CreativeDisc Exclusive Interview With Dayglow: Menjadi Lebih Matang Dengan Bantuan Musik Jadul

Oleh: luthfi - 23 Aug 2021

Ketika awal mulai bermusik musisi asal Texas bernama Sloan Christian Struble atau yang lebih akrab dengan nama panggung Dayglow tidak menyangka bahwa dirinya akan tenar melalui bantuan media sosial TikTok lewat lagu “Can I Call You Tonight?”. Lewat lagunya tersebut Sloan berhasil membawa pulang plakat emas karena lagu tersebut berhasil terjual setara dengan 500.00 kopi di Amerika Serikat dan menempatkannya sebagai musisi indie pendatang baru yang paling panas.

Album perdananya sebagai Dayglow berjudul “Fuzzybrain” mempunyai nada nada yang hampir mirip dengan “Can I Call You Tonight?”, sound indie pop dengan sentuhan gaya lo-fi yang sedang populer di kalangan pendengar non-mainstream membuat namanya dengan cepat melambung di kancah musik alternative dunia.

Di album keduanya yang berjudul “Harmony House” ia tidak mau membuat sesuatu yang sama lagi seperti album perdananya dan beralih ke sound 70’an dan 80’an. Salah satu bukti perubahan sound di album ini bisa didengarkan lewat single 'Medicine' yang menurutnya seperti mendengarkan The Doobie Brothers versi indie dan 'Close To You' yang terinspirasi dari lagu Whitney Houston yang mempunyai irama dance.

“'Medicine' dan 'Close To You' mempunyai konsep yang sama dimana aku ingin membuat lagu yang bisa membuat orang bergoyang. Aku sangat suka dengan bunyi synth 80’an dan itu aku keluarkan di album terbaruku ini.”, ungkap Dayglow ketika ditemui oleh CreativeDisc melalui Zoom.

Menurutnya, album keduanya ini mempunyai konsep “sebuah soundtrack untuk acara sitkom 80’an yang tidak pernah ada” dan konsep ini ternyata membantunya untuk memberikan gambaran visual tentang lagu yang ada di album ini. Hal tersebut begitu terpancar ketika mendengarkan keseluruhan dari lagu di album ini terutama “Crying on the Dancefloor” yang sangat pas dimasukkan menjadi lagu penutup salah satu episode serial TV 80’an ketika seseorang remaja sedang patah hati dan lagu ini pas menjadi lagu penutupnya.

Baginya, “Harmony House” merupakan album yang paling personal yang ia pernah ciptakan dan ia menumpahkan apa yang terjadi kepada dirinya semenjak pembuatan album pertamanya. “Aku mengerjakan album keduaku sendiri mulai dari proses pembuatan lagu sampai mixing di satu kamar dan ini menjadi album yang paling personal untukku. Selain karena aku mengerjakan semuanya sendiri aku banyak bercerita tentang apa yang aku alami sampai sejauh ini tentang sukses dan sebagainya. Aku merasa bahwa di album ini aku menjadi lebih matang dari segi penulisan dan pembuatan lagu. Album ini menjadi semacam proses perkembanganku dalam bermusik”, katanya. Memang benar jika album ini adalah suatu proses pematangan musik dari Dayglow terutama dari segi mixing yang terdengar jauh lebih jernih dan rapi jika dibandingkan album perdananya yang selalu mengandalkan nuansa musik lo-fi yang suaranya terdengar mendem.

Ia menyadari “Harmony House” adalah ajang pembelajaran darinya untuk bisa lebih baik dari segi musik apalagi ia benar-benar melakukan semua musiknya sendiri. Ia tidak ragu untuk terus belajar untuk membuat musik yang lebih bagus lagi dan mengeksplorasi banyak hal untuk album ketiganya nanti. Tidak menutup kemungkinan bahwa album ketiganya akan menjadi album yang berbeda dari album sebelumnya karena untuk Dayglow sebuah album bukanlah sebuah kumpulan karya yang dibuat karena musiknya enak buat pendengar atau pasar tetapi lebih kepada aktualisasi dirinya sebagai seorang musisi mandiri yang bisa menciptakan sesuatu yang bagus dan terkonsep hanya dari dalam kamar.

Simak wawancara CreativeDisc selengkapnya dengan Dayglow dimana kami berbicara soal album barunya, cerita tentang kesukaan dia akan musik jadul, bagaimana ia membuat “Harmony House” terdengar sangat 70’an dan 80’an tanpa harus berada di era tersebut sampai masa depan musisi ketika berhadapan dengan terjangan TikTok dan media sosial lainnya yang bisa menaikkan suatu karya lewat video di bawah ini.

luthfi
More from Creative Disc