CreativeDisc Exclusive Interview With Foxes: Cerita Tentang Emosi Yang Meledak Selama Pandemi dan “Clarity”

Oleh: luthfi - 09 Nov 2021

Tidak dapat dipungkiri bahwa lagu kolaborasinya bersama Zedd, “Clarity” membawa nama penyanyi Louisa Rose Allen atau lebih dikenal dengan nama Foxes ke gerbang awal kesuksesan dia sebagai solois dan selama hampir dari 10 tahun setelah lagu tersebut dirilis ia masih tidak menyangka bahwa lagu tersebut menjadi titik awal kepopulerannya menjadi penyanyi dan ia mempunyai cerita lucu soal hal itu.

“Ketika lagu itu meledak di seluruh dunia aku masih berada di London dan gak tahu sama sekali kalau lagu itu meledak di penjuru dunia. Baru ketika aku jalan-jalan ke luar negeri aku mendengar satu toko muterin lagu “Clarity” dan ketika aku ke toko satunya lagi aku mendengar lagu yang sama, aku benar-benar kaget akan hal itu terutama ketika aku ke Amerika Serikat dimana lagu itu benar-benar diputar di mana-mana. Aku masih tidak menyangka akan kesuksesan lagu itu karena aku yang sering nulis dan nyanyi lagu di kamar tiba-tiba meledak berkat itu,” ungkap Foxes.

Namun, ia tidak memilih jalur karir dengan memainkan EDM pop yang meledak-ledak pasca kesuksesan “Clarity”. Ia memilih untuk memainkan lagu-lagu electropop/dance pop yang ringan dan tidak semeledak dari segi beat pada lagu “Let Go For Tonight” dimana dia memilih menyusupi drum n’ bass, “Amazing” yang mencampurkan dance pop dan indie pop serta “If You Leave Me Now” yang bermain sangat mulus dalam nuansa ballad. Foxes tidak membuat formula yang sama di setiap albumnya dan itu membuatnya menjadi solois perempuan paling unik di skena musik pop dan dance pop.

Ketika ia beralih dari major label ke indie label, ia semakin ekspresif, lincah, dan bersemangat seolah-olah tidak ada lagi tali kekang yang membatasi dirinya dan itu terbukti dari lagu seperti “Love Not Loving You” dan juga single untuk album terbarunya di bawah indie label berjudul “The Kick” seperti “Sister Ray” dan “Dance Magic”, seperti mendengarkan Carly Rae Jepsen di masa jayanya lewat album “Emotion” dimana Foxes bisa bermain dengan lentur dan bebas lewat semangat dance pop dan hal itu juga diakui oleh Foxes. “Mungkin musikku memang tidak didesain untuk major label dan lebih pas di indie label karena aku tidak menargetkan untuk menjadi penyanyi pop super terkenal, aku hanyalah penyanyi yang suka membuat musik di kamar tidurnya dan berada di indie label benar-benar pas untukku.”, katanya.

Untuk album “The Kick” ia mengutarakan bahwa album ini terinspirasi dari rasa bosannya selama pandemi dimana ia tidak bisa bertemu dengan orang, ngobrol bareng, dan berdansa bersama. Ia benar-benar menumpahkan emosinya yang meledak-ledak gara-gara pandemi di album ini dan hal itu terpancar di “Sister Ray” sebuah tembang dance pop yang terus meledak-ledak memancarkan energinya bahkan sebelum lagu ini masuk ke titik hook. Dentuman synth yang padat, musik yang euforik tapi tidak terlalu bombastis dan juga irama dance pop-nya membuat siapapun yang mendengarkannya tidak tahan untuk tidak bergoyang megikuti dentuman lagu. “The Kick benar-benar akan menjadi album tempatku meluapkan emosi akibat pandemi dan di album ini aku benar-benar ingin kabur dari kebosanan selama masa pandemi.”, katanya.

Simak wawancara lengkap CreativeDisc bersama Foxes dimana ia bercerita tentang hobi boxing yang ia baru tekuni, film favoritnya, album dan single terbarunya, cerita tentang awalnya lagu “Clarity” bisa membawanya ke telinga banyak orang dan cerita lucu dan gugup saat ia bertemu pertama kali dengan Beyonce lewat video di bawah ini.

luthfi
More from Creative Disc