Achmad Bagas
Instagram: @achmadbaqas
Instagram: @achmadbaqas
Setelah lebih dari dua tahun vakum, Shawn Mendes akhirnya merilis album studio kelimanya yang sangat dinanti, "Shawn," pada hari Jumat (15/11). Album ini menjadi karya penuh emosi yang membawa pendengar pada perjalanan pribadi sang penyanyi, yang kini berusia 26 tahun.
Setelah membatalkan tur dunianya pada 2022 untuk fokus pada kesehatan mental dan pencarian jati diri, "Shawn" hadir sebagai refleksi dari proses eksplorasi tersebut. Judul album ini sendiri sudah mengisyaratkan apa yang dapat diharapkan pendengar: sebuah perjalanan pencarian diri yang penuh kebingungan dan ketidakpastian.
Dalam lagu pembuka, 'Who I Am,' Shawn Mendes dengan tulus menyanyikan lirik yang mengungkapkan perasaan kehilangan arah: "Semuanya sulit dijelaskan dengan lantang karena aku tidak benar-benar tahu siapa aku saat ini." Lagu ini langsung mengatur nada bagi seluruh album, yang dipenuhi dengan nuansa folk-pop lembut yang terinspirasi oleh era Laurel Canyon.
Lagu-lagu di album ini tidak hanya berbicara tentang pencarian identitas, tetapi juga mengenai ketidakpastian yang datang dengan popularitas dan ekspektasi publik. Mendes mengakui perjuangannya untuk menemukan keseimbangan antara dirinya sebagai seorang individu dan sebagai figur publik.
'The Mountain'
Dalam lagu 'The Mountain,' ia mengekspresikan kebingungannya dengan lirik yang memancing spekulasi tentang seksualitasnya: You can say I'm too young/You can say I'm too old/You can say I like girls or boys/Whatever fits your mold.
Shawn sendiri pernah mengungkapkan bahwa seksualitas adalah sesuatu yang sangat pribadi dan sulit dimasukkan ke dalam kotak-kotak tertentu. Ia juga menyampaikan bahwa proses pencarian ini adalah bagian dari perjalanan hidup yang tidak mudah dan terus berkembang.
Selain eksplorasi pribadi, album ini juga menunjukkan pertumbuhan Mendes sebagai penulis lagu. Ia ikut menulis semua lagu di album ini, kecuali cover ikonik Leonard Cohen, 'Hallelujah,' yang terasa penuh makna dan kedalaman emosional. Dua lagu terbaik di album ini, 'That's the Dream' dan 'Heart of Gold,' menunjukkan sisi melodius dan lirik Mendes yang semakin matang.
'That's the Dream'
'That's the Dream' menggabungkan unsur-unsur country tahun 90-an dengan melodi yang memikat, menceritakan tentang komitmen yang sulit dipenuhi dan pencarian makna dalam hidup.
I know we made our promises, but promises are hard to keep, Shawn menyanyikan dengan gitar baja di tangan. Lagu ini bercerita tentang ambisi dan kerinduan akan sebuah impian, dan bagaimana terkadang hal-hal terbaik dalam hidup justru datang dengan penuh tantangan.
'Heart of Gold': Penghormatan untuk Mendiang Liam Payne dan Teman Masa Kecil
Di sisi lain, 'Heart of Gold' adalah lagu yang ditulis Shawn Mendes untuk mengenang seorang teman masa kecil yang meninggal. Dengan sentuhan soft rock era 70-an, lagu ini terasa penuh kehangatan dan melankolis.
You had a heart of gold/You left too soon, Shawn Mendes menyanyikan dengan lembut, memberikan penghormatan kepada seseorang yang telah meninggalkan jejak emosional yang mendalam dalam hidupnya. Lagu ini juga pernah ia nyanyikan untuk mendiang vokalis One Direction, Liam Payne sebagai penghormatan terakhir.
Album "Shawn" adalah bukti nyata dari perjalanan Mendes yang sedang tumbuh dan berkembang. Ia tidak hanya mencari jati diri sebagai seorang individu, tetapi juga sebagai seorang seniman yang terus mengeksplorasi dan merangkul sisi-sisi yang lebih dalam dari dirinya.
Dengan kejujuran dan kerentanannya, album ini menjadi karya yang berharga bagi siapa saja yang tengah berjuang mencari tempat mereka dalam dunia ini.
Pada akhirnya, "Shawn" adalah sebuah album yang penuh dengan keindahan, pencarian, dan penerimaan diri. Mendes mungkin belum menemukan semua jawabannya, tetapi melalui karya ini, ia mengajak pendengar untuk ikut serta dalam pencariannya. Sebuah perjalanan yang bisa jadi belum berakhir, tetapi selalu penuh arti.
Tracklist album "Shawn,"
