‘Chemtrails Over the Country Club’ Adalah Musik Coffeehouse Rasa Lana Del Rey

Oleh: welly - 01 Apr 2021

Album ketujuh Lana Del Rey menghadirkan fantasi yang sama dengan aransemen yang lebih ceria

Kegigihan selalu berbuah manis. Inilah pelajaran berharga yang dipetik sekaligus diwariskan Elizabeth Grant (alias Lana Del Rey) kepada dunia setelah menapaki karir yang hampir berumur sepuluh tahun. Kegigihan Lana Del Rey untuk menawarkan musik yang unik (dengan presentasi diri yang jauh lebih unik lagi) berhasil menjadi inspirasi bagi para artis generasi milenial sekaligus menghadiahkan salah satu album paling penting di abad 21 ini (‘Norman Fucking Rockwell!, 2019). Loncat ke tahun 2021, bagaimana caranya Lana Del Rey merajut sambung kegigihan lintas dekade tersebut? Yakni dengan melahirkan “antithesis” dari ‘Norman Fucking Rockwell! itu sendiri-- yang berwujud ‘Chemtrails Over the Country Club’.

Kelebihan (sekaligus, terkadang, kekurangan) Lana Del Rey adalah sosok yang kini berusia 35 tahun ini tampak tidak pernah berniat mencetak album yang kaidahnya “kompetitif”. Setiap bentuk repetisi tampak disengaja sementara setiap bentuk inovasi tampak seperti “why not?”. Prestisi yang diperoleh ‘Norman Fucking Rockwell!’, misalnya, lebih tampak seperti “happy accident” ketimbang ambisi yang menjadi nyata. Ketiadaan ambisi pun tampak tidak terkecuali untuk ‘Chemtrails Over the Country Club’.

Seperti yang bisa ditebak, ‘Chemtrails Over the Country Club’ kembali menghadirkan dunia fantasi yang sepenuhnya khas Lana Del Rey, untuk kemudian diceritakan dengan vokal yang khusyuk sekaligus sendu. Bila dibandingkan dengan gubahan Lana Del Rey sebelumnya, dapat dikatakan pula bahwa ‘Chemtrails Over the Country Club’ merupakan albumnya yang paling fiksional. Hampir setiap track menghadirkan khayal Lana Del Rey yang melodramatis, mulai dari balada seorang sosialita (“Chemtrails Over the Country Club”), kekasih religius (“Tulsa Jesus Freak”), koboi wanita (“Wild at Heart”), dan, seperti yang bisa ditebak, tragedi romansa (“Dark but Just a Game”, “Dance Till We Die”). Demi menyeimbangkan narasi fiktif tersebut, ‘Chemtrails Over the Country Club’ tetap menyisipkan sepenggal memoar hidup Elizabeth Grant (“White Dress”, “Not All Who Wander Are Lost”, “Breaking Up Slowly”) yang kemudian ditutup dengan kolaborasi yang terasa segar (“For Free”, bersama artis indie Zella Day dan Weyes Blood). Kesimpulannya, tidak ada yang baru dari segi konsep. Akan tetapi, enam album Lana Del Rey sebelumnya telah membuktikan bahwa dunia fantasi nan tragis adalah apa yang selalu dicari pendengar musik dari musisi asal New York ini.

Apa yang menjadikan ‘Chemtrails Over the Country Club’ sebagai “antithesis” untuk ‘Norman Fucking Rockwell!’ adalah produksi yang diusung Lana Del Rey. Meskipun Lana Del Rey kembali menggaet Jack Antonoff sebagai produser utamanya, khayalan fana yang menyusun sebagian besar ‘Chemtrails Over the Country Club’ diwujudkan dengan produksi folk pop dan Americana yang ceria (atau, setidaknya, ceria menurut Lana Del Rey). Lagu-lagu yang tampak menggelisahkan di atas kertas (“White Dress”, “Dance Till We Die”) justru terasa nyaris feel-good berkat aransemen yang dreamy namun dijaga sederhana. Bahkan, bila dibandingkan dengan ‘Norman Fucking Rockwell!’, LP terbaru ini tampak lebih efektif dalam menggaet penggemar baru yang selalu penasaran dengan estetika Lana Del Rey namun kerap kali merasa ‘terintimidasi’ dengan kompleksitas musik yang kerap kali menjadi ciri khasnya. Bila ‘Norman Fucking Rockwell!’ adalah pergumulan classic rock di atas panggung teater, maka ‘Chemtrails Over the Country Club’ adalah musik coffeehouse untuk hati yang diguyur hujan.

Pada akhirnya, ‘Norman Fucking Rockwell!’ dan ‘Chemtrails Over the Country Club’ adalah dua karya yang berbeda. Tidak ada satu album yang terbukti lebih baik daripada yang lainnya. Setidaknya ‘Chemtrails Over the Country Club’ menjadi legitimasi atas kegigihan Lana Del Rey dalam merajut karir yang bertahan lama. Selain itu, terdapat satu lagi pelajaran hidup pula yang dipetik sekaligus diwariskan Elizabeth Grant kepada dunia: “bila tidak rusak, mengapa harus diperbaiki?”

IN A NUTSHELL:

+ ‘Chemtrails Over the Country Club’ menjadi kali pertama Lana Del Rey mengeksplorasi sepenuhnya genre folk pop dan Americana, menghasilkan LP paling ceria sepanjang karirnya

- Kesederhanaan ‘Chemtrails Over the Country Club’ mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi penggemar setia Lana Del Rey yang menginginkan sesuatu yang lebih ‘liar’ pasca ‘Norman Fucking Rockwell!’

RECOMMENDED TRACKS:

“White Dress”, “Not All Who Wander Are Lost”, “For Free” (featuring Zella Day & Weyes Blood)

TENTANG PENULIS

Felix Martua adalah penulis, editor, traveler, kurator, dan cataloger bilingual (Bahasa Inggris dan Indonesia) untuk musik, hiburan dan all things pop culture. Felix bisa dihubungi via martuafelix00@gmail.com

welly
More from Creative Disc