Album of the Day: Billie Eilish - When We All Fall Asleep, Where Do We Go?

Oleh: admincd - 13 Apr 2019

Released by: Interscope Records

Selamat ya untuk Billie Eilish. Di usia masih sangat belia, 17 tahun saja, ia telah mengantungi begitu banyak prestasi, termasuk dengan menyebet posisi #1 di Billboard 200 pekan ini berkat album debutnya, "When We All Fall Asleep, Where Do We Go?"

Mungkin banyak yang bertanya, mengapa Billie bisa menjadi begitu populer? Padahal gaya musik-nya boleh dikatakan tidaklah populer: alt-pop yang kadang dieksperimentasi dengan electro-pop, indie-pop dan folk-pop. Jawabannya bisa jadi padgaya Billie yang eksentrik dan tidak terlalu tunduk pada dikte kultur populer untuk seorang gadis remaja seperti dirinya.

Dengan dibantu sang kakak, Finneas O'Connell yang bertindak sebagai produser, Billie dengan album "When We All Fall Asleep, Where Do We Go?" miliknya ini memang sebuah anomali. Ada sesuatu yang familiar sekaligus asing dalam materi album.

Secara notasi, lagu-lagu seperti 'Bad Guy', 'You Should See Me in a Crown', 'All the Good Girls Go to Hell' atau 'When the Party's Over' sebenarnya sederhanya saja. Hilangkan kesan gelap dan moody dalam lagu-lagu tadi, mereka bisa malih-rupa menjadi pop ringan yang gampang dicerna.

Bukannya lagu-lagu tadi sulit untuk dicerna juga, hanya saja imbuhan atmosfer gelap yang diimbuhi Billie dalam lagu membuat mereka memiliki dimensi yang lebih luas, sehingga menjadi kelebihan tersendiri. Sebenarnya kalau ditilik-tilik, lagu-lagu Billie mengingatkan akan Lana Del Rey atau bahkan Lorde di era "Pure Heroine", yang mentasbihkan dirinya sebagai salah satu diva alt-pop bersama para seniornya tadi.

Yang membedakan adalah pendekatan Billie cenderung konsisten dengan sisi atmosfer gelapnya, sehingga saat kita mendengarkan 'Ilomilo', 'Wish You Were Gay' atau track penutup, 'Goodbye', kita turut larut dalam kemurungan yang ingin disajikannya.

Tidak berarti Billie tidak bisa tampil playful pula atau setidaknya lebih pop dalam konsep konvensional. Setidaknya jika mendengarkan track pop-folk minimalis seperti '8' di mana ia bernyanyi dengan ditemani ukulele atau balada manis romantis 'I Love You' di mana denting gitar akustik menemani nyanyian Billie yang mendayu sendu.

Hanya saja Billie memang menegaskan sosok dirinya sebagai penyanyi pop alternatif dengan tegas dengan album " When We All Fall Asleep, Where Do We Go?" ini. Secara tematis, lagu-lagunya juga terdengar pas dengan kehidupan remaja, seperti eksistensialisme, krisis percaya diri sampai romansa. Namun dengan asupan elemen dimensi yang lebih luas serta nuansa yang lebih tebal, sehingga lagu-lagunya bisa terkoneksi dengan baik kepada pendengar yang datang dari demografi usia yang jauh lebih dewasa.

Inilah yang membedakan Billie Eilish dengan penyanyi remaja lainnya. Ia bukan melulu tentang bop atau banger untuk hura-hura atau fundi party atau galau ditinggal pacar semata, tapi juga mengajak untuk berkontemplasi dan merenung. Tidak mengherankan kalau seorang penyanyi belia seperti dirinya kemudian bisa mencuri perhatian banyak orang.

Bukannya "When We All Fall Asleep, Where Do We Go?" tanpa kekurangan, karena pada beberapa bagian, ia terdengar seperti sebuah pernyataan ketimbang musikalitas yang organis. Namun album memberi penegasan jika seorang artis remaja pun layak untuk dicermati secara lebih serius, karena ia bertekad untuk menyajikan dirinya secara serius pula. Sebuah upaya yang jelas layak untuk mendapat apresiasi lebih.

Official Website


TRACKLIST

1."!!!!!!!"0:14

2."Bad Guy"3:14

3."Xanny"4:04

4."You Should See Me in a Crown"3:01

5."All the Good Girls Go to Hell"2:49

6."Wish You Were Gay"3:42

7."When the Party's Over"3:16

8."8"2:53

9."My Strange Addiction" 3:00

10."Bury a Friend"3:13

11."Ilomilo"2:36

12."Listen Before I Go"4:03

13."I Love You"4:52

14."Goodbye"1:59

admincd
More from Creative Disc