Java SoundsFair Day 3: Yuna, The Jacksons, Mocca, and more!

Oleh: welly - 04 Nov 2014

Hari terakhir Java SoundsFair, Minggu 26 Oktober 2014. Ada tantangan tersendiri, karena saya secara pribadi belum merasa terpuaskan selama 2 hari sebelumnya. Neurotic membuka penampilan hari itu di panggung Kemendag, saya memang bergegas untuk menyaksikan band baru ini. Debut album berjudul “Weird” yang baru saja rilis cukup menyita perhatian saya. Penampilan mereka pun mengagumkan, ada hingar bingar rock yang mereka suarakan dengan balutan suasana vintage. Salah dua lagu yang mereka bawakan adalah “Suara” dan “Surga Durjana”.

Setelah berbising ria, sore itu cooling down bersama Adhitia Sofyan di De Majors stage adalah pilihan yang tepat. Ruang merak tampak dipenuhi muda-mudi penikmat suara lembut serta balutan musik akustik nan membuaikan. Adhitia sendiri mengaku menyuruh drummernya pulang seketika melihat panggung dan tatanan stage De Majors yang dirancang untuk bersantai sore. “After The Sky” dan “Adelaide Sky” menantang diri untuk betah atau menyusuri panggung lain yang mulai bergemuruh.

Saya akhirnya harus beranjak dan menunggu penampilan Mocca di panggung Garuda Indonesia, tampak swinging friends, sebutan untuk penggemar Mocca, telah memadati ruangan. Dan seketika “My Only One” membuka penampilan mereka malam itu disambut koor massal penonton. “I Would Never”, “And Rain Will Fall”, “Do What You Wanna Do”, hingga nomor favorit penonton “I Remember” mereka bawakan. Termasuk lagu baru “Bandung” yang dirilis untuk memperingati hari ulang tahun kota Bandung, kota asal band ini.

Selanjutnya saya harus membelah diri, ada dua penampilan yang harus saya saksikan di dua tempat berbeda. Hasilnya saya sibuk mondar-mandir. Antara Teza Sumendra dan Bonita & The Hus Band, untungnya dua penampilan ini di panggung De Majors dan Kemendag, dua-duanya di lower lobby JCC. Dua performer yang bertolak belakang sebenarnya. Teza yang begitu colorful dengan musik motown bersama full band lengkap dengan 3 orang penyanyi latar, sementara Bonita menampilkan pertunjukan yang begitu intim memanfaatkan ambiens ruang merak.

Disaat sibuk bolak-balik di dua panggung tersebut, saya pun menyempatkan melihat penampilan Yuna, penyanyi asal Malaysia yang juga menjadi salah satu highlight Java Sounds Fair 2014. Jujur saja, vokal Yuna yang menggemaskan, ditambah musik yang sempurna membuat saya terbuai dalam lamunan. Dan saat itu juga saya tak akan ikut mendebat alasan bahwa penyanyi ini memang layak meraih international success.

Hari ketiga memang spesial. Saya telah menandai beberapa penampilan yang wajib saya saksikan. Salah satunya Dekat. Jangan kaget jika melihat personilnya yang telah malang melintang di dunia musik komersial dengan grup sebelumnya. Kini mereka “Lahir Kembali” (salah satu judul lagu dalam debut EP digital mereka) dalam sebuah grup baru dengan konsep yang lebih menggertak. Saya mulai susah mendeskripsikan perasaan menonton mereka malam itu. Ada energi dan emosi yang mereka salurkan dan itu bisa dirasakan dengan nyata. Umpatan sendiri tak berhasil ditahan ketika Tata, Kamga, & Chevrina membawakan medley lagu-lagu favorit mereka, puncaknya adalah ketika Kamga membawakan “Thinkin Bout You” milik Frank Ocean.

Kini saya sungguh susah move-on jika mengingat kembali malam terakhir Java Sounds Fair. Iya, festival ini akhirnya merebut hati saya, yang selama 2 hari seperti malu-malu kucing. Setelah penampilan Dekat, saya kembali harus membelah diri atas dua penampilan bersamaan antara The S.I.G.I.T dan Endah N Rhesa. Dua kelompok ini pun berlatar musik yang sangat beda. The S.I.G.I.T menunjukkan keperkasaan mereka di panggung A Create Zone dengan distorsi nan memekakkan telinga, bagaimana tidak, malam itu bahkan mereka bersama satu orang gitaris tambahan. Maka lagu-lagu hits seperti “Horse” atau “Clove Doper” membuat adrenalin mengalir kencang. Menghindari adrenaline rush yang mungkin melanda, saya meredakan diri kembali ke De Majors Stage bersama pasangan suami-istri Endah N Rhesa. Pasangan ini adalah bentuk eksplorasi maksimal dalam romantisme percintaan yang disalurkan melalui sarana musik. Tentu lagu “When You Love Someone” membuat anda merindukan pasangan yang mungkin kebetulan tidak bersama saat itu misalnya, tapi tak perlu bersedih, Endah N Rhesa begitu menghibur, hingga kita pun kadang tak sadar mungkin kita memang sendiri.

Special Show terakhir adalah The Jacksons. Grup keluarga mendiang Michael Jackson ini, membuktikan sebagai penutup pamungkas festival tiga hari ini. Festival tidak berakhir setelah penampilan mereka, karena masih ada beberapa penampilan dari artis lokal lainnya. Saya sendiri merasakan nostalgia, kerinduan akan Michael Jackson, seperti halnya penonton yang memadati Plennary Hall malam itu. The Jacksons seperti membayar lunas ekspektasi yang diberikan penonton yang rela merogoh kocek lebih dalam untuk menyaksikan mereka. “Blame It On The Boogie”, “Rock With You”, dan “I Want You Back” adalah bukti. Dan seperti ungkapan seorang teman, malam itu ia tak menyesal sedikitpun, it was worth it!

Seperti halnya saya yang melakukan perjalanan dari kota Bandung untuk menyaksikan 3 hari kebahagiaan berbalut pendingin ruangan selama tiga hari. Java SoundsFair tahun depan, tak mungkin dilewatkan.

(Verdy / CreativeDisc Contributors)

Di hari terakhir Soundsfair 2014 justru saya semakin bersemangat dengan datang jauh lebih awal. Saya mengawali pesta hari ke-3 ini di panggung Kasuari Kementrian Perdagangan di mana salah satu band yang mulai naik daun baru-baru ini tampil: Neurotic. Band berlairan electropop yang baru saja merilis album “Weird” ini tampil dengan konsep yang unik diiringi dengan berbagai macam instrumen musik. Meskipun masih sore, tapi penonton sudah berkumpul memenuhi round tables di depan panggung. Usai berdendang dengan Neurotic, saya beralih ke Assembly 1 Guiness Hall. Saat itu band Kelompok Penerbang Roket (KPR) sudah memulai penampilannya. Lagu “Beringin Tua” berhasil menaikkan mood saya saat itu, penonton pun ramai hadir di Guinness Hall ini.

Belum habis menyaksikan penampilan KPR, saya pindah ke Cendrawasih Hall Garuda Indonesia karena akan ada Mocca yang tampil di panggung itu. Ternyata sudah banyak penonton yang stand by menunggu di sana meski panggung masih gelap. Pada saat Mocca naik ke panggung, penonton sudah memadati Cendrawasih Hall yang terhitung cukup luas itu. Menyuguhkan musik yang ringan namun dengan instrumen yang beragam, Mocca mengajak para penonton untuk bernyanyi bersama sehingga konser Mocca malam itu sangat interaktif. Yang menarik, Arina sang vokalis juga memainkan flute di beberapa lagu.

Sekitar pukul 19.00 suasana JCC sudah cukup ramai. Saya segera kembali ke Assembly 1 Guiness Hall karena penampilan berikutnya adalah G-PLUCK, band Indonesia yang dibentuk untuk membawakan lagu-lagu The Beatles. Awalnya saya kurang yakin dengan jadwal yang saya dapatkan karena ketika memasuki Hall, suasana masih sepi dan panggung masih gelap. Tapi akhirnya saya yakin bahwa G-PLUCK benar-benar akan tampil setelah melihat bass guitar khas Paul McCartney telah diset di atas panggung. “Twist and Shout” didaulat menjadi lagu pembuka konser band yang sudah melanglangbuana hingga kancah internasional ini. Rupanya kemeriahan “Twist and Shout” menarik perhatian para pengunjung Soundsfair 2014 hingga akhirnya Guiness Hall padat oleh penonton.

G-PLUCK mengungkapkan bahwa mereka tidak menyiapkan songlist untuk penampilannya, mereka menyerahkan pada penonton ingin dimainkan lagu apa. Sontak setiap pergantian lagu pun penonton berteriak meminta lagu-lagu The Beatles favorit mereka dimainkan. Saking excitingnya, penonton terus meminta G-PLUCK bermain, bahkan setelah encore. Antusias yang hebat ini meluluhkan panitia yang kahirnya memberi kesempatan tambahan hingga G-PLUCK mengakhiri konsernya sampai 3x encore. Itu pun masih disoraki teriakan “Woooo” dari penonton yang kecewa karena konser G-PLUCK harus berakhir.

Usai G-PLUCK, saya kemudian mendapat kabar bahwa ada signing session bersama YUNA di booth Universal Indonesia. Saya segera mengambil antrian untuk membeli CD. Tapi sayang, ternyata CD YUNA tidak ready stock. Sebagai gantinya, pihak Universal Indonesia tetap melaksanakan signing session dengan memberikan sebuah official poster untuk ditandatangani kepada para pengunjung yang membeli CD YUNA. Tepat pukul 21.00, antrian panjang mulai mengular di depan booth Universal Indonesia. Dengan ramahnya YUNA menyapa para penggemarnya. Signing session pun dimulai dan beruntung pihak Universal Indonesia menyediakan fasilitas foto bersama YUNA. Ini pertama kalinya saya berjabat tangan dan berinteraksi langsung dengan YUNA. Sungguh tidak seperti berhadapan dengan seorang diva, tetapi saya seperti berhadapan dengan saudara sendiri karena YUNA begitu ramah dan humble.

Signing session bersama YUNA berlangsung singkat karena akan ada special show dari The Jacksons. Saya melihat para MJ Lovers Indonesia sudah mengantri di depan plennary hall. Begitu gate dibuka, saya masuk dan berhasil mendapat posisi paling depan. Penampilan The Jacksons tampaknya memang sangat dinanti-nantikan oleh para penonton. Sebelum layar dibuka, ditampilkan video-video perjalanan karir The Jacksons yang diiringi dengan medley beberapa lagu mereka.

Sorak penonton begitu riuh saat konser dibuka dengan lagu “Can You Feel It”. Tampil dengan kostum yang serba bling-bling, para personil The Jacksons tidak hanya menyanyi tapi juga menari. Meski usia sudah tidak lagi muda, tapi penampilan keempat saudara sang King of Pop ini sangat maksimal. Tidak hanya menyanyikan lagu-lagu up-beat, di tengah-tengah konser The Jacksons juga menyanyikan lagu “I’ll Be There” sebagai tribute untuk Michael Jackson. Di layar pun ditampilkan foto-foto MJ yang sontak membuat penonton histers dan berkaca-kaca mengenang sang raja pop.

The Jacksons begitu senang sudah diundang untuk tampil di Indonesia, tidak henti-hentinya mereka mengucapkan “Thank you!” selama konser. Bahkan sebagai ungkapan rasa bahagianya, usai konser mereka turun panggung dan menyalami penonton yang berada di barisan paling depan. Meski berdesak-desakan, saya akhirnya bisa juga menyalami para personil The Jacksons. Pengalaman yang luar biasa untuk menutup serangkaian pesta selama 3 hari di Soundsfair 2014 ini.

(Jeni / CreativeDisc Contributors)

Photo by Budi Susanto and @hafiyyanfaza

Special thanks to Java Production Festival

welly
More from Creative Disc