Silver Landings oleh Mandy Moore: Album Comeback atau Album Perpisahan?

Oleh: welly - 27 Mar 2020

Kesaksian hidup mantan idola remaja yang mendambakan kesempatan kedua

Mandy Moore - Silver Landings

Tanggal rilis: 6 Maret 2020 (Digital)

Genre: California Pop, Folk Rock

Durasi: 41:03

Jumlah Lagu: 10

Label: Verve Forecast

Produser: Mike Viola

Setidaknya di atas kertas semata, karier Mandy Moore seharusnya telah usai beberapa tahun yang lalu.

Bagaimana tidak? Di era 2000-an, Moore memulai kariernya dengan menjadi salah satu idola remaja paling tersohor di seluruh dunia, kemudian menjadi bintang film box office berkat A Walk to Remember (2002) dan Because I Said So (2007), kemudian menjadi sekedar bintang tamu di seri TV seperti Grey’s Anatomy dan How I Met Your Mother, kemudian semakin downgrade lagi menjadi pengisi suara di seri kartun Disney Channel, kemudian menjadi ibu rumah tangga, dan kemudian ... lenyap.

Sang gadis remaja 16 tahun yang sempat melelehkan hati kita dengan balada “I Wanna Be with You” itu telah menghilang dan digantikan oleh manusia biasa. Sungguh disayangkan, memang. Nyatanya, setidaknya di lanskap musik Indonesia, vokal Moore yang sweet dan innocent kerap menjadi inspirasi bagi vokalis wanita milenial seperti Ghea Indrawari, Monita Tahalea, Dea Dalila, dan Mawar de Jongh.

Terlepas dari itu, bukan berarti itu artinya Moore tidak berdaya mengalahkan takdir. Malah di usianya yang mendekati late-30s, Moore kini menikmati puncak kejayaan karier yang mengalahkan segala macam prediksi. Kini Moore menjadi bintang utama dari serial drama Amerika bertajuk This Is Us (yang popularitasnya kini telah menyamai seri legendaris seperti The Sopranos dan bahkan Game of Thrones), dianugerahi plakat bintang untuk Hollywood Walk of Fame, menghiasi ratusan sampul majalah internasional, serta menjalin cinta yang baru dalam kehidupan pribadinya. Ini baru yang namanya comeback! Betul, ‘kan?

Apa langkah comeback Moore selanjutnya? Meluncurkan album terbaru yang bertajuk Silver Landings.

Bila kita menilik Mandy Moore sebagai seorang artis/musisi/penyanyi, maka rasa-rasanya bukanlah sesuatu yang berlebihan untuk menyatakan bahwa Moore adalah artis paling tidak konsisten yang pernah eksis di industri musik dunia. Dua album pertamanya (So Real, 1999 dan I Wanna Be with You, 2000) adalah rekaman bubblegum pop yang disusul dengan album bernuansa dance (Mandy Moore, 2001). Tiba-tiba, Moore berubah haluan 180o dengan merilis album cover musik era 70-an (Coverage, 2003) yang disusul dengan album-album bernuansa traditional folk (Wild Hope, 2007 dan Amanda Leigh, 2009).

Enam album telah berlalu dan Moore masih mengidap penyakit yang sama: semua albumnya terdengar tidak otentik dan tidak meyakinkan. Antara Moore terdengar seperti jiplakan seseorang atau Moore terdengar seperti aktris yang sekedar bernyanyi saja. Siapa sesungguhnya Mandy Moore sebagai seorang seniman? Apakah Moore serius dalam perjalanannya menjadi seorang musisi? Well, bisa dibilang Silver Landings adalah jawabannya.

Silver Landings menjadi wadah Mandy Moore untuk memberantas Iblis lama yang kerap mengusik musikalitasnya. Silver Landings membuktikan bahwa Moore tidak ditakdirkan untuk menjadi Britney Spears atau Carole King--justru Moore ditakdirkan menjadi penerus tradisi The Byrds. Bila dirangkum, Silver Landings adalah rekaman musik genre California pop yang sangat kohesif, konsisten, dan nyaris sempurna. Lebih dari itu, Silver Landings juga menjadi wadah Moore untuk menyampaikan kesaksian hidupnya yang bak rollercoaster.

Dengan perpaduan California pop dan folk rock yang sangat menyatu, Moore menceritakan bagaimana kesuksesan masa lalu malah justru menyengsarakan (“I’d Rather Lose”). Menghadapi kegagalan, Moore mencoba mengajarkan bahwa yang terpenting adalah menjaga martabat diri (“Save a Little for Yourself”). Moore melihat ke belakang dan memutuskan untuk memaafkan kepolosan masa remaja yang kerap menghantuinya (“Fifteen”). Moore menolak untuk menyerah bahkan bila itu artinya perjuangannya  berakhir sia-sia (“Tryin’ My Best, Los Angeles”, “Easy Target”).

Highlight dari album tiba pada track nomor enam (“When I Wasn’t Watching”) balada break-up yang tidak hanya menandakan akhir cerita cinta, tapi juga akhir dari hidup tanpa arah. Emosi tersebut kemudian dielaborasikan melalui “Forgiveness”, di mana Moore belajar menyikapi amarah dan kekecewaan tanpa mengabaikan akal sehat. Berlanjut ke “Stories Reminding Myself of Me”, Moore pun memutuskan untuk mencuci tangan dari segala macam kekacauan dalam hidupnya. Di sini akhirnya Moore terdengar otentik dan meyakinkan. Dia tidak mencoba menjadi siapa-siapa, tetapi menjadi dirinya sendiri saja.

Sayangnya, Silver Landings tidak menemukan akhir yang bahagia. Moore menemukan cinta yang baru (“If That’s What It Takes”) dan melakukan perenungan diri atas hidup barunya (“Silver Landings”). Akan tetapi, production values yang kelewat melankolis menyiratkan pesan bahwa Moore masih berduka atas rollercoaster hidup yang pernah dinaikinya. Pada akhirnya, tidak ada emotional closure yang dinanti-nantikan sejak awal. Gara-gara penutup album yang antiklimaks ini, Silver Landings malah bisa dikatakan sebagai album yang cukup depressing.

Demikianlah kesaksian hidup seorang Mandy Moore. Silver Landings adalah album yang solid, akan tetapi lebih terasa seperti perpisahan daripada salam perkenalan. Kenapa kita malah semakin merindukan sang gadis remaja 16 tahun yang sempat melelehkan hati kita dengan senyumnya yang polos dan balada “I Wanna Be with You” itu?

IN A NUTSHELL:

+ Mandy Moore akhirnya menemukan genre musik yang paling sesuai dengan vokal dan musikalitasnya: California pop dengan balutan folk rock

- Mandy Moore yang sweet dan innocent itu telah lenyap sepenuhnya--menjadikan Silver Landings terasa seperti album perpisahan

 

TRACK PICKS:

“Fifteen”, “When I Wasn’t Watching”, “Forgiveness”

TENTANG PENULIS

Felix Martua adalah seorang novelis, penulis, dan kontributor lepas berbasis di Kota Bogor, Jawa Barat. Selain mengerjakan proyek fiksi, Felix Martua turut mengulas topik seputar musik, film, seri, buku, novel, pop culture, dan isu sosial-budaya. Felix Martua bisa dihubungi via Instagram @felixmartuaofficial atau dengan mengirimkan email ke martuafelix00@gmail.com

 

  

welly
More from Creative Disc