LANY, Phoenix, Gnash, Daya, Cash Cash dan Snakehips Hebohkan Hari Kedua We The Fest 2017

Oleh: luthfi - 23 Aug 2017

Hari kedua WTF 2017 disambut dengan berbagai macam penampilan musisi lokal di awal seperti Mondo Gascaro, Rumahsakit, dan Trio Emir Hermono, A.Nayaka, & Rayi Putra yang dengan bangga membawa banner tukang pecel lele kaki lima yang dimodif oleh mereka dan menjadi hal yang keren di mata anak gaul ibukota.

Highlight dari artis lokal yang ada di WTF hari kedua jatuh pada Potret. Band indie pop yang dikepalai oleh Melly Goeslaw ini memang menolak untuk tua dan mampu menyatukan dua generasi yang berbeda lewat lagu-lagunya yang long-lasting sampai sekarang mulai dari “Bunda” yang sukses membuat orang menangis dan “Salah” yang terus berkumandang di radio sekarang. Melly Goeslaw juga masih secentil dan senakal dulu meski kadarnya sudah dikurangi karena sudah memakai kerudung dan sudah menjadi ibu. Berbagai macam joke terus dikeluarkan dari mulut Melly lengkap dengan aksen Sunda yang sangat kental membawa penonton seolah berada di pensi SMA di kota Bandung ketimbang di WTF. “Orang yang masuk surga duluan itu penonton, soalnya penonton bantu saya nyanyi kalau saya lagi capek”, “Terima kasih loh udah nyanyi lagu di album pertama meski albumnya gak laku”, “Pacar direbut orang lain…ku tak diam”, ucap Melly sambil terlihat terengah-engah dalam bernyanyi. Melly Goeslaw pada malam itu merupakan personifikasi yang tepat untuk istilah joke emak-emak.

Generasi milenial yang tidak merasakan lagu Potret berbondong-bondong mendengarkan trio pendatang baru asal Amerika, yang bernama LANY. Penampilan LANY penuh diiringi teriakan remaja cewek dari awal sampai selesai konser. LANY sukses menjadi ikon anak milenial yang suka memposting gambar dengan filter instagram dengan caption kata yang sedikit lewat lagu “Dumb Stuff”, “Good Girls”, “The Breakup”, “Pink Skies” dan “Current Location”. Puncak penampilan LANY adalah lagu “ILYSB” dimana vokal Paul beradu dengan jeritan anak SMP- SMA yang tidak terkendali lagi.

Setelah LANY turun panggung, generasi millennial ini memecahkan dirinya ke dua penampil yaitu Gnash dan Daya. Daya menunjukkan “daya”-nya dalam bermusik dengan memboyong live band yang semuanya perempuan sambil menunjukkan girl power ke dalam panggung This Stage Is Bananas. Meskipun baru berumur 18 tahun tetapi power dari solois ini tak kunjung padam malah semakin naik setiap lagunya. Daya sukses membakar penonton dengan lagu seperti “We Are”, “Words”, “Sit Still Look Pretty”, “Hide Away” dan tentunya “Don’t Let Me Down”. Epik High juga sukses membuat para pecinta K-Pop histeris pada malam itu, baca selengkapnya disini.

Usai penampilan Gnash, generasi masa lalu yang terlihat sudah mapan bersiap-siap untuk melihat penampilan kuartet asal Perancis yang sudah datang ke Jakarta selama tiga kali bernama Phoenix. Phoenix tahu betul selera penonton Indonesia dan membawakan lagu lamanya seperti “Long Distance Call”, “If I Ever Feel Better”, “1901”, “Lasso”, “Lisztomania”, “Girlfriend”, dan “Rome”. Mereka juga membawa lagu dari album baru mereka yang bernuansa Italiano “Ti Amo” dengan lagu “J-Boy”, “Role Model”, “Ti Amo” dan “Fior di Latte”. Pada penampilannya ketiga di Indonesia, Phoenix seolah habis-habisan seperti menuntaskan balas dendamnya sewaktu mereka tampil di Love Garage 2014 akibat cuaca yang buruk sehingga penampilan mereka pada waktu itu setengah matang. Phoenix menutup konsernya dengan aksi stage-diving Thomas Mars yang sukses membuat penonton histeris sambil menggendong Mars kembali ke panggung utama.

Massa kembali terpecah dua pada saat Phoenix, di This Stage Is Bananas ada Snakehips yang membuat penontonnya chill dengan lantunan future bass dan future house-nya. Suasana chill ini dilengkapi dengan AC yang sangat dingin di dalam panggung ini sehingga para penonton yang terlihat lelah bisa sedikit cooling down sambil menikmati musik electro yang tenang. Bagi para pengincar musik electro yang riuh alias EDM ada Cash Cash yang siap membawa penontonnya untuk kembali bergoyang. Kedatangan Cash Cash seolah mengubah WTF menjadi DWP dadakan.

Photo by: Budi Susanto

luthfi
More from Creative Disc