admincd
AtlanticSelamat hari Natal!
Dan di Natal tahun ini ada yang istimewa, karena untuk pertama kalinya penyanyi dan penulis lagu kenamaan, Sia Furler, menghadirkan album bernuansa Natal. Berjudul "Everyday Is Christmas", Sia siap mengajak kita merayakan hari penuh keceriaan ini dengan lagu-lagu pop khas ala dirinya.
Memang Sia bukanlah artis pertama yang merilis album Natal. Tapi menjadi menarik karena Sia mengusung lagu-lagu bernuansa Natal kreasinya dalam semangat quirky dan witty yang kita kenal darinya. Setidaknya Sia sebagai penyanyi solo, bukan penulis lagu hit untuk penyanyi lainnya.
Jika kita menilik sejarah karir Sia, ia dikenal berkat lagu-lagu indie-pop/synth-pop/electro-pop yang terangkum dalam 5 album pertamanya ("OnlySee" (1997) hingga "We Are Born" (2010)). Setelahnya ia memang cenderung menghadirkan lagu-lagu pop top 40 yang lebih "mainstream". Dengan latar tersebut, maka "Everyday Is Christmas" merupakan sebuah album yang memiliki warna dan corak musik yang menggabungkan dua pendekatan Sia tadi.
Sia dikenal sebagai sosok yang terbuka dan blak-blakan, sesuatu yang agak "asing" di wilayah pop-mainstream. Meski begitu ia tidak menahan dirinya untuk tetap bersikap sama, meski kini ia jauh lebih terkenal di bandingkan dekade awal karirnya. Tidak heran jika pernyataan-pernyataanya, meski itu jujur dan agak naif, cenderung berbalik melawan dirinya. Tapi tak mengapa, kita perlu Sia dalam skena pop masa kini.
Oleh karenanya, saat Sia menyebutkan jika kita saat ini kekurangan album Natal yang bagus dan lagu-lagu Natal biasanya berkutat di klise sama, seperti Santa, pohon Natal, mistletoe dan sebagainya, maka dirinya dianggap memberikan pernyataan ofensif. Padahal mungkin maksud Sia, meski tetap berformula klise, lagu-lagu Natal tetap bisa diolah secara berbeda, yang kemudian coba dibuktikannya dengan "Everyday is Christmas".
Secara umum, album masih menghadirkan hal-hal klise di sekitar lagu Natal, seperti Santa, pohon Natal, mistletoe dan sebagainya. Bahkan dalam 'Ho Ho Ho' ia mengadopsi tawa khas ala Sinterklas tersebut sebagai judul. Tapi lagu terdengar playful karena Sia menghadirkan aransemennya dalam sentuhan indie-pop quirky-nya, sehingga suasana festive yang diusung lagu menjadi lebih segar.
"Everyday Is Christmas" bukannya tanpa lagu-lagu Natal yang lebih tradisional atau konvensional. Sebutlah seperti track retro-pop 'Candy Cane Lane' yang lengkap dengan lonceng dan bel sebagai gimmick di latar atau doo-woop 'Snowman' yang melankolis. Tapi semangat retro yang diusung Sia dalam lagu-lagu tadi terdengar memang sangat kuat dengan eklektisme Sia sebagai penyanyi dan penulis lagu.
Sebutlah 'Underneath the Mistletoe' yang seharusnya riang gembira, justru dihadirkan Sia dengan sedikit gloomy. Atau enerjik prima yang dipersembahkan Sia dalam 'Puppies Are Forever' yang membuat kita sontak berdansa saat mendengar lagunya. Mistletoe juga bukan satu-satunya dengan embel-embel "underneath" di judulnya. Ada juga "Underneath the Christmas Lights" sebuah balada menghanyutkan dan menegaskan mengapa 'Diamond' atau 'Chandelier' bisa menjadi salah satu karya terbaik Sia.
Dibuka dengan lagu berjudul cukup provokatif (karena agak berbau horor), 'Santa's Coming for Us', Sia menehaskan jika "Everyday is Christmas" adalah sebuah koleksi lagu Natal yang siap menghadirkan teman di aneka rasa dan suasana. Ceria? Ada. Sendu? Ada juga.
Mungkin terlalu dini untuk menyebutkan "Everyday is Christmas" sebagai album Natal klasik. Bisa dikatakan Sia tidak menghadirkan sesuatu yang "magis" seperti hit klasik 'All I Want For Christmas Is You', namun rasa-rasanya Natal (dan bahkan Tahun Baru, karena tentunya setiap hari adalah Natal) akan semakin meriah dengan semangat festive yang dihadirkan Sia dalam "Everyday is Christmas".
1."Santa's Coming for Us"3:26
2."Candy Cane Lane"3:32
3."Snowman"2:45
4."Snowflake"4:02
5."Ho Ho Ho"3:25
6."Puppies Are Forever"3:43
7."Sunshine"3:25
8."Underneath the Mistletoe"3:50
9."Everyday Is Christmas"3:23
10."Underneath the Christmas Lights"3:36
