Bagi yang mengaku dirinya anak rock dan pemuja gitar pasti sudah tidak asing dengan nama Tom Morello. Legenda gitar yang satu ini selalu menjadikan gitar bukan hanya sebagai alat musik biasa tetapi sebuah bentuk kebebasan ekspresi yang liar. Ibarat kata kalau mendengar suara gitar yang aneh-aneh pasti kita sudah bisa mencap bahwa itu adalah bunyi gitar dari beliau mulai dari dia menjadikan bunyi gitar setara dengan suara gesekan piringan hitam, memutus kabel colokan gitar dan dimainkan dengan tangan sambil diberi efek, memainkan gitar dengan cara digesek bukan dipetik, memainkan gitar pakai gigi, memainkan slide gitar dengan cara yang kompleks dan ah banyak intinya permainan gitar darinya yang membuat pendengarnya selalu takjub sampai-sampai kalau main Guitar Hero ada babak khusus dimana kamu bisa battle gitar dengan beliau lengkap dengan riff yang aneh-aneh. Coba tanyakan kepada temanmu yang sering memainkan musik rock dengan gitar pasti mereka selalu mendewakan Tom Morello dan berusaha keras untuk meniru gaya permainannya.
Setelah malang melintang di dunia musik lebih dari 30 tahun dimulai dari karirnya bersama band Lock Up, Rage Against The Machine, Audioslave, Street Sweeper Social Club sampai Prophets of Rage serta meluncurkan berbagai macam album solo karir yang bernuansa folk dengan nama The Nightwatchman, Morello akhirnya merilis album solonya dengan nama ia sendiri dan proyeknya tersebut diberi nama “The Atlas Underground”.
Seri pertama “The Atlas Underground” sendiri telah dirilis pada tahun 2018 kemarin dan berisikan kolaborator yang penuh dengan bintang dari berbagai macam genre musik mulai dari Portugal The Man, Knife Party, Big Boi, Vic Mensa, Steve Aoki, Killer Mike, Marcus Mumford, Gary Clark Jr., dan masih banyak lagi. Album ini benar-benar dipenuhi dengan berbagai macam genre mulai dari hip-hop, dubstep, EDM, alternative rock, hard rock dengan sentuhan permainan gitar Morello di setiap lagunya. Proyek ini benar-benar unik karena ia benar-benar mengawinkan permainan gitar legendarisnya dengan musik yang lagi ramai akhir-akhir ini.
Pada Oktober 2021 dia akan mengeluarkan lanjutan dari “The Atlas Underground” berjudul “The Atlas Underground Fire” dan nama yang diboyong di album ini juga tidak kalah gilanya dari berbagai macam genre musik mulai dari hardcore/heavy metal (Bring Me The Horizon, Dennis Lyxzén), sesepuh dalam musik rock (Bruce Springsteen, Eddie Vedder), country (Chris Stapleton), pop (Mike Posner, Phantogram), reggae (Damien Marley), basis hip hop (Protohype), alternative pop (grandson, phem) bahkan sampai DJ asal Palestina (Sama’ Abdulhadi).
Ketika ditemui oleh CreativeDisc lewat Zoom, Morello mengatakan ada alasan tersendiri ia mengajak berbagai macam musisi dari berbagai macam genre. “Aku mengajak banyak musisi untuk berkolaborasi agar aku bisa belajar banyak dari mereka bagaimana caranya menjadikan gitar ini menjadi sesuatu yang menarik. Ini juga tips buat musisi muda, ketika berkolaborasi dengan musisi baru dari genre yang berbeda aku merasa belajar hal yang baru lagi dan aku menjadikannya sebuah edukasi musik. Aku percaya bahwa musik dengan gitar ini bukan hanya musik masa lalu maka dari itu aku mengajak banyak musisi baru untuk membawa musik dengan gitar ke masa depan.”, ungkap Morello.
Musisi yang suka dengan Lady Gaga dan terinspirasi dengan Kanye West karena bisa merekam semuanya di smartphone selalu menyematkan semangat untuk selalu melawan sesuatu yang tidak adil dan kekuasaan yang semena-mena dan semangat tersebut masih ia bawa di nafas musiknya meskipun ia sudah semakin menua dari segi umur. Ketika ditanya kenapa ia masih terus konsisten untuk membawa semangat yang sama sampai sekarang ia menjawab,
“Pengaruh musikku bukan hanya dari musisi tapi juga aktivis dan dari setiap karya yang aku buat kepada penggemarku adalah dunia tidak berubah dengan sendirinya dan kita harus terus membuat sejarah baru karena sejarah juga tidak muncul dengan sendirinya. Jaman dulu Tembok Berlin gak bisa runtuh, Apartheid susah dihilangkan, di Amerika Serikat orang kulit hitam tidak ada hak untuk memilih tapi sekarang itu semua tidak terjadi. Satu cara yang terus memotivasi untuk terus menerus menyalakan semangat tersebut adalah selalu yakin bahwa sejarah bisa berubah dan selalu bermimpi bahwa dunia bisa jadi lebih baik.”, jawab Morello dengan lugas dan tegas.
Seseorang bisa menjadi legenda jika ia berhasil konsisten mengerjakan hal yang sama sambil memacu dirinya menjadi lebih baik lagi terus menerus dalam bidangnya dan Morello merupakan gambaran yang tepat untuk itu. Ia tidak henti-hentinya menyuarakan hal yang sama lebih dari 30 tahun dan ia selalu memperjuangkan musik dengan gitar di tengah gempuran musik yang semakin jauh dari penggunaan gitar. Intinya selama hayat masih dikandung badan Morello tidak akan pernah berhenti untuk menyuarakan ketidakadilan, semangat untuk terus berjuang melawan hal yang tidak baik di kehidupan, terus berpikir kritis tentang kehidupan diiringi dengan sengatan tajam dan keajaiban yang ia keluarkan dari bunyi gitarnya.
Simak wawancara CreativeDisc selengkapnya bersama Tom Morello dimana beliau membicarakan soal album solo terbarunya, kegiatannya selama pandemi, podcast yang ia buat, sampai berbagai macam nasihat hidup yang patut didengarkan kepada orang yang menontonnya dalam video di bawah ini.