Travis Mengingatkan Memori Penontonnya di We The Fest 2019

Oleh: luthfi - 22 Jul 2019

Kedatangan Travis ke Indonesia benar-benar mengagetkan para penggemar musik britpop dan anak-anak yang besar di era awal 2000an. Bagaimana tidak? Mereka tiba-tiba memutuskan datang ke Indonesia tanpa ada bocoran sebelumnya dan bermain di acara We The Fest buatan Ismaya Live yang kebanyakan diisi oleh anak-anak generasi yang bahkan baru lahir ketika Travis sedang jaya-jayanya.

Sontak para penggemar britpop yang besar dengan memutarkan album “The Man Who” dan “The Invisible Band” terkejut mendengarkan kabar ini dan membuat mereka akhirnya datang ke We The Fest tahun ini. Akhirnya ketika Travis naik panggung pada jam terakhir di hari kedua, festival ini berubah menjadi festival tembang kenangan yang diisi oleh anak-anak era 90’an dan 2000’an.

Jeritan penonton tidak dapat dibendung lagi ketika band yang membuat Coldplay sukses ini naik panggung. Travis membuka tembang nostalgia pertamanya dengan “Side” yang membuat penonton sing along dan dilanjutkan dengan “Love Will Come Through” sambil menyapa penontonnya di depan dan berkata bahwa ini adalah kali pertama mereka datang ke Jakarta dan mereka sangat senang dengan hal itu.

Dua lagi dari album The Man Who yaitu “Driftwood” dan “Writing to Reach You” sukses membawa penontonnya terharu sambil diiringi dengan lengkingan gitar yang melankolis dari lagu “Writing to Reach You”. Suasana nostalgia semakin menjadi-jadi ketika ada beberapa penonton yang khusyuk dan menghayati alunan tembang dari band yang diisi oleh Fran Healy, Andy Dunlop, Dougle Payne dan Neil Primrose.

Setelah “Re-Offender” dimainkan, mereka sedikit berbicara tentang istri Fran Healy yang mempunyai darah Indonesia dari neneknya lalu berbicara tentang mereka sebagai band dan bercerita tentang lagu “Sing” dimana lagu tersebut bercerita tentang efek lagu bisa menyembuhkan luka hati seseorang dan dia mendorong orang-orang untuk ikut bernyanyi juga untuk melegakan hati.

“All I Want To Do Is Rock” yang menjadi perlambang bahwa mereka bukanlah sekumpulan pria melankolis dengan lagunya yang menenangkan hati ikut dimainkan. Pada lagu ini Travis habis-habisan mengeluarkan jiwa liarnya, mereka tidak henti-hentinya memainkan riff gitar yang kasar dan loncat kesana kemari. Sebuah hal yang keren karena mereka sebelumnya memainkan tembang-tembang mid tempo plus umur mereka sudah mau menyentuh kepala lima. Pada lagu ini semua personil kompak untuk menolak tua dengan menyuguhkan penampilan yang sangat enerjik dan tak kenal lelah meski wajah mereka sudah mulai mengkerut.

“My Eyes” bercerita tentang Fran yang menjadi seorang ayah dibawakan dan membuat Travis kembali ke mode sendu dan menenangkan. Lagu yang sempat menjadi top hits di Indonesia pada tahun 2007 karena kencang dimainkan di radio yaitu “Closer” sukses membuat para penontonnya karaoke berjamaah. Mereka sejenak meninggalkan alat musiknya masing-masing dan maju ke depan panggung untuk bersama-sama menyanyikan lagu “Flowers in The Window”. Dengan hanya bermodalkan gitar akustik Fran, para personil Travis menyanyikan lagu ini secara bersamaan dan benar-benar menghayati sebagai bukti bahwa mereka masih menyimpan jiwa kebersamaan dalam band. Para penonton terlihat senang dan terharu mendengar lagu ini karena selain tema lagunya yang menyentuh mereka melihat sendiri bagaimana idola masih kompak menjadi sebuah band setelah sukses menjadi bintang di Inggris pada masanya.

Setelah mereka kembali ke alat musiknya masing-masing, lagu legendaris “Why Does It Always Rain on Me?” dibawakan dan membuat penonton berteriak kencang mengikuti iringan pelan lagu ini. Tentunya pada bagian reff “why does it always rain on me, is it because I lied when I was seventeen?” adalah bagian dimana penonton berteriak paling keras. “Slide Show” sukses menurunkan mood penonton untuk sedikit bersantai sebelum ditutup dengan lagu yang cukup keras yaitu “Turn” yang berisi tentang semangat hidup untuk terus maju dan menjadi orang yang lebih baik. Mereka membawakan lagu “Turn” dengan penuh penghayatan, arsiran riff gitar yang heavy dan vokal Healy yang penuh dengan luapan emosi seolah merefleksikan hidupnya menjadi penutup yang sempurna dari konser nostalgia anak 90’an dan 2000’an ini.

Tiga belas lagu yang dibawakan oleh Travis dalam penampilan malam itu adalah lagu-lagu yang suskes membawa penontonnya kembali ke masa lalu dan membangkitkan memori penontonnya. Travis sepertinya sudah mempersiapkan jamuan khusus dan spesial kepada penontonnya di Indonesia lewat setlist yang mereka bawakan (karena mereka tidak bermain dimana-mana lagi selain di Indonesia dan tidak dalam kondisi tur). Hari kedua We The Fest ditutup dengan sebuah mesin waktu yang sukses membawa penontonnya kembali ke masa lalunya dan menikmati setiap momen di dalamnya dan mesin waktu itu bernama Travis.

Photo: Official We The Fest (Nareend)

luthfi
More from Creative Disc