Menelusuri Kasih Sayang Dalam Album Keshi "Requiem": Prespektif Anak Bungsu di Lagu 'Dream'

Oleh: Achmad Bagas - 16 Sep 2024
Menelusuri Kasih Sayang Dalam Album Keshi "Requiem": Prespektif Anak Bungsu di Lagu 'Dream'

Rasa yang sederhana berkumpul bersama emosi hingga menjadi kaya akan makna, Momen yang di tunggu-tunggu oleh para penggemar pelantun 'Dream,' Keshi, akhirnya tiba merilis album keduanya "Requiem" hari ini (13/9).

Jika "Gabriel" menyuguhkan nuansa R&B yang apik, justru "Requiem" adalah istilah musik klasik seperti nama dalam sebuah karya untuk menghormati orang yang telah meninggal. Bagi Keshi, hal itu mencerminkan kehilangan pribadi yang telah mewarnai hidupnya dalam beberapa tahun terakhir.

Sang seniman tidak puas diri dengan kesuksesan di masa lalu, dia terus mendorong batasan-batasan dia untuk tetap kreatif dalam bermusik. Dirilis di tengah antisipasi yang meningkat, "Requiem" semakin memantapkan Keshi dari yang awalnya musisi di dunia industri musik menjadi seperti pendongeng yang tidak kenal takut untuk menghadapi emosi yang sulit dalam hidup.

Salah satu lagu paling favoritnya di album "Requiem," 'Dream,' Keshi mengaku jika semua rasa yang ingin ia sampaikan, banyak terkandung di dalam lirik-liriknya.

"Ya. Lagu Favoritku dari Requiem adalah Dream, dan kau tahu betapa sederhananya lagu itu, lagunya sangat ringkas tetapi banyak sekali emosiku yang dikemas dalam lagu itu dan aku sangat bangga akan hal itu." 

"Ada sedikit perubahan di antara lirik-liriknya di bait pertama, jika Anda suka. Dengarkan baik baik. Di situ aku mengucap, dia hebat, dia ini, dan dia itu tetapi itu semua akan terungkap saat sedang mendengarkan lagu itu, kamu akan sadar jika sedang ingin berbicara dengan orang yang ingin kamu ajak sepanjang waktu."

'Dream' serasa meresap kedalam inti dari "Requiem" disertai dengan maknanya yang memiliki arti sama, yaitu rindu kepada orang yang sangat diinginkan, pergi jauh dan tidak kembali lagi.

Nada-nada melankolis dengan baluran motif piano kecil, melodi yang sangat jelas, dan tidak menghalangi vokal sama sekali seolah-olah menyihir pendengar untuk berimajinasi bersama sang penyanyi.

"Itu adalah lagu terakhir yang kami tulis untuk album ini, dan yap! Aku benar-benar melakukannya. Itu seperti anak bungsu lho. Aku merasa seperti anak bungsu karena selalu mendapat cinta terbanyak."

Para penggemar akan melihat perubahan dalam cara "Requiem" diciptakan. Keshi, yang dikenal karena proses penulisannya yang soliter, memilih untuk berkolaborasi lebih erat dengan teman-teman dan sesama kreator kali ini.

Ini adalah pilihan yang terasa disengaja, mencerminkan seorang seniman yang memahami kekuatan komunitas dalam membentuk seni.

Namun Requiem bukan hanya tentang evolusi kreatif. Album ini juga merupakan cerminan dari kedewasaan Keshi yang terus tumbuh sebagai seorang seniman.

Selain kedalaman emosinya, album ini hadir pada saat Keshi sedang mengevaluasi pencapaiannya. Dengan perilisan album dan tur dunia yang sudah di depan mata, perjalanan Keshi mencapai puncak baru.

Basis penggemarnya di Asia Tenggara terus bertambah, dan ia akan segera tampil di kota-kota seperti Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Manila, dan Singapura. Bagi seseorang yang pernah mengaku gugup di atas panggung, kepercayaan dirinya yang baru terlihat jelas.

“Dulu saya merasa gugup sebelum tampil di panggung besar, tetapi sekarang saya sudah merasa lebih nyaman. Rasanya campur aduk karena rasa gugup itu adalah bagian dari kegembiraan, tetapi sekarang saya fokus untuk menjadi penampil terbaik yang saya bisa,” tambahnya.

Dengan "Requiem," Keshi telah membuktikan bahwa ia adalah seorang artis yang bersedia berkembang sambil tetap terhubung dengan inti emosional musiknya. Campuran dari refleksi pribadi, kedalaman emosional, dan kolaborasi baru dalam album ini menawarkan pengalaman yang kaya dan berlapis bagi para penggemar yang pasti akan membekas lama setelah lagu terakhirnya.

Saat Keshi terus mendorong batasan, baik secara musikal maupun pribadi, Requiem menjadi bukti pertumbuhannya sebagai seorang artis merupakan sebuah perjalanan yang, seperti album itu sendiri, bersifat introspektif sekaligus ekspansif.

 

Achmad Bagas
Instagram: @achmadbaqas