CreativeDisc Exclusive Interview With JP Saxe: Berintrospeksi Yang Sangat Dalam di Album Perdananya

Oleh: luthfi - 23 Jul 2021

Bisa dikatakan JP Saxe berada dalam momentum dan waktu yang tepat untuk merilis karyanya. Penyanyi merangkap penulis lagu asal Kanada ini meraih kesuksesan yang luar biasa ketika lagunya berjudul “If The World Was Ending” bersama Julia Michaels masuk ke posisi 30 besar di tangga lagu Billboard Hot 100. Setelah masuk ke posisi 30 besar, ia langsung mendapat nominasi tertinggi di penghargaan bergengsi Grammy Awards 2021 untuk “Song of the Year” (selain mendapatkan kata “ya” untuk berpacaran dari sang kolaborator lagu ini Julia Michaels berkat lagu ini).

Wajar saja jika “If The World Was Ending” mendapatkan kesuksesan di mana-mana, karena lagu ini melambangkan perasaan yang terjadi oleh hampir setiap pasangan dan orang-orang yang tidak bisa berbuat banyak karena pandemi COVID-19. Hal ini tentunya di luar ekspektasi JP Saxe karena ia menulis lagu ini ketika bencana gempa terjadi di Los Angeles pada 4 dan 5 Juli 2019 sambil membayangkan bagaimana ia ingin melakukan sesuatu yang sangat banyak dan mendalam kepada orang yang tersayang sebelum dunia berakhir. Tak disangka di tahun depannya seluruh dunia mengalami krisis yang sama dan membuat lagu ini langsung melejit dan membantu orang-orang untuk berhubungan kembali dengan orang yang tersayang entah itu teman, pasangan atau bahkan keluarga.

Terlepas dari lagu tersebut, cucu dari maestro cello dunia János Starker ini selalu menulis lagunya secara apa adanya dan selalu berhubungan dengan kecemasan, pertanyaan tentang jati diri, kebingungan akan menghadapi dunia, dan rasa cinta yang terdengar sederhana dan tidak bertele-tele. Perasaan atas kejujuran tersebut ditumpahkan di album perdananya berjudul “Dangerous Levels of Introspection” yang sesuai dengan judulnya berisikan tentang instropeksi perasaan yang menganggunya selama pengerjaan album ini.

Mendengarkan isi keseluruhan album ini pada malam hari menjelang tidur dan dalam mood yang sedang gelisah memang sangat berbahaya karena JP Saxe bercerita banyak tentang kegelisahan yang ia alami entah itu ia ingin menemui orang tuanya untuk terakhir kalinya, mengenang kembali masa sekolahnya, atau mempertanyakan tentang dirinya sendiri. Tetapi tidak semua isinya tentang kegalauan akan hidup ada juga perasaan pernyataan cinta yang ia nyatakan secara tulus dan apa adanya sehingga membuat mood album tidak terlalu gelap.

Kebutuhan akan penyanyi dan penulis lagu yang berbicara jujur dan apa adanya tentang perasaan yang ia alami memang menjadi komoditi panas di dunia musik akhir-akhir ini berkat pandemi COVID-19 yang membuat orang banyak berefleksi dan berintrospeksi tentang kehidupan dan sepertinya karya dan karir JP Saxe akan terus menarik untuk diikuti karena musiknya yang bisa membantu seseorang mengungkapan perasaannya di kala masa masa sulit seperti ini.

Simak wawancara lengkap CreativeDisc dengan JP Saxe tentang album perdananya, menulis lagu secara jujur, dan karirnya setelah “If The World Was Ending” membuat namanya menjadi penyanyi dan penulis lagu yang paling panas saat ini lewat video di bawah ini

Dengarkan album “Dangerous Levels of Introspection” di Spotify:

Terima kasih kepada Sony Music Entertainment Indonesia.

luthfi
More from Creative Disc