Bersenang-senang di DPR The Regime World Tour In Jakarta

Oleh: RON - 14 Dec 2022

Jakarta belakangan ini sering hujan. Agak deg-degan juga jadinya kalau ada jadwal main setelah jam kerja karena kalau hujan berarti dua hal: menembus macet atau batalin jadwalnya sekalian. Beruntung hari Selasa, 6 Desember 2022 kemarin cuaca bersahabat jadi kemacetan jalanan menuju Tennis Indoor Senayan pun nggak terlalu bikin misuh-misuh. Hari ini (iya di hari Selasa, di awal minggu, di tengah-tengah hari kerja) ada DPR THE REGIME WORLD TOUR IN JAKARTA. Katanya, ini adalah salah satu konser dari bintang Korea Selatan yang sudah ditunggu-tunggu banyak orang. Meski mereka masih ada di ranah ‘musik Korea Selatan’, Saya sendiri masih sangat asing dengan musiknya. Kalau ada satu hal yang bikin saya tahu DPR adalah karena Ian. Ian juga alasan Saya jadi bersemangat buat datang konser ini.

Saya dan Ian punya ‘sejarah’ yang panjang. Bukan karena kita teman SMP atau satu gereja, tapi karena saya termasuk dari salah satu orang yang beruntung mengikuti perjalanan karier Ian sebelum dia pakai nama ‘Ian’.

Saya kenal Ian ketika namanya masih Rome dan masih jadi leader dan rapper grup C-Clown, salah satu grup K-Pop debutan tahun 2012, seangkatan dengan EXO, BAP, NU’EST, Crayon Pop, AOA, dan solois Ailee. Dibandingkan dengan grup-grup di atas, musik C-Clown paling beda. Mereka nggak tampil dengan konsep ‘meledak-ledak’ dan musik ‘berisik’ tapi mengusung genre alternatif. Di satu sisi ini refreshing, easy listening, dan menyenangkan. Di sisi lain, persaingan yang luar biasa sengit di tahun itu membuat musik C-Clown hanya bisa dinikmati sebagian kecil pendengar K-Pop. C-Clown berjuang keras untuk bisa dicintai general public. Sayangnya mereka nggak bertahan lama.

Dari situ member C-Clown mulai menyebar dengan debut lagi di grup lain, pindah haluan ke dunia fashion, ada juga yang mencari jati diri dan kedewasaan dalam bermusik. Yang terakhir adalah Rome.

Saya nggak perlu cerita bagaimana perjalanan Rome menjadi Ian karena itu bisa dibaca di Wikipedia. Tapi buat Saya, Rome ke Ian adalah sebuah transformasi yang sangat luar biasa. Saya nggak pernah melihat C-Clown secara langsung jadi tidak pernah tahu aksi panggung Rome seperti apa (kecuali dari video-video di YouTube). Tapi bermodalkan video-video itu, saya bisa bilang kalau Ian di konser DPR THE REGIME WORLD TOUR IN JAKARTA ini adalah persona yang seratuspersen berbeda dari Rome.

Sekali lagi saya sangat awam dengan musik DPR, tapi penasaran, kenapa dua tahun terakhir grup ini sangat ramai dibicarakan bahkan oleh non K-Pop fans? Saya menemukan jawabannya di konser ini. Datang ke DPR THE REGIME WORLD TOUR IN JAKARTA membuat saya mengalami krisis eksistensi dan merasa bahwa selama ini saya benar-benar hanya living in my bubble dan mainnya kurang jauh.

Tennis Indoor Senayan penuh karena tiket konser yang dipromotori CK Star Entertainment ini sold out. Jarang sekali ada musisi Korea yang tiket konsernya ludes kecuali memang grup-grup yang namanya sudah established dan memang selera pasar banget. Saya masuk ke venue dengan kaki gemetar dan kepala berputar-putar.

“Fans DPR sebanyak ini?!” saya takjub. Dari kelas tribun sampai festival penuh banget tapi suasana di festival nggak padat karena kapasitas penontonnnya disesuaikan supaya tidak terlalu sumpek (great job!). Saya kebetulan berdiri di festival dan memilih untuk mojok di belakang demi bisa melihat suasana konser ini dengan lebih tenang. Dan ketika lampu berwarna pelangi mulai menyala, lalu mati sebentar, dan musik mulai diputar, krisis eksistensi itu benar-benar dimulai dan langsung mencapai puncaknya.

DPR Cream membuka konser ini sebagai pemanasan. Pembukaan yang membuat Saya akhirnya mengerti kenapa orang-orang di sini mau datang ke konser ini dan kenapa Saya bilang ini bukan konser K-Pop yang saya kenal: karena ini memang bukan K-Pop. Semua orang bergoyang dengan musik yang dia sajikan. Lampu-lampu di panggung sangat meriah dan kerap kali berganti. Di depan saya ada geng pertemanan yang benar-benar terbius dengan penampilan DPR Cream sejak awal, mereka nggak berhenti-berhentinya berteriak dan jingkrak-jingkrak. Sesekali mereka gemas sambil berteriak “OH MY GOD!” karena nggak bisa menahan emosi dan euforia.

Setelah itu giliran DPR LIVE yang muncul di panggung bersama dengan astronot raksasa lengkap dengan pakaian luar angkasa. Meski panggung konser ini hanya ‘sepetak’ di ujung depan dan tanpa lidah memanjang ke tengah-tengah festival, tapi energi yang ditampilkan oleh DPR LIVE bisa sampai ke Saya yang bahkan hanya bisa berdiri di paling belakang festival.  

“Let’s go Jakarta!” teriak LIVE. Dia membawakan Laputa, Jasmine, Text Me, hingga Yellow Cab di bagian pertama lalu dilanjutkan dengan Venus di bagian kedua.

Satu hal yang paling terasa dari konser ini selain musiknya yang memang dikemas dan diciptakan buat joget adalah lampu-lampu yang atraktif dan tak mungkin bisa diam berdiri dan kagum saja. Mau tidak mau, Saya yang baru pertama kali mendengarkan hampir semua lagu DPR LIVE malam itu juga ikutan vibing karena emang asyik banget! Beberapa kali Saya juga ngebatin, “Ini kali ya musik anak Jaksel versi Korsel?”

Setelah DPR LIVE, akhirnya Ian muncul.

Rome. Barom Yu. Christian Yu. Si cowok yang sepertinya paling dinantikan di konser ini karena ketika siluetnya muncul di panggung, teriakan orang-orang di Tennis Indoor Senayan jadi lebih kencang dari sebelumnya. PECAH! Setiap kali dia bergerak, tersenyum, dan bicara dengan aksen Australia yang kental, penonton seolah tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak.

Ian tampil di panggung dengan konsep berbeda, agak sedikit teatrikal dengan visualisasi yang luar biasa menaik mata. Dia tampil sebagai Joker. Di awal ada sayap hitam besar yang terlihat sangat megah di atas panggung mengesankan Ian baru saja turun dari langit. Ada kesan gelap di awal penampilan Ian ketika dia membawakan mitoo, Miss Understood, dan Nerves. Tapi semua itu berubah cerah dan panas menuju ke belakang. Ian tampil maksimal sampai banjir keringat sampai akhirnya dia membawakan No Blueberries. Di antara penampilan-penampilan itu, dia juga banyak curhat soal hidup dan perjuangannya.

Seperti yang saya bilang tadi, saya cukup beruntung tahu Ian dari era C-Clown dan mengikuti perjalanan kariernya sejak awal. Jadi ketika dia cerita soal ‘hidupnya yang sulit’, mau nggak mau membawa Saya ke awal-awal kariernya sebagai ‘idol’. Tapi Ian yang tampil di DPR THE REGIME WORLD TOUR IN JAKARTA bukanlah seorang ‘idol’, tapi sosok musisi yang lebih dewasa dan lebih tahu apa yang dia inginkan dalam hidup. Agak jahat rasanya kalau bilang ‘bersyukur C-Clown nggak ada lagi’ tapi kalau itu nggak terjadi, Saya mungkin nggak akan bisa melihat sosok Ian yang seperti di panggung malam itu.

Konser ditutup dengan geng DPR kumpul di panggung dan menyapa semua penonton dengan hujan konfeti. Ian dan LIVE membawa Bendera Merah-Putih ke atas panggung dan terlihat bahagia sekaligus puas konser ini berjalan sangat meriah.

DPR THE REGIME WORLD TOUR IN JAKARTA dikemas dalam konsep ‘mimpi’ dan mimpi itu berusaha untuk dikisahkan oleh masing-masing personel DPR ke atas panggung yang penuh ketulusan, rentan, tapi juga menyenangkan. Di situ saya baru mengerti kenapa konser ini harus digelar di hari Selasa. Mungkin karena DPR tahu banyak dari kita benci hari Senin, konser Selasa ini adalah obat yang paling menyenangkan buat hal-hal buruk yang terjadi sepanjang hari kemarin.

Foto: Official CKStar & Budi Susanto


RON
More from Creative Disc