Creativedisc Exclusive Interview With Japanese Breakfast: Punya Impian Lagunya Dinyanyikan Rihanna

Oleh: luthfi - 15 Apr 2021

Siapapun yang suka mendengar musik indie yang mellow pasti pernah terpapar musik buatan Michelle Zauner atau lebih dikenal dengan nama Japanese Breakfast. Dirinya sukses mencuri hati pecinta musik indie pop berkat musiknya yang syahdu, mellow, namun juga mengandung kesedihan di dalamnya. Citra tersebut dimulai dari album pertamanya yang berjudul "Psychopomp" (2016) dimana ia terinspirasi dari kematian ibunya serta semakin menguat lewat album keduanya "Soft Sounds from Another Planet" (2017).

Setelahnya, tanda-tanda kehadiran album baru dari Japanese Breakfast belum terlihat sampai di tahun 2021 dimana ia akan merilis album barunya berjudul "Jubilee" pada 4 Juni 2021 dan menggemparkan banyak penggemarnya dengan merombak total musiknya ke arah yang lebih pop dan ceria, benar-benar sangat kontras dengan apa yang ia lakukan sebelumnya. Tidak ada lagi nada-nada galau dan menyayat-nyayat, semua diganti dengan nada upbeat yang mempunyai unsur pop dan electro yang kuat, seperti mendengarkan versi alternatif dari Dua Lipa. Perubahan citra tersebut bisa didengarkan melalui dua single utamanya yaitu 'Be Sweet' dan 'Posing in Bondage'.

Untuk mengetahui lebih lanjut kenapa Japanese Breakfast merombak total sound menjadi lebih upbeat dan berbagai hal lainnya terkait album dan single barunya. CreativeDisc berkesempatan mewawancarai Japanese Breakfast yang ketika wawancara ini dibuat tengah sibuk mempromosikan single “Be Sweet” salah satu karyanya yang paling “radikal” di tengah koleksi lagu buatannya.

CreativeDisc (CD): Apa yang kamu lakukan selama pandemi?

Japanese Breakfast (JB): Akhir-akhir ini aku banyak bertemu media untuk melakukan wawancara dan melakukan promosi untuk single terbaruku yang menurutku itu aneh tapi dari segi yang positif. Selebihnya, aku banyak latihan menulis, membuat lagu dan juga banyak membaca.

CD: Apakah kamu menemukan hobi baru selama masa pandemi?

JB: Aku akhir-akhir ini sering bermain catur secara online. Waktu aku SMP aku senang sekali bermain catur dan ketika nonton The Queen Gambit aku jadi pengen lagi bermain catur karena teringat waktu aku SMP dulu.

CD: Apakah kamu bermain catur setiap hari?

JB: Iyap, aku bermain sepuluh permainan setiap harinya. Kebanyakan mainnya main yang fast blitz game yang durasinya hanya lima menit. Sekarang aku berada di ranking 14 ribuan.

CD: Katanya kamu akan meluncurkan buku buatanmu sendiri?

JB: Betul, aku sudah selesai menulis buku buatanku sendiri pada masa pandemi ini di bulan Juli kemarin dan akan menjadi sebuah memoar yang bercerita tentang ibuku.

Be Sweet awalnya ingin dinyanyikan oleh artis pop papan atas

CD: Pada “Be Sweet”, sound kamu benar-benar berbeda dari apa yang pernah kamu kerjakan sebelumnya. Bagaimana ceritanya kenapa bisa muncul lagu ini?

JB: Waktu itu aku berada di Los Angeles dan publisher-ku berkata bahwa Jack Tatum dari Wild Nothing mau berkolaborasi denganku di albumnya. Kami sudah memulai bertemu dari Februari 2018 dan baru terealisasinya satu setengah tahun kemudian ketika di Philadelphia. Sepanjang proses, kami menulis lagu pop yang nantinya akan dijual buat dinyanyikan oleh musisi pop papan atas tetapi ketika kita selesai menulisnya kami sangat menyukai hasilnya jadi kami memutuskan untuk menyimpannya sendiri. Ada satu lagu lagi dimana aku bekerja bersama Jack namanya 'Posing in Bondage'.

CD: Kalau misalnya dinyanyikan sama musisi pop papan atas. Kamu mau siapa yang menyanyikan lagu ini?

JB: Aku berpikir Dua Lipa akan sangat bagus menyanyikan lagu ini dan Rihanna karena semua artis indie mempunyai mimpi agar Rihanna menyanyikan lagu buatanmu, tetapi kayaknya gak akan kejadian deh (tertawa)

CD: Kayaknya lagu ini juga bakal nyambung dengan album terbarunya Dua Lipa “Future Nostalgia”.

JB: Iya karena album barunya dia banyak mempunyai nuansa dance di dalamnya jadi akan sangat cocok jika “Be Sweet” masuk di album barunya.

CD: Siapa yang membawa tema The X-Files di musik video “Be Sweet” karena menurutku itu lucu.

JB: Ketika aku mentok ide untuk konsep musik videonya aku berdiksusi bareng sinematograferku yang udah sering kerja bareng Adam Kolodny dan kami menonton bersama musik video buatan Spike Jonze dan kami melihat musik video Beastie Boys “Sabotage” dengan aksi kejar-kejaran polisinya yang kocak. Dari situ, kami kepikiran untuk membuat klip dengan tema yang sama tetapi jangan jadi polisi tapi jadi agen spesial lalu kami kepikiran untuk mengambil referensi dari The X-Files tapi dibikin lebih kocak dan lucu. Kami akhirnya menonton banyak episode The X-Files dan jadinya videonya terlihat seperti fan fiction dari The X-Files. Di lagu ini ada penggalan lirik berbunyi “I wanna believe in you, I wanna believe in something”, dan itu udah pas banget dengan temanya The X-Files.

CD: Apa jangan-jangan penggalan lirikmu itu bisa bermakna tentang mitos alien dan supernatural ya?

JB: Kurang lebih seperti itulah (tertawa)

Sisi pop dan ceria dari Japanese Breakfast

CD: Sebelumnya kamu membuat album dengan unsur yang sedih, gloomy, gelap, mengawang-ngawang dengan tema shoegaze yang kuat terus sekarang kamu membuat album yang upbeat, banyak sound electro dan jauh lebih pop. Sebenarnya apa alasan terbesarnya kamu mengganti tema musikmu menjadi lebih ceria?

JB: Di dua album sebelumnya aku banyak menulis lagu sedih dan di buku yang aku buat juga temanya tentang kesedihan juga jadinya aku ingin mengubah semuanya dan mencari sound yang lebih besar, ceria, dan tidak terduga sebelumnya karena aku sudah cukup terlarut dalam kesedihan terus.

CD: Tetapi itu bukanlah sebuah hal yang sulit ya mengganti tema seradikal itu?

JB: Sebenarnya saya sudah menyisipkan banyak unsur pop ketika mengerjakan dua album sebelumnya tetapi di album baru ini aku akan lebih banyak memasukkan unsur pop jadi sebenarnya tidak sulit-sulit amat karena sudah terbiasa menulis musik dengan unsur pop.

CD: Apa yang bisa kami harapkan dari album ketigamu “Jubilee”?

JB: “Jubilee” adalah album ketigaku dan aku ingin di album ini aku lebih percaya diri dan menyenangkan.

CD: Apakah karena pandemi kamu membuat album yang lebih cerah untuk menaikkan suasana hati di kala pandemi ini?

JB: Sebenarnya album ini telah selesai di 2019 sebelum pandemi terjadi dan kami menunggu waktu yang tepat untuk dirilis. Aku pikir sekarang waktu yang tepat untuk menulis album ini karena semuanya sudah lebih baik dari awal pandemi jadi waktunya pas ketika aku mengeluarkan album yang cerah dan penuh harapan.

CD: Apa hal yang membuat kamu senang ketika mengerjarkan album ini?

JB: Makanan yang enak, bertemu banyak teman dan mengerjakan album ini membuatku senang. Aku juga berada di momen yang sangat bahagia ketika mengerjakan album ini dimana kami sering keliling dunia dan itu membuatku senang mengerjakan album ini.

CD: Ada musisi yang mempengaruhimu selama membuat album ini?

JB: Aku mendengarkan banyak lagu Kate Bush, Randy Newman, Fleetwood Mac, The Beatles dan The Beach Boys. Banyak lagu-lagu dari jaman dulu yang aku dengar untuk menginspirasiku di album ini.

CD: Suka album Kate Bush yang mana?

JB: Aku sangat suka album “Never Ever” dan aku suka sekali lagu “Delius (Song of Summer)” selama aku mengerjakan album ini.

CD: Apa album terfavoritmu sepanjang masa?

JB: Hmmmmm cukup susah ya tapi kalau bisa memilih aku pilih "Pet Sounds" milik The Beach Boys, "Hounds of Love" punya Kate Bush, terutama "Homogenic" dari Bjork yang menjadi inspirasi besar di album ini.

CD: Album Bjork "Homogenic" juga sama-sama beda tuh dari album Bjork sebelumnya. Apakah kamu juga ingin membuat Homogenic versimu sendiri di album ini?

JB: Sebenarnya aku ingin membuat Homogenic versiku sendiri cuman aku menyadari bahwa aku gak bisa masuk sampai level sana jadi gak bisa dibandingkan juga.

Tekanan, pujian dan nasi padang

CD: Kamu mendapat banyak sekali pujian di dua album sebelumnya. Apakah kamu merasa tertekan ketika mengerjakan album ini?

JB: Tentu saja, tetapi tekanan itu aku jadikan motivasi untuk bekerja lebih keras. Aku tidak terlalu merasa tertekan ketika sudah masuk di era album kedua karena biasanya ada yang namanya “sindrom album kedua” dimana album kedua pasti jauh lebih susah dikerjakan daripada album pertama dan aku merasa sangat gugup ketika mengerjakan album kedua tetapi karena itu sudah lewat jadinya untuk album ketiga ini aku tidak terlalu merasa tertekan.

CD: Kamu mempunyai banyak penggemar di Indonesia. Bagaimana perasaanmu?

JB: Aku sangat senang dan tidak menyangka ketika kami keliling Asia tanggapannya seantusias ini terutama ketika aku main ke Jakarta. Saya sangat suka dengan kultur Indonesia dan segala hal tentang Indonesia terutama makanannya.

CD: Ada pengalaman ketika manggung di Jakarta?

JB: Itu adalah pengalaman yang menyenangkan dan aku sangat menyukai nasi padang. Aku punya cerita sendiri tentang nasi padang, jadi waktu aku masih bekerja di kedai sushi di Philadelphia aku bekerja dengan banyak pegawai perempuan Indonesia dan mereka membuat nasi padang waktu aku ulang tahun dan itu sangat enak, aku sangat merindukan rasa nasi padang.

CD: Sebutkan tiga hal yang kita tidak ketahui tentangmu?

JB: Aku adalah seorang pemain catur, aku suka makanan pedas, aku pernah membuat soundtrack game berjudul “Sable” dan itu merupakan pengalaman berbeda saat aku mengerjakan sebuah soundtrack game. Selain harus bekerja dengan instrumental saja tanpa adanya lirik aku juga harus terbiasa menuruti permintaan orang ketika bekerja membuat soundtrack ini karena biasanya aku membuat musik untukku sendiri.

CD: Apa langkah berikutnya untuk Japanese Breakfast?

JB: Semoga kami bisa tur lagi dan mengunjungi Indonesia supaya bisa makan nasi padang lagi (tertawa).

Teks & Interview by Luthfi.

Terima kasih banyak kepada Dead Oceans atas bantuan wawancaranya

luthfi
More from Creative Disc