CreativeDisc Exclusive Interview With Centimillimental: Anime Given Menyelamatkan Hidupnya

Oleh: luthfi - 05 Sep 2024
CreativeDisc Exclusive Interview With Centimillimental: Anime Given Menyelamatkan Hidupnya

Apa jadinya jika anime “Given” tidak meledak sewaktu pandemi? Mungkin Atsushi atau yang lebih dikenal dengan nama proyek solonya Centimillimental masih menangisi hidup dan tidak dikenal banyak orang. Berkat “Given”, ia akhirnya mampu meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap bermusik meskipun ia sudah mengalami banyak cobaan di masa lalunya.

Mulanya, Centimillimental terbentuk sebagai sebuah band berisi empat orang, namun semua personilnya cabut dan meninggalkan Atsushi seorang. Sempat memutuskan untuk meninggalkan nama tersebut, ia akhirnya kembali memakai nama itu sebagai nama proyek solo karirnya. Setelah menempuh banyak jalan terjal di dunia musik, akhirnya pada tahun 2019 ia berhasil masuk ke Epic Records Japan dan mengerjakan semua lagu untuk anime “Given”. 

Hasilnya, namanya melejit di kalangan pecinta anime terutama perempuan berkat musik dan liriknya yang sangat sesuai dengan anime itu. Bisa dibilang, “Given” menyelamatkan hidupnya serta menyelamatkan karir musiknya. Tentu saja, anime tersebut mempunyai kesan mendalam untuknya.

Luthfi dari CreativeDisc berkesempatan untuk mewawancarai Centimillimental di sela penampilannya di Jakarta. Pada sesi wawancara ini, ia bercerita banyak soal musik, perpindahannya dari musisi klasik ke musisi pop rock, “Given” yang sangat relate dengan kehidupan bermusiknya, serta curhatannya tentang hidup.

CreativeDisc (CD): Bagaimana rasanya pertama kali tampil di Jakarta?
Centimillimental (CM): Karena aku baru pertama kali ke sini, aku tidak tahu penontonnya bakal seperti apa. Tetapi sejauh ini aku merasakan orangnya baik-baik. Aku sangat menantikan atmosfir penontonnya bakal seperti apa nantinya.

CD: Penonton di Indonesia biasanya atmosfirnya seru dan pada semangat.
CM: Oh ya? Aku sangat menantikannya.

CD: Kenapa kamu memilih nama panggung Centimillimental?
CM: Awalnya proyek musik ini adalah sebuah band yang berisikan empat orang. Sewaktu pencarian nama, kami ingin menamai band ini dengan kata yang tidak pernah ada di dunia ini dan kami tidak mau namanya sama dengan band lainnya. Jadi, kami memilih nama “Centimillimental”, karena kami ingin bernyanyi lagu sedih dan lagu yang menyentuh hati orang banyak. Tapi, satu per satu member band ini cabut dan hanya aku dan nama Centimillimental yang tersisa.

CD: Makanya namanya agak susah untuk dicari ya?
CM: Begitulah (tertawa).

CD: Bagaimana ceritanya kamu tertarik untuk menekuni dunia musik?
CM: Aku sudah bermain musik klasik di piano dari umur lima tahun dan awalnya aku berniat menjadi pianis. Tetapi, semakin usia bertambah aku tidak cocok bermain musik klasik karena harus mengikuti pakem dan notasi yang sudah tertulis dari sananya.
Aku sangat suka membuat musik dari kecil dan aku ingin mengekspresikan apa yang aku buat ke dalam sebuah lagu. Jadinya, aku mulai bernyanyi dan mulai menciptakan lagu untuk artis Pop lainnya.

CD: Bisa diceritakan tentang lagumu berjudul ‘Seigi no Sumika’?
CM: Internet dan media sosial telah memberikan banyak manfaat dengan memungkinkan siapa saja untuk menyuarakan perasaan dan pendapat mereka. Namun, di sisi lain juga memudahkan penyebaran kata-kata yang seharusnya tidak ditujukan kepada orang yang bersangkutan, serta menciptakan perdebatan yang seringkali melibatkan orang-orang yang bukan bagian dari masalah tersebut. 
Fenomena ini, baik di dunia maya maupun di dunia nyata seringkali menimbulkan kebingungan dan berdampak pada banyak orang. Karena itu, aku menciptakan lagu ini sebagai upaya untuk mengekspresikan perasaan tersebut melalui musik. 

CD: Kamu sangat populer di kalangan pecinta anime berkat partisipasimu dalam anime “Given” yang meledak waktu pandemi kemarin. Bisa diceritakan tentang pertama kali kamu masuk ke proyek anime “Given”?
CM: Awalnya, ketika produksi anime “Given” dimulai, karena ini adalah cerita tentang sebuah band, mereka membutuhkan seorang penulis lagu untuk menciptakan musik bagi band tersebut. Aku diundang sebagai produser musik untuk membantu membuat lagu di anime itu. 
Sembari berjalannya waktu, aku diminta untuk menyanyikan lagu pembuka dan penutupnya. Akhirnya, aku bukan hanya menciptakan lagu untuk animenya tapi juga bisa debut sebagai artis di label besar secara bersamaan.

CD: Apakah cerita anime “Given” relate denganmu?
CM: Tentu saja. Karena aku dulu membentuk band bareng-bareng, aku bisa benar-benar memahami konflik internal dalam band, susahnya menjadikan musik sebagai karier, serta ketakutan dan tantangan antar manusia yang ada di dalam band. Pada titik tertentu, aku tidak bisa membedakan mana lagu buatanku dan cerita animenya, karena ceritanya sama persis. Cerita “Given” betul-betul nancep di hatiku.

CD: “Given” adalah salah satu anime yang populer di kalangan pecinta anime termasuk di Indonesia. Bagaimana reaksimu ketika “Given” populer dimana-mana?
CM: Sebelum “Given” muncul, aku masih musisi amatir, dan tentu saja tidak ada reaksi apapun dari publik ketika aku merilis lagu sampai-sampai gak ada yang mau nonton ketika aku manggung. Aku tidak pernah membayangkan laguku bisa didengarkan oleh berbagai macam orang di penjuru dunia dan mereka juga menyanyikan laguku ketika aku manggung. Dari situ aku baru menyadari betapa hebatnya karya yang kubuat untuk “Given” dan aku sangat senang dengan hal itu.

CD: Siapa artis yang sangat memengaruhi karyamu?
CM: Aku sangat suka dengan band Jepang bernama Remioromen. Pertama kali aku dengar lagu mereka nyelip di dorama, aku sangat terkejut dengan lagunya. Waktu itu, aku sangat getol memainkan musik klasik dan ketika mendengar lagu mereka aku langsung berpikir kalau bernyanyi itu keren. Mendengar lagu Remioromen adalah alasan terbesarku ada di sini dan menyanyikan sendiri lagu yang kubuat.

CD: Jika kamu mempunyai mesin waktu dan bisa kembali ke dirimu di masa lalu. Apa yang akan kamu katakan kepada dirimu di masa lalu?
CM: Susah juga ya pertanyaannya. Beberapa waktu lalu aku berpikir, "Jika aku melakukan hal ini, mungkin aku tidak akan putus dengan pacarku waktu itu." Seiring waktu berlalu, aku mulai memasukkan kegagalan dan cerita yang menyakitkan ke dalam lagu-laguku dan setelah melihat kembali aku berpikir, “Sedih juga ya hidupku pada waktu itu”. 
Jika aku menghapus hal-hal itu, mungkin lagu-lagu yang kunyanyikan sekarang tidak akan ada. Jadi, aku berpikir mungkin lebih baik untuk tidak kembali ke masa lalu. Tapi, jika bisa kembali ke masa lalu, mungkin aku akan memilih profesi yang sama sekali berbeda. Misalnya, menjadi seorang komikus atau menjadi atlet marathon dan ikut kompetisi marathon, karena waktu kecil aku bisa lari dengan cepat.

Simak interview selengkapnya berikut ini:


Big thanks to Sony Music Indonesia for this interview.

luthfi