Instagram: @achmadbaqas
Album country terbaru Beyoncé, "Cowboy Carter," mencetak sejarah dengan menjadi album country pertama oleh seorang wanita kulit hitam yang menduduki puncak tangga lagu dan bertahan selama 22 minggu di Billboard 200
Beyoncé mengejutkan banyak pihak dengan tidak mendapatkan satu pun nominasi di Country Music Association Awards (CMA) 2024. Penolakan ini menimbulkan banyak pertanyaan dan diskusi mengenai kemungkinan faktor-faktor di balik keputusan tersebut.
Album "Cowboy Carter" merupakan pencapaian monumental, terutama dalam konteks musik country yang kerap dianggap eksklusif dan konservatif.
Beyoncé menghadirkan inovasi dan keberagaman dalam genre tersebut, penolakannya dari nominasi CMA 2024 menandai kejadian kedua kalinya di mana Beyoncé mengalami gesekan dengan industri musik country.
Reaksi keras yang dia terima pada tahun 2016 setelah penampilannya bersama Chicks di CMA menunjukkan adanya ketegangan, dan kini penolakan ini tampaknya memperlihatkan masalah yang lebih mendalam terkait identitas politik dan rasial.
Faktor-Faktor yang Mungkin Mempengaruhi Penolakan
Kurangnya Promosi, Meskipun "Cowboy Carter" dan singelnya 'Texas Hold 'Em' mengalami kesuksesan besar, Beyoncé tampaknya tidak melakukan promosi yang intensif untuk album country-nya.
'Texas Hold 'Em' baru diputar di radio country setelah beberapa hari keterlambatan karena penjadwalan rilis dan promosi yang awalnya dikategorikan sebagai pop. Ketidakcukupan promosi ini mungkin telah berdampak pada bagaimana album dan lagu-lagu tersebut diterima oleh stasiun radio country dan audiens CMA.
Pilihan dan Strategi Promosi Beyoncé, Beyoncé dikenal dengan gaya promosi yang minimalis dan tak terduga.
Pengumuman awal tentang "Cowboy Carter" sebagai "album Beyoncé" dan bukannya "album country" mungkin merupakan langkah strategis untuk mempertahankan ciri khasnya. Namun, pilihan ini juga bisa memengaruhi bagaimana industri musik, termasuk CMA, merespons karyanya.
Isu Kesetaraan dan Identitas, Penolakan Beyoncé dari nominasi CMA tidak bisa dilepaskan dari isu yang lebih luas tentang keberagaman dan inklusi dalam industri musik country.
Industri ini telah menunjukkan ketidakmampuan untuk sepenuhnya menerima artis kulit berwarna, seperti yang terlihat dari penolakan terhadap Lil Nas X pada tahun 2019. Meskipun artis pria kulit hitam seperti Darius Rucker dan Charley Pride telah mencapai kesuksesan, artis wanita kulit hitam seperti Beyoncé dan Valerie June masih menghadapi tantangan besar.
Sementara itu, artis pop pria seperti Post Malone, yang juga mengalami crossover ke country, menerima banyak nominasi dari CMA. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan perlakuan yang jelas antara artis pria dan wanita, serta antara artis yang memasukkan unsur-unsur dari genre lain dibandingkan dengan mereka yang mengusung identitas budaya mereka sendiri.
That goes without saying. Thank you @Beyonce for opening a door for us, starting a conversation, and giving us one of the most innovative country albums of all time!
— Shaboozey (@ShaboozeysJeans) September 9, 2024
Penolakan Beyoncé dari nominasi CMA 2024 mencerminkan masalah mendalam dalam industri musik country terkait dengan identitas, kesetaraan, dan representasi.
Meskipun Beyoncé telah membuka jalan bagi artis kulit hitam dan berkontribusi pada diversifikasi genre country, penolakan ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai kesetaraan yang sejati dalam industri musik.
Dengan banyaknya dukungan dari penggemar dan kritik terhadap keputusan ini, masa depan musik country mungkin akan mengalami perubahan menuju inklusi yang lebih besar dan pengakuan yang lebih adil terhadap kontribusi semua artis, terlepas dari latar belakang mereka.