Ariana Grande adalah salah satu artis terkemuka yang menginginkan adanya undang-undang baru untuk pengaturan senjata api di Amerika selepas insiden berdarah yang terjadi di Las Vegas di akhir pekan lalu.
Lebih dari 50 orang tewas dan 500-an lain yang terluka akibat serangan seorang pria bernama Stephen Craig Paddock yang menembakkan senjata apinya ke arah penonton festival musik Route 91 Harvest, dari jendela kamar hotelnya di Las Vegas.
Teror penembak single paling berdarah di sepanjang sejarah Amerika Serikat ini telah menarik berbagai reaksi, baik yang berhubungan dengan tingginya angka korban jiwa ataupun implikasi politisnya, hanya beberapa jam selepas insiden terjadi. Reaksi paling keras datang dari Ariana yang mengkritik media yang menganggap aksi Paddock sebagai serangan "serigala penyendiri" ketimbang aksi terorisme.
My heart is breaking for Las Vegas. We need love, unity, peace, gun control & for people to look at this & call this what it is = terrorism.
— Ariana Grande (@ArianaGrande) October 2, 2017
Ini memang bukan kali pertama Ariana berurusan dengan teror berdarah. Pada tanggal 22 Mei lalu, saat menjadi headliner di Manchester Arena, Inggris, seorang pengebom bunuh diri telah menewaskan sekitar 22 orang. Sang penyanyi berusia 24 tahun kemudian mengorganisir sebuah konser amal, "One Love Manchester", yang berhasil mengumpulkan dana jutaan dollar untuk membantu para korban selamat ataupun keluarga korban yang tewas.