CreativeDisc Exclusive Interview with Frank Iero: “Barriers” adalah Album Terbaik yang Pernah Aku Ciptakan

Oleh: rendy-salendu - 23 Oct 2019
CreativeDisc Exclusive Interview with Frank Iero: “Barriers” adalah Album Terbaik yang Pernah Aku Ciptakan

Setelah beberapa kali berganti personil band pengiring, mantan gitaris My Chemical Romance tersebut akhirnya merilis album terbarunya dengan alias Frank Iero and the Future Violents. Kali ini, Frank ditemani oleh Evan Nestor pada gitar, Tucker Rule (gitaris Thursday) pada drum, Matt Armstrong (ex. Murder by Death) pada bass serta Kayleigh Goldsworthy pada piano, organ dan biola.

Berjudul “Barriers”, album ketiganya dengan format band pendukung ini (setelah “Stomachaces” dan “Parachutes”) menghadirkan 14 lagu bernuansa rock, yang bagi Frank adalah album terbaik yang pernah dibuatnya.

Simak wawancara singkat Creative Disc bersama Frank Iero, berikut ini.

Creative Disc: Apa kabarmu?

Frank Iero: Sangat baik. Sungguh melegakan bisa menghabiskan banyak waktu di rumah, dan saya sangat bersemangat untuk menanti hal yang baru kedepannya.

Creative Disc: Ceritakan sedikit mengenai Future Violents. Apa yang membedakannya dengan Patience, dan mengapa kamu memutuskan untuk mengganti nama tersebut?

Frank Iero: Sangat berbeda tentunya dengan Patience. Setiap band yang saya gawangi berbeda-beda. Saya sangat menikmati saat-saat dimana saya membentuk sebuah band baru, mencari nama yang artinya sesuai untuk band tersebut. Anggota band-nya pun berbeda-beda. Yang tetap di dalamnya hanya saya dan ipar saya, Evan Nestor, yang bermain di Patience serta The Cellabration dan juga Future Violents. Kali ini Future Violents juga beranggotakan Tucker Rule yang merupakan personil band Thursday, pada drum; lalu ada Matt Armstrong, mantan anggota band Murder by Death, pada bass; serta Kayleigh Goldsworthy yang bermain piano, biola dan juga vokal.

Creative Disc: Mengapa kamu memutuskan memilih nama Future Violents sebagai band-mu?

Frank Iero: Suatu kebetulan yang lucu sebenarnya. Nama tersebut sudah ada sejak awal Patience berjalan, dan tanpa sengaja muncul. Saat itu saya sedang berada dalam pesawat di Australia, dan seorang pramugara bertanya kepada saya apa nama band-nya, dimana pada waktu itu saya sedang tur bersama band Patience. Lalu saya menyebutkan, “Namanya Frank Iero and the Patience.” Namun dia salah mendengarnya, dan berkata “Oh, Future Violents? Nama yang keren sekali!” Saya pun menjawab, “Bukan. Frank Iero and the Patience.” Namun sejak saat itu, nama tersebut terus terngiang-ngiang dan saya berusaha menemukan arti kata-kata tersebut dalam hidup saya. Saya pun mulai berpikir bahwa menjadi orang yang berperan aktif dalam kehidupan, bisa disebut violent. Memang kata violent berkonotasi negatif. Namun saya tidak berpikir ke arah situ. Kita berandai-andai bahwa hidup seperti berada di sebuah danau yang tenang. Kamu bisa duduk seharian di pinggirnya untuk menikmati ketenangannya, tanpa melakukan apa-apa. Kamu bisa menikmati ikan-ikan berenang, atau bagaimana angin bermain dengan arus air. Atau kamu bisa mencoba sesuatu, seperti melempar batu dan melihat bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi air yang tadinya tenang tersebut. Begitu juga dengan kehidupan. Aksi atau tindakan yang kita lakukan dalam hidup tentunya akan berdampak pada banyak hal, menimbulkan gesekan dan tentunya meninggalkan jejak. Saya berharap bahwa kami (band) serta semua yang mendengarkan musik kami bisa membuat dampak yang besar bagi kehidupan.

Creative Disc: Bagaimana kamu mendeskripsikan musikmu?

Frank Iero: Sebenarnya, hal yang paling kurang saya suka adalah ketika seseorang menanyakan jenis musik apa yang saya mainkan. Saya akan menjawabnya dengan Rock & Roll. Namun, ada elemen folk di dalamnya, ada cerita yang disampaikan lewat musiknya, tapi dasar dari semuanya adalah Rock & Roll.

Creative Disc: Album terbarumu, “Barriers”, telah dirilis bulan Mei lalu. Seberapa antusiasnya dirimu terhadap album tersebut?

Frank Iero: So excited! I love this record very much. I love the band very much. Personil band-nya adalah orang-orang yang telah menginspirasi saya, idola saya, dan sudah sejak lama saya impikan untuk bekerjasama sejak kurang lebih 20 tahun. Saya bertemu dengan Tucker dan juga Matt kira-kira tahun 1999, serta Evan sekitar tahun 2001, kami masih sama-sama muda. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kualitas musik yang sangat baik, orang-orang yang memiliki cara pandang terhadap musik yang berbeda. Jadi, bisa berada di antara mereka dalam satu band adalah mimpi yang jadi kenyataan.

Creative Disc: Apakah “Barriers” memiliki konsep yang sama dengan “Parachutes” dari segi lirik dan musikalitasnya?

Frank Iero: Bagi saya, sangat sulit untuk menulis berdasarkan fantasi atau kejadian fiktif. Saya merasa bahwa saya harus mengalami hal-hal yang nyata untuk dapat bercerita tentangnya. Jadi, ya, (album) ini adalah rangkaian kisah nyata yang terjadi dalam hidup. Cerita-cerita yang mendasarinya memang terjadi di kehidupan nyata. Berbeda waktu dan tempat. Saya sangat kagum terhadap konsep dualitas dari semua hal yang terjadi. Kehidupan dan kematian, baik dan buruk, keunikan dari sesuatu. Pemikiran tentang bagaimana kekurangan seseorang menjadi sebuah hal yang terbaik dari diri mereka. Hal-hal tersebut yang mendasari karya-karya saya. Jadi, saya rasa ada ikatan emosi yang sama yang merekatkan ketiga album saya (“Stomacaches”, “Parachutes” dan “Barriers”).

Creative Disc: Kapan kamu sungguh-sungguh mengerjakan lagu-lagu untuk “Barriers”?

Frank Iero: Hmm, mungkin sekitar Mei 2018. Disitu saya baru benar-benar fokus untuk mengerjakannya, sekaligus sesi pertama menulis bersama yang lainnya. Disitulah pertama kalinya seluruh personil berkumpul. Dan perlu sekitar 3-4 kali sesi menulis dilakukan sebelum akhirnya menuju ke proses rekaman.

Creative Disc: Apakah ada lagu yang paling menonjol bagimu?

Frank Iero: Sangat sulit untuk memilih lagu favorit. Tapi ada beberapa lagu yang menonjol, menurut saya. Ada lagu yang sangat asyik saat dimainkan, dan ada juga lagu yang menurutmu benar-benar sesuai dengan ekspektasimu. Namun, secara band sebuah lagu yang menurut kami paling bersinar, judulnya ‘Medicine Square Garden’. Saya pun sangat senang dengan lagu tersebut, dan menurut saya itu lagu terbaik yang pernah saya ciptakan.

Creative Disc: Judul wawancaramu di majalah Kerrang menyatakan bahwa “Barriers” adalah album yang paling penting dalam hidupmu. Ceritakan mengenai pernyataan tersebut.

Frank Iero: Bagi saya, setiap kali saya menciptakan sebuah album, saya berharap itu adalah yang terbaik yang pernah kamu lakukan, atau yang karyamu yang paling penting. Saya merasa bahwa ada sesuatu dari album ini yang membuatnya istimewa. Dan saya merasa bahwa album ini adalah yang terbaik yang pernah saya ciptakan. Saya rasa sebagai seorang artis/musisi, kamu akan merasakan bahwa kamu menciptakan sebuah karya terbaik setiap 10 tahun, yang terbaik dari yang pernah kamu bayangkan di pikiranmu. Saya merasakannya saat “The Black Parade” (bersama My Chemical Romance) muncul, dan perasaan itu timbul lagi saat saya menciptakan “Barriers”.

Creative Disc: Lagu baru apa yang menjadi favoritmu untuk dimainkan?

Frank Iero: ‘Medicine Square Garden’, lagu yang menyenangkan untuk dimainkan. Juga ‘Young and Doomed’, dan ‘No Love’ yang baru beberapa kali kami tampilkan secara live. Bagi saya tidak ada lagu yang tidak menyenangkan untuk dimainkan di album ini, dan ini salah satu hal yang saya sukai tentang “Barriers”. ‘Basement Eyes’ juga enak. Tapi kalau saya harus memilih satu, ‘Medicine Square Garden’ jawabannya.

Creative Disc: Apa lagi yang sedang kamu persiapkan untuk sisa tahun 2019 ini?

Frank Iero: Saya akan mengambil waktu, paling tidak bulan Oktober ini, untuk menulis lagu. Meskipun sudah mendekati akhir tahun, saya masih punya beberapa kejutan yang sudah dipersiapkan. Tunggu tanggal mainnya.

rendy-salendu