Synchronize Festival 2017 Yang Semakin Berkibar

Oleh: budi-susanto - 21 Oct 2017

Festival Musik Synchronize Festival kembali menyita perhatian besar dari berbagai kalangan untuk tahun kedua penyelenggaraannya. Masih tetap dengan konsep seperti tahun sebelumnya dimana tetap Multi Genre, diselenggarakan selama 3 hari pada 6, 7, 8 Oktober 2017, dan menampilkan line up dari artis-artis dan band-band Indonesia (mainstream & Indie). Synchronize Festival tahun ini melebihi kesuksesan tahun pertama. Hal ini bisa dilihat dari jumlah penonton yang datang selama 3 hari dan jumlah line-up yang tampil yakni 101 penampilan dan dipentaskan pada 5 panggung (Dynamic Stage, Forest Stage, Lake Stage, District Stage dan Gigs Stage). Sementara venue yang dipilih untuk penyelenggaraan tahun ini tetap Gambir EXPO, Arena JIEXPO Kemayoran, Jakarta Utara.

Konsep multi-genre yang diracik sedemikian rupa oleh Demajors dan Dyandra Promosindo ini memang pantas mendapat apresiasi karena menggabungkan berbagai genre dalam suatu Festival tidaklah pekerjaan gampang. Festival ini juga adalah untuk merayakan keberagaman musik Indonesia dan sekaligus menjadi corong amplifikasi pergerakan musik lokal yang berdaulat di negerinya sendiri. Seperti yang dikatakan David Karto selaku penggagas sekaligus Festival Director Synchronize Festival ini, "Synchronize Festival 2017 diharapkan menjadi wadah ekspresi berbagai kolektif lokal di rumahnya sendiri dan juga sebagai langkah nyata proses perkembangan terkini kancah musik nasional".

Pada Hari pertama Festival Jumat 6 Oktober, yang menjadi Highlight saya adalah penampilan dari BESIDE, band asal Bandung yang tahun ini berhasil memenangkan kompetisi untuk bermain mewakili Indonesia di Wacken 2017. Band yang terdiri dari Agung Suryana (vokal), Roy Nat Siregar (gitar), Tri Afrizal (bas), Rizky Aditya (gitar) dan Achmad Rustandi (drum) itu tampil enerjik memanaskan Forest Stage, dengan lagu-lagu andalan mereka ; "Ambisi Arogansi", "Under Hollow", dan "Aku adalah Tuhan",

Selanjutnya adalah penampilan Band beraliran Deathcore yang juga berasal dari Bandung yakni REVENGE THE FATE di Lake Stage. Tidak seperti biasanya Revenge The Fate tampil kurang maksimal kali ini. Apakah karena kelelahan atau penyebab lainnya, Saya tidak tau, tapi yang jelas adalah penonton yang menyaksikan penampilan mereka tidak terlalu banyak. Revenge The Fate menyudahi penampilan mereka dengan Lagu "Jengah" (Cover), yang merupakan lagu dari Pas Band.

Selanjutnya saya berpindah ke Forest Stage lagi, dimana saya menyaksikan penampilan dari MORFEM yang terus terang ini adalah kali kedua saya menyaksikan mereka di atas Panggung. Penampilan Enerjik Jimmy Muktazam dan rekan-rekannya berhasil membuat penonton Berdansa dan Sing along di beberapa lagu seperti "Tidur Dimanapun Bermimpi Kapanpun", "Jungkir Balik", dan "Rayakan Pemenang".

Malam itu penampilan terakhir yang saya ingin saksikan adalah Trio Punk SUPERMAN IS DEAD, karena sudah lebih 1 tahun saya tidak memotret mereka. Walaupun tampil sekitar jam 12 malam, Forest Stage tetap ramai oleh fans-fans Bobbybikul, Jerinx dan Eka. Selama lebih kurang 1 jam lamanya Superman Is Dead menghajar panggung dengan lagu-lagu andalan mereka seperti ; "Jadilah Legenda", "Kuta Rock City", "Kuat Kita Bersinar", "Jika Kita Bersama", dan lain-lain. Superman Is Dead juga sempat berkolaborasi dengan vokalis dari BARA SUARA, Icil atau Asterika pada lagu "Sunset Di Tanah Anarki"

Di Hari Kedua, begitu saya sampai di venue sekitar pukul 6:45, rencana awal saya adalah untuk menyaksikan penampilan Ebiet G. Ade di District Stage. Alasannya adalah karena saya belum pernah menonton Ebiet secara live. Cuma ketika saya ingin melangkahkan kaki kesana, stage ini sangat padat sekali oleh penonton dan saya susah untuk menembus ke depan. Saya sempat bertanya-tanya, kenapa District Stage begitu penuh. Ternyata malam itu ada kejutan yang tak terduga. Presiden Jokowi tanpa ada rencana sebelumnya datang menyaksikan Synchronize Festival pada hari kedua ini. Dan yang dia tonton adalah Ebiet G. Ade.

Saya kemudian menyaksikan DeadSquad, yang beraliran Technical Deathmetal. Dan, ternyata Presiden Jokowi juga menyaksikan band ini dari VIP Seat yang terletak dekat FOH. Cukup banyak metalheads yang menyaksikan penampilan Deadsquad yg bermain tepat pukul 8. Begitu tahu ditonton Jokowi, Daniel Mardhany, vokalis Deadsquad menyampaikan salam dari atas panggung. "Kami mau menyapa Presiden Republik Indonesia Jokowi. Terima kasih karena mau mengapresiasi dan menikmati musik seperti yang kami sajikan", ucapnya. Deadsquad tampil dengan sangat baik selama lebih kurang 45 menit durasi yang diberikan promotor. Lagu-lagu yang dimainkan band yang dimotori Stevi Item ini diantaranya ; "Manufaktur Replika Baptis", "Anatomi Dosa", "Lahir Mata Satir" dan lain-lain

Setelah puas melihat aksi panggung Deadsquad, saatnya untuk menyaksikan trio NTRL Coki Bollemeyer, Om Bagus dan Eno di Dynamic Stage. Band Punk Alternative yang telah malang melintang di industri musik Indonesia sejak 1992 ini tetap solid di atas panggung. Lagu-lagu dengan lyric sederhana dan lugas tetap menjadi andalan mereka. Lebih kurang selama 1 jam, NTRL menggelontorkan lagu-lagu hits mereka antara lain "Terbang Tenggelam", "Sorry", "Pertempuran Hati", "Sorry", "Cinta Gila" dan lain-lain.

Selanjutnya saya ke Forest Stage, menyaksikan penampilan Tohpati Bertiga. Band yang terdiri dari Tohpati (Gitar), Bowie (yang juga adalah Drummer dari Gugun Blues Shelter) serta Indro Hardjodikoro (Bass). Masih dengan racikan antara fusion, progresif, eksperimental hingga rock n roll, Tohpati tampil seperti memberikan kursus kilat bagaimana bermain musik yang rapi selama 45 menit kepada audience malam itu.

Dan akhirnya, sampailah kepada band yang saya tunggu-tunggu, Yes It is BURGERKILL. Band asal Ujung Berung, Bandung ini tidak perlu dipertanyakan lagi kiprahnya. Untuk saat ini saya bisa mengatakan Burgerkill adalah band metal teratas di Indonesia. Penampilan mereka di Wacken 2015 di Jerman serta Bloodstock Open Air 2015 di Catton Hall in Walton-On-Trent, Derbyshire, UK adalah suatu pencapaian yang belum bisa disamai oleh band-band metal Indonesia lainnya. Malam itu Burgerkill selama 1 jam menyuguhkan atraksi metal terbaik mereka membawakan lagu-lagu seperti ; "Atur Aku", "Darah Hitam Kebencian", "Only The Strong", "Penjara Batin", "Air Mata Api", dan lain-lain.

Hari Ketiga yang merupakan Hari Terakhir, saya menyaksikan beberapa band antara lain ; Duo Endah & Rhesa, KOIL, SERINGAI, UPSTAIR, BASE JAM REUNION, KLA PROJECT dan Tentunya SLANK. Dari 3 hari penyelenggaraan, hari ini lah yang paling banyak penontonnya.

Endah & Rhesa tampil di District Stage. Ramai sekali penonton yang menyaksikan penampilan Duo Suami Istri ini. Endah Widiasturi dengan Gitar Akustik serta Rhesa Aditya dengan Bass nya merupakan Duo yang paling serasi, Sayangnya saya cuma bisa menyaksikan 3 lagu terakhir dari Endah & Rhesa karena saya terlambat datang.

Selanjutnya saya mendatangi Lake Stage dimana saya ingin menyaksikan KOIL. KOIL tampil setelah Payung Teduh menuntaskan penampilan di Dynamic Stage. Masih dengan formasi J.A Verdijantoro alias Otong Koil, Adam Vladvamp, Donnijantoro dan Leon Ray Legoh, KOIL memainkan Industrial Metal yang merupakan genre yang mereka usung, lagu-lagu yang dibawakan antara lain; "Nyanyikan Lagu Perang", "Kenyataan Dalam Dunia Fantasi", "Semoga Kau Sembuh", dan tentunya "Aku Lupa Aku Luka".

Saya kemudian menyaksikan SERINGAI yang tampil di stage yang sama dengan KOIL. Sudah agak lama ternyata saya tidak menyaksikan Seringai. Mereka seperti biasa tetap tampil energik dan penuh semangat di atas panggung. Salut untuk kuartet Ricky Siahaan, Arian 13, Edy Khemod dan Sammy Bramantyo ini. Dimanapun mereka main, selalu tidak pernah sepi dengan penonton.

Saya tidak selesai menyaksikan Seringai karena saya juga ingin mengejar panggung lain. Band yang lainnya yang saya ingin saksikan malam ini adalah BASE JAM REUNION, tapi sayangnya saya hanya mendapati mereka membawakan dua lagu terakhir.

Kemudian saya kembali ke Dynamic Stage. Saat itu yang tampil adalah salah satu Band legendaris Indonesia yaitu KLA Project. Katon Bagaskara dan kawan-kawan ternyata tetap ditunggu kehadirannya oleh penonton. KLA Project seperti biasa tetap membawakan lagu-lagu hits mereka diantara nya ; "Menjemput Impian", "Tentang Kita", "Djogjakarta", "Terpurukku Disini" dan lain-lain.

Saya juga sempat stay beberapa lagu di Lake Stage ketika THE UPSTAIRS tampil dengan penonton yang juga padat. Sudah lama juga saya tidak menyaksikan konser mereka. Jimmy Muktazam masih belum berubah. Dia selalu energik di atas panggung, apakah itu bersama The Upstairs, ataupun bersama Morfem.

Selanjutnya saya juga menyaksikan Kelompok Penerbang Roket. Trio yang terdiri dari John Paul Patton (Bass/Lead Vocal), Rey Marshall (Guitar/Back Vocal) dan Igusti Vikranta (Drum/Backing Vocal) cukup naik daun dalam 2 tahun terakhir ini. Dengan Genre Rock 70-an yang mereka usung, mereka mendapat tempat tersendiri di hati remaja belia. Tampil di Forest Stage, Kelompok Penerbang Roket tampil mengesankan membawakan lagu-lagu hits mereka antara lain ; "Beringin Tua", "Mati Muda", "Mencarter Roket" dan tentu saja "Dimana Merdeka".

Dan akhirnya, malam itu perjalanan dari panggung ke panggung saya berakhir kembali di Dynamic Stage menyaksikan line-up penutup, salah satu band terbesar di Indonesia, siapa lagi kalau bukan SLANK. Sebenarnya malam itu saya mengharapkan sebuah kejutan seperti terakhir saya menonton Slank bulan Juli yang lalu di Arena Jakarta Fair 2017, dimana saat itu Abdee Negara tampil di 10 lagu dari 20 lagu yang mereka mainkan. Tapi ternyata hal itu tidak terjadi di Synchronize Fest 2017. Slank tetap bermain dengan 4 orang (Kaka, Bimbim, Ridho Hafiedz, dan Ivanka) sampai akhir konser.

Selamat kepada Demajors dan Dyandra Promosindo yang telah menghadirkan Festival yang hebat ini, dimana untuk tahun ke-2 penyelenggaraannya semakin baik.

Sampai Jumpa di Synchronize Festival 2018!

TEXT & PHOTOS : BUDI SUSANTO

budi-susanto
More from Creative Disc