Creativedisc Exclusive Interview with Snail Mail: Belajar Melakukan Semuanya Sendiri Lewat Album Barunya

Oleh: welly - 24 Nov 2021

Di album perdananya berjudul “Lush”, Lindsey Jordan atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Snail Mail bercerita banyak tentang pengalaman hidupnya di usia remaja dengan lirik dan musik yang menggambarkan kehidupan remaja dengan kompleks, jujur tegas, dan lantang. Hal tersebut membuat nama Snail Mail langsung bersinar di kalangan musisi indie rock dan akhirnya dia mampu banyak menggaet penggemar mulai dari orang-orang yang bisa merasakan apa yang ia sampaikan sampai ke kritikus musik yang memuja album perdananya.

Di usianya yang semakin dewasa, ia seolah-olah mempunyai cerita dan perspektif baru dalam album keduanya “Valentine” yang dibuat dengan lebih banyak memasukkan aransemen yang lebih catchy dan pop sambil terus menceritakan pengalaman hidupnya dia yang lebih jujur dan apa adanya. Lewat wawancaranya bersama Creativedisc, ia mengungkapkan cerita dibalik pengerjaan album keduanya dimana ia banyak belajar hal baru, kepopuleran dan keluh kesahnya terhadap skena musik alternative rock dimana ia berada sekarang.

Simak interview bersama Snail Mail berikut ini:

Creativedisc (CD): Bagaimana kabarmu sekarang?

Snail Mail (SM): Baik sekali, terima kasih sudah bertanya

CD: Apa aktivitas yang kamu lakukan akhir-akhir ini?

SM: Aku lagi sering baca buku dan memasak akhir-akhir ini.

CD: Apakah kamu akhir-akhir ini membaca buku atau nonton sesuatu?

SM: Aku baru saja selesai membaca American Pastoral oleh Philip Roth dan aku sangat suka buku itu! Aku juga mengunduh film "No Country for Old Man" untuk menemani perjalananku di pesawat! Aku punya harapan tinggi terhadap filmnya.

CD: Bagaimana rasanya kembali menjalani tur kembali setelah sekian lama?

SM: Aku sangat grogi untuk tur lagi. Sudah dua tahun Snail Mail gak tampil jadi lupa gimana rasanya tampil kembali. Bener-bener grogi lah pokoknya.

CD: Ceritakan tentang album terbaru kamu berjudul “Valentine” ?

SM: Aku gak bisa bilang kalau misalnya “Valentine” ini punya tema besar karena aku menulis lagunya satu satu dan lagu itu kubiarkan berbentuk sendiri sesuai apa yang aku rasakan pada saat aku membuat lagu tersebut sampai lagu itu jadi seutuhnya. Lagu di album ini bercerita tentang pengembangan diri, patah hati dan lain sebagainya tapi aku tidak pernah membentuknya jadi sebuah tema besar.

CD: Di album ini kamu lebih mellow ya ketimbang album pertama yang cukup agresif?

SM: Sebenarnya gak tepat juga dibilang lebih mellow… mungkin lebih tepatnya lebih kohesif dan tidak terlalu serusuh album sebelumnya ya.

CD: Ngomong-ngomong ceritain dong tentang lagu “Valentine” ?

SM: Jadi waktu aku menulis “Forever (Sailing)” itu udah masuk tahap akhir pengerjaan album dan lagu “Valentine” belum selesai dan aku merasakan aku kekurangan waktu untuk mengerjakannya tetapi aku mau lagu “Valentine” pas buat aku. Jadi aku mengerjakannya seharian sampai jadi, merekamnya bersama Brad Cook dan Alex Farrar di siang hari lalu balik lagi ke rumah Brad di North Carolina buat menyelesaikannya. Pada akhirnya aku kehabisan waktu untuk mengerjakannya di studio jadinya aku membeli semua peralatan setara studio untuk mengerjakan lagu itu di rumah. Mengerjakan lagu ini benar-benar memberikan pelajaran berharga soal mengerjakan semuanya sendiri.

CD: Di sebuah wawancara kamu pernah bilang kalau misalnya kamu mau membuat album ini lebih intim kepada fansmu yang mendengarkannya, jadi bagaimana kamu membuat pengalaman intim untuk album ini?

SM: Satu-satunya cara untuk menciptakan keintiman tersebut lewat kejujuran yang ada di liriknya. Terkadang itu membuat saya digambarkan menjadi orang yang kurang bersinar tetapi itu menjadi proses yang penting buatku.

CD: Kamu sudah membuat musik secara profesional dari usia dini. Bagaimana kamu membuat musik waktu kamu masih remaja dan di usia sekarang?

SM: Ketika aku masih remaja aku terbuka terhadap bantuan yang ditawarkan orang lain tetapi semakin kesini aku belajar untuk membuat dan memutuskan semuanya sendiri supaya aku bisa membuat sesuatu persis seperti yang kusuka.

CD: Menurutmu apakah membuat musik menjadi salah satu cara untuk mengetahui dirimu sendiri dan dunia sekitarmu?

SM: Tentu!! Menulis selalu membawaku informasi tentang perasaanku yang aku gak tahu bahwa aku merasakan hal tersebut. Menjadikan tulisan itu menjadi sebuah musik bisa menjadi hal yang infomatif dan melegakan.

CD: Di album perdanamu, banyak orang memberimu gelar “bintang baru di skena indie rock”. Bagaimana kamu menyikapi hal tersebut?

SM: Aku benar-benar mengapresiasi hal tersebut! Aku harap orang-orang melihatku sebagai artis yang mempunyai banyak hal untuk ditawarkan ketimbang menjadi artis yang hanya bisa menangkap sebuah momen tertentu saja. Aku mencintai menulis musik dan tampil bersama band-ku dan aku harap aku melakukan hal tersebut di tahun yang akan datang. Tidak pernah terdengar lagi karyanya adalah resiko menjadi artis yang sukses di usia remaja dan aku kepikiran hal itu waktu aku membuat “Valentine”.

CD: Apakah kamu merasa tertekan ketika membuat album ini karena ekspektasi orang-orang terhadap album perdanamu?

SM: Tentu saja. Mempunyai orang-orang yang memujimu secara kritik menunjukkan bahwa opini saya diinformasikan oleh ide-ide yang bukan milikku yang membuat aku kesulitan mengasah intuisiku, intuisi yang menuntun dan membimbingku ketika aku membuat “Lush” dan “Habit”. Mengetahui apa yang orang suka dan tidak suka tentang musikku membuatku merasa seperti orang luar yang melihat ke dalam opiniku dan menjauhkanku dari opini yang kubuat sendiri. Itu sesuatu yang aku harus pelajari.

CD: Bagaimana pendapatmu tentang banyak musisi wanita di skena alternative rock saat ini?

SM: Sejujurnya skena alternative rock sekarang benar-benar membuatku frustrasi loh. Melihat diri saya dikategorikan di antara artis yang tidak memiliki kesamaan dengan saya selain menjadi perempuan terasa terbelakang dan merendahkan. Identitas dan representasi sangat penting bagi saya, tetapi saya merindukan dunia di mana orang-orang membicarakan musik saya secara terpisah dari gender dan preferensi seksualitas saya. Selain itu, sulit menjadi wanita lesbian di lingkungan di mana orang menjual queerness untuk mencoba mendapatkan penggemar yang lebih beragam. Tidak ada cara untuk benar-benar berbicara serius tentang ini tanpa menghadapi reaksi balik, tetapi itu membuat saya marah melihat artis mengambil ruang di komunitas queer yang seharusnya duduk dan mendengarkan lebih dalam akan hal itu. Sepertinya semua orang ingin menjual queerness, tetapi mereka bukanlah orang yang sama yang hidup melalui tantangan terhadap hal tersebut.

CD: Sebutkan lima hal yang kita tidak ketahui tentang Snail Mail

SM: Aku kidal, kami latihan di Hyattsville Maryland, anggota band-ku merupakan teman baikku, aku senang sekali menata perabotan, dan favorit kotaku adalah Tokyo.

CD: Apa yang akan dilakukan Snail Mail berikutnya?

SM: Aku akan melaksanakan operasi pita suara, semoga operasinya lancar supaya kami bisa melanjutkan tur di bulan April.

Thanks to Love Da Records Indonesia.

welly
More from Creative Disc