Kelsea Ballerini Menyiratkan Mimpi yang Terlalu Tinggi di Album "Kelsea"

Oleh: welly - 15 Apr 2020

Terbukti bahwa Kelsea Ballerini lebih berminat menjadi diva pop daripada country

Kelsea Ballerini - Kelsea

Tanggal rilis: 20 Maret 2020 (Digital)

Genre: Pop, Country Pop

Durasi: 39:36

Jumlah Lagu: 13

Label: Black River

Produser: Kelsea Ballerini, Jimmy Robbins, Ross Copperman, Shane McAnally

Fenomena “Old Town Road” tahun 2019 yang lalu mengajarkan kita banyak hal--salah satunya “jangan cari gara-gara dengan musik country”.

Media Billboard sempat menuai kritikan pedas karena secara publik mendiskualifikasikan “Old Town Road” sebagai musik country. Ironisnya, rasa-rasanya tidak ada seorang pun yang semestinya tersinggung dengan itu. Sama halnya dengan vokal yang menjerit-jerit tidak menjadikan sebuah karya musik sebagai genre rock, maka adanya iringan gitar dan banjo tidak menjadikan sebuah karya musik sebagai genre country.

Selalu ada semacam kecurigaan terhadap Kelsea Ballerini. Meski dia merilis semua karyanya dengan stiker country, Kelsea Ballerini tidak pernah terdengar 100% country. Hit terbesar Ballerini (“Miss Me More”) lebih terdengar seperti Pat Benatar versi milenial daripada Carrie Underwood. Terlepas dari itu, komunitas country masih memberikan toleransi. Taylor Swift telah ‘lulus’ dari Nashville dan pindah ke New York. Mereka sangat membutuhkan “princess of country” yang baru.

Kini, Kelsea Ballerini merilis album ketiga bertajuk Kelsea. Sesuai dengan judulnya, album ini berhasil memperlihatkan sosok Kelsea Ballerini yang sesungguhnya--bahwa ternyata Ballerini tidak pernah berminat menjadi pewaris tradisi musik country.

Apakah Kelsea adalah album yang buruk? Tidak. Bahkan, kebanyakan track di dalamnya cukup catchy dan radio-friendly. Apakah dimaksudkan untuk radio country? Sayangnya, tidak juga. Apakah tersirat bahwa Ballerini lebih tertarik mendominasi Billboard Hot 100 daripada Billboard Country Chart? Oh, sangat jelas.

“overshare” menjadi pembuka album yang menyetel ekspektasi akan keseluruhan album--bahwa Ballerini akan berbagi kisah hidup selengkap-lengkapnya melalui sederetan lagu pop yang diberikan iringan banjo dan gitar. Singkatnya, tradisi musik country malah menjadi prioritas kesekian. Bagi penggemar musik mainstream, ini bukanlah masalah. Bagi penggemar musik country, jangan sia-siakan waktu Anda dan langsung saja beralih ke Maren Morris atau Miranda Lambert.

“club” bercerita tentang rasa haus Ballerini untuk menjadi antisosial--tema yang sayangnya sudah didaur ulang ribuan kali oleh para artis Top 40 sejak kebangkitan Lorde dan Billie Eilish. “the other girl” mempertemukan Ballerini dengan Halsey sementara mereka berdebat siapa yang menjadi kekasih sampingan di dalam cerita cinta. Sekali lagi, tema yang relatable tapi tidak sepenuhnya orisinil. Kontribusi Halsey terbukti tidak selezat yang dibayangkan.

“love me like a girl” mengingatkan pendengar akan Taylor Swift era Fearless. Bahkan, mungkin Ballerini sudah terlalu tua untuk membawakan lagu seperti “love me like a girl”. Mencapai titik ini, elemen pop dan R&B duduk di kursi depan sedangkan elemen country sudah ketinggalan kereta.

Track nomor tujuh “bragger” menjadi keunikan tersendiri. Sangat jarang melihat adanya musik country yang berusaha memasukan elemen blue-eyed soul di dalamnya. Hasilnya tidak sepenuhnya enak didengar, tapi patut diberikan poin ekstra untuk nyali Ballerini.

Track seperti “hole in the bottle”, “half of my hometown” (duet Ballerini dengan Kenny Chesney), “needy”, dan “a country song” membawa Ballerini kembali ke (nyaris) traditional country. Akan tetapi, kecurigaan kita terhadap Ballerini tidak bisa lagi disangkal. Bukankah aneh bagi seseorang yang mengaku sebagai artis country untuk malah menaruh lagu-lagu paling country di Side B? Ketika kontribusi dari legenda country seperti Chesney malah dijadikan sebagai track nomor sembilan, pertanyaan memang patut untuk diajukan.

“love and hate” tidak terlalu memorable sehingga mudah untuk dikesampingkan sebagai filler track. Kecacatan yang sama juga ditemukan pada “the way i used to” dan track penutup “la”. Lirik “la” yang agak dangkal menyiratkan bahwa Ballerini sudah kehabisan cerita untuk dibagi. Dan, mencapai akhir cerita, pendengar bisa menyimpulkan bahwa kisah hidup Ballerini sama saja dengan kisah hidup kita semua: biasa-biasa saja tanpa ada sesuatu yang istimewa.

Album ini, pada akhirnya, lebih menuai rasa frustasi daripada apresiasi. Ketika tidak pernah ada minat menggebu-gebu di dalam hati Ballerini untuk mengeksplorasi musik country, kenapa Ballerini menjadi artis country sejak awal?

Mungkin Ballerini ingin mencoba meniru jejak prestasi Taylor Swift yang berhasil bertransisi dari country ke mainstream pop. Mungkin country hanya sekedar batu loncatan di mata Ballerini. Akan tetapi, patut diingat bahwa ketika memulai kariernya, Swift secara tulus ingin menjadi artis country. Yang terjadi berikutnya adalah, Nashville terbukti terlalu kecil untuk sayap (dan bakat) raksasa Swift--dan itu pun setelah empat album kemudian. Ballerini bahkan belum pernah meraih posisi satu di tangga album country. Apakah mimpi Ballerini untuk mendominasi Top 40 terlalu tinggi? Jelas sekali.

Track nomor tiga “homecoming queen?” menjadi, ironisnya, kebanggaan sekaligus momok. “homecoming queen?” adalah balada country yang berhasil menceritakan perspektif hidup wanita Nashville yang dikemas secara menyentuh namun juga modern. Masalahnya, satu lagu country yang brilian tidak bisa menebus dua belas lagu pop-country yang terkesan berantakan. Bahkan, mungkin seharusnya “homecoming queen?” dibawakan oleh artis selain Ballerini. Artis country lain yang memang berambisi menjadi diva country masa depan.

IN A NUTSHELL:

+ Kelsea adalah album yang ringan dan berhasil menyorot kepribadian girl-next-door Kelsea Ballerini yang cukup relatable bagi pendengar belia

- Komposisi yang tidak wajar menjadikan Kelsea sebagai album country yang berantakan

TRACK PICKS: “overshare”, “homecoming queen?”, “half of my hometown”

TENTANG PENULIS

Felix Martua adalah seorang novelis, penulis, dan kontributor lepas berbasis di Kota Bogor, Jawa Barat. Selain mengerjakan proyek fiksi, Felix Martua turut mengulas topik seputar musik, film, seri, buku, novel, pop culture, dan isu sosial-budaya. Felix Martua bisa dihubungi via Instagram @felixmartuaofficial atau dengan mengirimkan email ke martuafelix00@gmail.com

 

  

welly
More from Creative Disc