Rumor mengenai album kelima One Direction yang rilis di tahun 2015 ini akan menjadi album final mereka sudah menyebar sejak akhir tahun lalu. Percaya ga percaya, "Made in the A.M." yang keluar sejak 13 November lalu secara nyata membenarkan rumor tersebut dengan keputusan hiatus yang diambil oleh keempat anggota boyband tersebut. So, this will be the first album for the boys as a four-piece band, and also their last.
Semakin menjorok ke rock, citra musik 1D sudah sempurna kematangannya di album ini. 'Hey Angel' mewujudkan impian mereka untuk menghadirkan karya cipta yang berbau Britpop. Sudah bisa dibilang kalau lagu ini mensejajarkan musik mereka dengan para musisi alternatif yang memiliki elemen musik tersebut. 'Drag Me Down' dengan segala daya upayanya mencoba menggiring penggemar ke nostalgia riuh 'What Makes You Beautiful' dan 'Live While We're Young', namun minim teenage vibe karena sepertinya mereka sudah lepas landas dari tipe "kegirangan" yang setara demikian.
Mendapati kisah perpisahan antara 1D dengan para penggemarnya saat 'Perfect' dirilis sebagai single kedua dari album ini, entah mengapa kerap muncul perasaan galau tatkala mendengar lagu tersebut. Ya, saya tau betul kalau lirik di lagu ini juga menggambarkan perasaan kasih (nyaris) tak sampai. Dari situ pasti datang wujud emosional yang akan meluluhlantakkan perasaan pendengar, tapi kenyataan kalau kita mesti say goodbye ke Niall cs yang sedihnya lebih nyata. Dikarenakan hal tersebut, secara pribadi saya hampir merasa kesulitan untuk menikmati lagu-lagu mid-tempo di album ini. 'Infinity', 'End of the Day', hingga 'If I Could Fly' dan 'Long Way Down' membuat saya terbawa perasaan, atau dalam istilah masa kini, baper.
I hate to conclude the album as an emotional one, tapi memang kembali ke drama seputaran band yang susah dilupakan. Padahal, ada 'Never Enough' yang sungguh playful. Salah satu lagu terbaik dari album ini karena vibe-nya yang berbeda, menjadiknnya stand out di antara track lain sealbum. Lagu ini bisa dimanfaatkan sebagai getaway dari baper-baperan tadi. Tribute kepada siapapun yang bernama 'Olivia' pun menarik disimak kisahnya, setelah sebelumnya 1D pernah mengelu-elukan 'Diana' di album terdahulu.
Seiring dengan perjalanan waktu, pembagian vokal di band memang mulai terjadi pemerataan. Ini sempat membuat Liam sedikit terguncang karena porsinya sebagai vokalis utama mulai surut. Dengan pemangkasan jumlah personel, efek langsungnya adalah kita kehilangan improvisasi Zayn yang biasa terdengar dalam jangkauan nada-nada tinggi menjelang akhir lagu. That's irreplaceable. Efek lainnya adalah Louis yang makin banyak porsi nyanyinya, dan improvisasi hanya datang dari Harry. Dengarkan dan buktikan di album ini, dengan 'What a Feeling' dan 'Love You Goodbye', Louis menjajal vokalnya dan Harry dimaksimalkan untuk membungai lagu.
Dengan atau tanpa Zayn, album One Direction tetap ciamik. Karir yang sudah lebih dari lima tahun dengan penjagaan rentang rilis album per tahun ternyata ditanggungjawabi dengan karya yang apik di setiap albumnya. Untuk itu, salut juga pantas disampaikan kepada tim yang mem-backup 1D. Satu tahun satu album bukanlah metode kejar setoran, tapi persiapan yang habis-habisan. 'I Want to Write You a Song' sepertinya mewakilkan semangat menggebu-gebu dari 1D dan tim untuk menyajikan album ini, hingga akhirnya mereka punya sejarah, atau 'History' yang diakui. Salam "Made in the A.M." kepada para directioner. I know it's hard, tapi album ini adalah proper goodbye untuk kita hingga tiba waktunya nanti kita bertemu dengan 1D lagi.
TRACKLIST
1. "Hey Angel" 4:00
2. "Drag Me Down" 3:12
3. "Perfect" 3:50
4. "Infinity" 4:09
5. "End of the Day" 3:14
6. "If I Could Fly" 3:50
7. "Long Way Down" 3:12
8. "Never Enough" 3:33
9. "Olivia" 2:57
10. "What a Feeling" 3:20
11. "Love You Goodbye" 3:16
12. "I Want to Write You a Song" 2:59
13. "History" 3:07
Ai Hasibuan
CreativeDisc Contributor