Nostalgia Bersama Bon Jovi Tanpa Lagu Favorit

Oleh: welly - 14 Sep 2015

“Menyenangkan sekali rasanya. Ini pertama kalinya saya ditonton orang sebanyak ini,” ujar Sam Tsui kepada puluhan ribu orang di hadapannya. Rasa takjub dan sumringah tak bisa disembunyikan dari wajahnya.

Sam Tsui mengucapkan kalimat tersebut di atas panggung megah yang berada di Gelora Bung Karno pada Jumat (11/09) malam. Dia tampil malam itu sebagai pembuka untuk band besar yang akan tampil setelahnya: Bon Jovi.

Entah karena menghilangkan gugup atau memang sudah bawaan dari orok, Sam tampil pecicilan di atas panggung. Mondar mandir ke kanan dan kiri panggung yang cukup luas. Membawakan beberapa lagu, antara lain ‘Trust’ dan ‘Shadow’. Meski awalnya penonton sempat kompak menyuarakan kekecewaannya melihat Sam yang muncul di atas panggung bukan Bon Jovi, untunglah semua berjalan dengan baik.

Usai Sam pentas, lagi-lagi penonton masih harus bersabar. Masih ada satu lagi yang akan tampil : Judika. Tapi untunglah hanya satu lagu saja yang dinyanyikan dan hampir seluruh penonton di seantero Gelora Bung Karno ikut menyanyi. Lagu apakah itu? Lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dibawakan apik dengan cengkok rock oleh Judika.

‘That’s What The Water Made Me’ dari album What About Now dipilih sebagai lagu pembuka ketika akhirnya yang dinantikan muncul di atas panggung. Jon Bon Jovi (vokal), David Bryan (keyboard), Tico Torres (drum) dibantu oleh Phil X (gitar), Matt O’Ree (gitar) dan Hugh McDonald (bass) disambut dengan sangat meriah.

“Apa kabar? Senang rasanya kembali berada di Jakarta. Sudah sangat lama sekali,” ujar Jon Bon Jovi usai menyanyikan lagu ketiga, ‘Lost Highway’. Ya, ini adalah kali kedua Bon Jovi pentas di Indonesia. Dimana yang pertama di tahun 1995 di Ancol.

Bon Jovi diboyong ke Indonesia oleh Live Nation Indonesia. Indonesia menjadi persinggahan pertama dan pembuka dalam rangkaian tur dunia Bon Jovi Live! Dan Indonesia mendapat keistimewaan dengan pertama kali dibawakannya ‘We Don’t Run’ dari album Burning Bridges secara langsung di atas panggung.

Bila disimak dengan seksama, terlihat sekali penonton lebih menunggu lagu-lagu Bon Jovi di era 80 dan 90-an. Maka tak heran ketika ‘You Give Love A Bad Name’, ‘Keep The Faith’, ‘Wanted Dead Or Alive’, maupun ‘Someday I’ll Be Saturday Night’, mendadak Gelora Bung Karno menjadi tempat karaoke massal yang dipenuhi pendar cahaya dari gawai yang mengabadikannya.

Maka sudah pasti pula banyak yang berharap ‘I’ll Be There For You’, ‘Never Say Good Bye’, ‘Bed of Roses’, ‘This Ain’t A Love Song’ dan tentunya ‘Always’ dibawakan malam itu. Tapi sampai dengan ‘Living On A Prayer’ dibawakan sebagai lagu penutup encore dan Jon Bon Jovi berkata, “Aku Cinta Indonesia. Thank you. Thank you. Terima kasih,” dan penonton berharap encore kedua, tak juga lagu-lagu itu dibawakan.

Kecewa? Sudah pasti. Tapi bagaimana dengan sepasang kekasih yang berhasil menarik perhatian sebagian kecil penonton di area Festival B? Pastinya penuh dengan kebahagiaan. Bukan karena hanya lagu favorit mereka dibawakan. Tapi karena si pria berlutut dengan bertumpu pada satu kaki sambil menunjukkan kotak berisi cincin kepada si wanita. Ya, dia melamar kekasihnya di tengah kebisingan musik dan hiruk pikuk penonton. Ah, untuk urusan hati memang tak mengenal waktu dan tempat ya.

“I'd hold you. I'd need you. I'd get down on my knees for you. And make everything alright. If you were in these arms. I'd love you. I'd please you. I'd tell you that I'd never leave you. And love you 'til the end of time. If you were in these arms tonight.” Cuplikan lirik ‘In These Arms’ Bon Jovi malam itu tampaknya sangat tepat sekali menggambarkan suasana hati pasangan tersebut.

Photo & Teks by Babotz

welly
More from Creative Disc