Maliq & D’Essentials masih bersinar terang di belantika musik Indonesia. Meski telah bermusik sejak tahun 2002 silam, karya-karya band asal Jakarta itu masih digandrungi bahkan viral.
Tentu masih segar dalam ingatan betapa viral-nya single milik Maliq & D’Essentials “Kita Bikin Romantis” yang berseliweran di FYP awal 2024 ini. Atau syahdunya single “Pilihanku” yang masih enak didengarkan sampai saat ini meskipun dirilis tahun 2009 silam.
Hal-hal tersebut pun menjadi salah satu pencapaian hebat bagi Angga Puradiredja (vokal), Indah Wisnuwardhana (vokal), Lale (gitar), Ilman Ibrahim (kibor), Jawa (bass), dan Widi Puradiredja (drum). Tentu saja tidaklah mudah untuk tetap kompak dan romantis apalagi berkarya bersama selama lebih dari dua dekade.
Maliq & D’Essentials membocorkan resep mereka tetap romantis secara eksklusif kepada CreativeDisc di backstage Can Machines Fall In Love? Album Tour Bali pada 20 Oktober lalu.
"20 tahun ini kami sangat fokus di musik. Semua yang kami lakukan itu untuk mendukung musik itu sendiri. Khususnya untuk mendukung Maliq. Jadi apapun yang kami buat, seperti kami buat manajemen dan ada Laleilmanino (side-project Lale & Ilman) itu kami dukung untuk Maliq sendiri. Menambah wawasan dan warna Maliq. Seiring berjalannya waktu, itu tidak cepat. Sehingga selama 20 tahun ini, sense of belonging teman-teman ini terhadap Maliq itu sendiri makin besar. Karena otomatis dengan berkembangnya Maliq, secara materi meningkat, secara recognition dan posisi kami di masyarakat juga meningkat, begitu juga pengakuan dari masyarakat. Kami bisa merasakan itu. Dari sisi karya kami merasa tiap ada karya itu berkembang dan secara keseluruhan itu berkembang. Semua hal yang kami lakukan itu kembali ke Maliq sendiri. Jadi kami percaya antarsatu sama lain bahwa apa yang kami lakukan itu sudah nyata hasilnya di depan mata. Jadi buat apa kami bubar kalau memang itu yang sudah kami perjuangkan itu sendiri," ungkap sang vokalis, Angga Puradiredja.
Setali tiga uang dengan Angga, Indah Wisnuwardhana pun menambahkan bahwa keinginan Maliq & D’Essentials untuk tetap survive di dunia musik begitu besar. Tidak hanya dengan konsisten menghasilkan karya-karya apik, tetapi juga mulai merambah ke bidang lain.
Belakangan, mereka juga berinovasi membentuk ekosistem lain yang tentu tetap mendukung semangat bermusik. Sebut saja MAD Haus Group yang memayungi manajemen hingga media hasil inovasi Maliq & D’Essentials.
"Yang paling konsisten kami lakuin itu berkarya terus supaya gig jalan terus. Dari sana kami mengembangkan bukan hanya dari manggung, tapi kami bikin manajemen sendiri, kantor sendiri, lalu mengembangkan bisnis yang dekat dengan kami misalnyalnya media, juga ada event organizer. Banyak kegiatan di luar manggung itu sendiri yang membuat kami termotivasi untuk menghasilkan uang. Salah satunya itu yang paling basic. Kalau secara karya, kami berusaha bikin karya-karya yang bagus dan enak. Apakah itu sesuai dengan zaman atau tren musik, bisa jadi iya, bisa jadi enggak. Kami berusaha keep up dengan apa yang terjadi di luar, misal orang lebih banyak denger lagu dari sosial media atau streaming, itu yang selalu kami ingin tau agar kami selalu bisa diterima dan bisa memasarkan produk yang kami punya," tambah Indah Wisnuwardhana.
Berbagai hal besar yang telah dilakukan oleh Maliq & D’Essentials selama ini tentu memantik rasa penasaran kita semua, apa yang akan mereka lakukan setelah ini. Berhasil satu panggung dengan musisi hebat mancanegara macam Coldplay & Brian McKnight serta punya lagu yang tetap relate di berbagai zaman, lantas apa?
Ternyata Maliq & D’Essentials masih belum puas. Mereka masih akan terus bermusik dan bersenang-senang bersama, meskipun lewat hal yang terkesan sederhana. Bukti nyatanya adalah tur “Can Machines Fall In Love?” yang sedang dijalani.
"Tur ini (Can Machines Fall In Love?) adalah hal yang baru kami lakukan 22 tahun kemudian. Sedangkan kayanya tur bukan hal ajaib untuk band-band lain. Jadi kalau 10 tahun ke depan atau di masa depan, hal-hal basic yang kami lakukan selama ini akan tetap kami lakukan. Hanya saja dengan persiapan dan skala yang lebih canggih. Menurut kami, pada akhirnya yang kami rasakan saat 22 tahun nge-band, ternyata engga ada yang berubah. Yang kami lakukan engga berubah, gimana bikin lagu seenak-enaknya, manggung sebagus-bagusnya, gue yakin 10 tahun ke depan yang kami lakukan masih seperti ini. Justru itu tantangan terbesar dari semua band. Karena sampai hari ini pun, banyak band yang usianya 20 tahun tidak melakukan hal basic seperti itu. Jarang ada yang masih effort bikin lagu dan manggung. Jadi engga usah mikir yang canggih-canggih dulu, kalau itu masih bisa dilakuin 10 tahun ke depan, itu adalah prestasi terbesar bagi sebuah band," terang Widi Puradiredja.
Sebelum menutup sesi interview, masing-masing personel Maliq & D’Essentials membagikan top 3 single yang harus didengarkan dari album terbaru mereka, “Can Machines Fall In Love?”.
Mulai dari Jawa: 1) Kita Bikin Romantis 2) Terus Terang 3) Hari Terakhir, Lale: 1) Hari Terakhir 2) Terus Terang 3) Dadidu Di Dada, Angga: 1) Aduh 2) Kita Bikin Romantis 3) Terus Terang, Indah: 1) Dadidu Di Dada 2) Begini Begitu 3) Hari Terakhir, Widi: 1) Kita Bikin Romantis 2) Aduh 3) Begini Begitu, dan Ilman: 1) Kita Bikin Romantis 2) Intro 3) Terus Terang.
Menarik dinantikan gebrakan-gebrakan lainnya dari Maliq & D’Essentials ke depannya!