Selama pagelaran Hodgepodge Festival kemarin, Creativedisc.com berkesempatan untuk melakukan sesi interview singkat dengan The S.I.G.I.T. Meskipun dari luar penampilan mereka terlihat sangar, tapi ternyata para personil The S.I.G.I.T. begitu sopan dan hangat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan. Disini kami berbicara singkat dengan The S.I.G.I.T. mengenai album baru dan karir mereka.
CD: Saya pengen ngobrol soal album baru nih, denger-denger album baru kalian rilis akhir tahun ini. Sejauh ini sudah sampai mana?
The S.I.G.I.T.: Pengennya sih akhir tahun 2018, tapi kadang keinginan dan kenyataan harus disinkronkan. Mungkin semampunya dan sepuasnya kami mengerjakan si album, jadi sampai saat ini mungkin baru 50-60%. Kita menyebut akhir tahun sebagai penyemangat saja. Tapi tidak ngotot atau memaksakan yang tidak layak.
CD: Perbedaannya dengan album sebelumnya?
The S.I.G.I.T.: Warna musik yang berbeda memang menjadi tujuan dari album. Karena dari awal ketika membuat lagu selalu berusaha tidak mengulang apa yang pernah kita buat. Yang pasti eksplorasi kearah nuansamatik. Rock kan enggak harus keras ya, kita pengen rock yang memainkan dinamika lagu.
CD: The SIGIT terkenal perfeksionis dan memiliki proses panjang dalam membuat album. Proses kreatif kalian seperti apa sebenarnya?
The S.I.G.I.T.: Kalo saya ngeliatnya prosesnya adalah proses divergen dan konvergen. Jadi ada satu titik, lalu membesar dan meluas. Dan dari meluas itu, ada satu masa dimana akan mengurucut kembali. Jadi titik itu misalnya sebuah ide. Paling gampang konsep riff gitar, dari titik itu diperluas, masuk instrument A, instrument B, drumnya gimana, caranya gimana, sampai mentok. Dan kemudian dikecilkan lagi.
CD: Jadi, di album baru ini sudah sampai proses divergen atau konvergen? Sudah terbayang bentukannya?
The S.I.G.I.T.: Saya sendiri sih enggak tau album baru kayak gimana bentukannya. Sekarang sih masih meluas-luasnya.
CD: Bicara soal karir, The SIGIT kan termasuk band rock yang sudah lama, terbentuknya dari SMA sampai sekarang. Kunci kelanggengan dari The SIGIT seperti apa sehingga bisa bertahan hingga sampai saat ini?
The S.I.G.I.T.: Tiap mau manggung tuh, kita menunggu-nunggu. Kapan ya manggung lagi, kapan ya. Selalu berusaha dibikin kondisi seperti itu. Kebanyakan band kan bubar karena permasalahan antara anggota, itu sih caranya tidak lain karena caranya bersosialisasi aja sih. Berteman harus saling mengerti. Disisi lain, kecintaan sama bermusik, kecintaan sama manggungnya, sama rekamannya. Ada faktor “ekstasi”nya ya (diiringi oleh tawa semua personil). Maksudnya adiktifnya.
CD: Kalian identik dengan kata “Pemberontakan”, misalnya kata tersebut ada pada nama band maupun panggilan untuk fans loyal, The Insurgent Army. Apa makna “pemberontakan” versi The SIGIT?
The S.I.G.I.T.: Kita waktu kita bikin band juga memang ada unsur itu. Maksudnya kita enggak ikutin musim, yang kita suka aja. Tapi tetap sopan. Kalo kata bung karno, kooperatif. Kayak waktu pertama terbentuknya The SIGIT, lagi musim cover band, terus band-band melayu. Jadi kita enggak ngikutin musim, kita pengen main yang kita pengen aja. Ini bukan secara harafiah kita against mereka, enggak, tapi pada momen itu kami sukanya rock 70-an, jadi seolah-olah dengan bentrok dengan mereka.
Interview & Teks by: Rendy Tsu