyatukan berbagai kalangan dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia yang tak mau melewatkan malam itu, menjadikan memori konser Metallica tidak hanya bagi yang menonton di tahun 1993, atau mereka yang mengejar hingga menonton ke negara tetangga. Malam itu, Metallica menjadi milik semua. ...and justice for all

Dibuka dengan penampilan band Seringai yang didaulat oleh promotor untuk memanaskan atmosfir puluhan ribu penonton yang datang. Seringai tidak sendiri, mereka mengajak Raisa untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan diiringi koor massal penegak bulu roma, bangga menjadi Indonesia. Setalah itu penampilan singkat mereka juga ditemani Eben (Burgerkill) pada lagu "Dilarang di Bandun"g, dan untuk menutup penampilan mereka, panggung diramaikan vokalis Down For Life, Adjie dan juga gitaris Deadsquad, Stevie, membawakan nomor sakral, Ace Of Spades milik Motorhead.

Penonton tampak sangat sesak dibagian festival, dan kelas lainnya pun tampak penuh terisi, tapi sesungguhnya ada ketegangan tersendiri, menanti seperti apa konser Metallica ini akan berlangsung. Disaat Seringai tampil pun belum tampak tanda-tanda sound yang benar-benar menggetarkan jiwa dan raga, hingga akhirnya final preparation sebelum Metallica memulai pertunjukan, drum tech melakukan sound check dengan menghajar bass drum Lars Ulrich penuh tenaga, dan histeris lah metalhead yang sudah tidak sabar itu mendengar betapa menggelegarnya sound yang akan mereka hadapi selama 2 jam ke depan.

Pukul 20.30, sejarah itu dimulai. Dibuka dengan Hit The Lights, Lars, Rob, Kirk, dan James menegaskan bahwa mereka masih bertenaga. Sound malam itu memang sejauh ini yang paling menggelegar dan tak henti-hentinya menghadirkan decak kagum, termasuk big screen full hd yang memberikan pengalaman nan sama bagi semua penonton yang berada cukup jauh dari panggung. Selanjutnya berturut-turut Master of Puppets dan Fuel diberikan tanpa ampun. Ride the Lightning didedikasikan spesial bagi anggota fans club, The Met Club disusul dengan Fade To Black. The Four Horsemen yang tidak dibawakan di set sebelumnya, dibawakan di Jakarta, disusul Cyanide dari album Death Magnetic.

Memasuki paruh kedua konser malam itu, penonton semakin larut dalam koor massal seperti pada nomor lanjutan Welcome Home (Sanitarium), Sad But True, dan beristirahat di nomor instrumental Orion. Beberapa kali personil Metallica yang sudah tidak muda lagi ini, memperlihatkan skill mereka, diawali Kirk, lalu Rob pun memperlihatkan kelihaiannya mencabik bass, dan Lars tidak mau ketinggalan menghajar set drum.

One menjadi salah satu lagu yang paling dinantikan, terbukti dengan ramainya perangkat telepon pintar mengabadikan disamping koor massal yang memang tak pernah lelah sejak awal. Dilanjutkan For Whom the Bell Tolls dan Blackened, beberapa circle pit pun muncul pada kerumunan festival, “tak ada guna untuk berbasa-basi, malam ini mari lepaskan energi” kira- kira seperti itulah pandangan yang tampak dari tribune media melihat kerumunan penonton festival.

Nothing Else Matters menjadi titik penuh perasaan campur aduk nan emosional, akhirnya setelah 20 tahun, menyaksikan sang legenda Metallica, memainkan nomor-nomor terbaik selama perjalanan karir mereka, secara langsung, tentu lagu ini melegakan segala gundah. Enter Sandman menutup malam itu tentu dengan harapan encore, mengingat baru 15 lagu yang dibawakan. Dan setelah James bercanda dengan puluhan ribu penonton yang hadir, tanpa ragu 3 nomor encore dibawakan, yaitu: Creeping Death, Fight Fire with Fire, dan tentunya Seek & Destroy.

Image and video hosting by TinyPic

Konser berakhir, penonton tak bergeming, tak ingin rasanya berakhir. Segala kalangan yang hadir, entah Jokowi yang sempat dielu-elukan saat baru memasuki festival, atau mungkin promotor mereka 20 tahun lalu di Jakarta, malam itu semua merasakan pengalaman yang sama, merasakan sensasi yang sama, mungkin termasuk personil Metallica sendiri yang tampak enggan meninggalkan panggung dan Kirk menyapa penonton dengan ucapan “Terimakasih”. Sungguh dari lubuk hati kami yang paling dalam, kami yang hadir menyaksikan konser tiada dua ini, telah terlebih dahulu mengucapkan “Terimakasih Metallica”. \m/

(Noverdy Putra)

Photo by Budi Susanto

Special Thanks to Promotor BlackRock Entertainment

Setlist:

1. Hit The Lights

2. Master of Puppets

3. Fuel

4. Ride the Lightning

5. Fade To Black

6. The Four Horsemen

7. Cyanide

8. Welcome Home (Sanitarium)

9. Sad But True

10. Orion

11. One

12. For Whom the Bell Tolls

13. Blackened

14. Nothing Else Matters

15. Enter Sandman

Encore:

16. Creeping Death

17. Fight Fire with Fire

18. Seek & Destroy

welly
More from Creative Disc