Holi Water Festival Bali - Bermain dan Menari

Oleh: welly - 11 May 2015

Setelah sukses dengan gelaran Holi Water Festival di Jakarta bulan Maret lalu. Sinna Entertainment memboyong gelaran perpaduan dua kebudayaan ini ke pulau dewata, Bali. Bertempat di Klapa Beach Club, Pecatu, Holi Water Festival Bali di selenggarakan pada akhir pekan pertama bulan Mei.

Konsep yang ditawarkan tentu bisa dilihat dengan jelas. Festival permainan perang air milik Thailand “Songkran” dipadu-padankan dengan festival warna asal India. Masih kurang? Maka iringan musik penuh dentuman tentu membuat semua orang yang mengikuti acara ini akan berbahagia bukan?

Pesta dimulai semenjak tengah hari. Tepat pukul 12 siang, DJ Hugo Marti membuka lantai dansa, berturut-turut dengan penampilan Evan Virgan dan Teezy. Holi Water Festival Bali mengambil tema “Sea, Sand, Beach, Party and Colours” membuatnya menjadi spesial. Bagaimana tidak, melihat hamparan laut luas dengan garis pantai panjang sebagai latar tempat pertunjukan mentasbihkan bahwa “lantai dansa sungguh tak akan lagi sama”.

Keceriaan berlanjut dengan penonton yang sebagian sibuk menari diiringi penampilan Mikey Moran, Astronaughty, Tiara Eve dan Makka sebagai penutup malam itu. Sebagian penonton juga tak lelah untuk membuat mereka yang hadir untuk basah, entah dengan pistol-air, balon air, atau sebuah ember kecil yang dipinjamkan bartender yang juga tampak kadung basah.

Semestinya gelaran ini akan sempurna, seandainya dimampatkan dalam alur acara yang lebih fokus. Tapi saya sendiri pun bingung bagaimana melakukannya. Terlalu banyak pengalih perhatian sepanjang acara, dan kolam renang milik Klapa Beach Club tak boleh sedikitpun disalahkan jika beberapa yang hadir memilih berendam sembari memandangi matahari mulai terbenam.

Penampil festival pun telah berusaha maksimal meski berulang menghadirkan nomor yang sama untuk menarik kembali penonton yang sibuk melempari temannya dengan bubuk warna-warni. Mereka tentu telah melakukan tugasnya dengan baik sembari memastikan perangkat elektronik yang menjadi senjata utama mereka terhindar dari cipratan air.

Jadi sampai bertemu tahun depan, mungkin? Dimana kita telah memutuskan terlebih dahulu sebelum akhirnya datang, mau menari di lantai dansa yang basah? Atau berlarian dengan ember berisi air sembari mencari mangsa untuk diguyur? Atau hendak mewarnai wajah sahabat karib yang tampak kedinginan setelah kena guyuran salah sasaran? Tampaknya dalam hidup kita memang tak bisa memiliki segalanya.

Special Thanks to Fika & Sinna Entertainment

Noverdy Putra

CreativeDisc Contributor

welly
More from Creative Disc