CreativeDisc Exclusive With tonun: Penyanyi City Pop Asal Jepang yang Bakal Disukai Orang Indonesia

Oleh: luthfi - 17 Dec 2024
CreativeDisc Exclusive With tonun: Penyanyi City Pop Asal Jepang yang Bakal Disukai Orang Indonesia

CREATIVEDISC.COM - JAKARTA - Musisi soul dan city pop generasi baru asal Jepang tonun mempunyai selera musik yang sama dengan orang Indonesia. Pasalnya, musisi yang baru mengeluarkan single ‘Chillin’ ini mengidolakan Mac Ayres, Tom Misch, dan Honne yang notabene merupakan musisi yang disukai oleh orang Indonesia. Cek aja tempat nonkrong atau coffee shop yang kamu datengin, pasti akan ada lagu dari tiga artis yang disebut tadi. Musik tonun juga sama, bernuansakan chill dengan lantunan gitar soul dan jazzy sebagai senjata utamanya.

Supaya kamu lebih mengenal tonun, CreativeDisc mengobrol dengan dia nih melalui Zoom. Simak wawancaranya di bawah ini.

CreativeDisc (CD): Kenapa kamu menggunakan nama panggung tonun?
tonun (t): Karena aku sering dipanggil ‘tonun’ oleh teman-temanku, jadilah aku menggunakan nama itu untuk nama panggungku.

CD: Bisa diceritakan sedikit tentang single terbarumu ‘Chilltoshitai’ dalam Bahasa Inggris ‘Chillin’.
t: Jadi ini merupakan lanjutan dari single-ku sebelumnya ‘Numarasenaide’. Dua lagu kuproduseri sendiri dan aku fokus ke ritme dan melodi lagunya sehingga menghasilkan lagu yang groovy.

CD: Dibalik groovy-nya, sepertinya kamu ingin terdengar lebih santai di lagu ini.
t: Karena sebenarnya laguku sebelumnya jarang yang terdengar santai dan chill, jadi kali ini aku pengen coba membuat lagu yang lebih chill.

CD: Aku sendiri mengenalmu dari lagu ‘Kohakuiro no Suhada’ dari EP “tonun 2”. Bisa diceritakan sedikit tentang lagu tersebut dan masa-masa kamu sebelum masuk major label.
t: Waktu jaman EP “tonun 2”, aku menulis, mengaransemen, dan memproduseri lagunya semuanya sendiri. Cuman waktu itu masih belum terlalu jago, kalau dibanding sekarang sudah lebih jago dalam mengaransemen lagu sendiri.

CD: Aku merasa kamu terdengar lebih variatif di karyamu yang sekarang dan sudah jauh lebih meningkat dibandingkan era indie kamu.
t: Mungkin aku sudah lebih terlatih dalam membuat lagu dan sudah banyak pengalaman juga. Itu yang aku rasakan sekarang dalam membuat lagu.

CD: Kamu memilih mencampurkan neo soul, funk, dan jazz beserta turunannya. Kenapa kamu jatuh cinta dan memilih memainkan genre musik tersebut
t: Aku jatuh cinta dengan chord dan rhythm lagu dari genre tersebut, dan lagu dari genre tersebut enak didengar.

CD: Ketika aku menengok playlist-mu, kamu sangat menyukai Mac Ayres, Honne, dan Tom Misch.
t: Aku suka Tom Misch karena dia memainkan musik yang sama denganku dengan gitar, Honne karena melodinya yang catchy dan sangat pop. Kalau Mac Ayres karena kemampuan aransemen dan penulisan lagunya keren, dia bisa bikin lagu dari melodi yang simpel.

CD: Tiga musisi tadi sering banget loh diputer di tempat ngopi di Indonesia.
t: Wow, keren banget.

CD: Kamu telah berkolaborasi dengan Derrick McKenzie dan Matt Johnson dari Jamiroquai dalam sebuah live session. Apakah kamu sempat grogi akhirnya bisa bermain dengan legenda musik jazz ini?
t: Jujur iya. Karena itu pertama kalinya aku berkolaborasi dengan artis luar negeri, ditambah lagi aku takut komunikasinya kurang lancar karena aku belum jago berbahasa Inggris. Untungnya, mereka sangat baik dan pengertian. Dari segi musisi mereka selalu mencari cara biar sama-sama cocok dan enak mainnya. Itu semua membuat live session-nya jadi lancar.


CD: Jadi, di antara semua album Jamiroquai mana yang paling kamu suka?
t: Album greatest hits mereka “High Times: Singles 1992 – 2006”.

CD: Kalau aku suka dengan “The Return of the Space Cowboy” karena groove di album itu sangat kencang dan bass-nya asyik banget.
t: Pilihan bagus tuh.

CD: Kamu adalah salah satu artis city pop generasi baru untuk pendengar di luar Jepang. Menurutmu bagaimana kamu memandang city pop baik dari segi musik dan perkembangan kultural?
t: Aku ngerasa city pop itu adalah iterasi baru dari funk, soul, dan jazz. Aku senang bisa terlibat dalam skena city pop juga dengan karyaku. 

CD: Apa lagu pertamamu ketika kamu belajar bermain gitar?
t: Waktu SD aku belajar bermain gitar dari Yuzu ‘Mataaeru Himade’, aku pilih lagu itu karena itu lagu yang semua orang tahu di Jepang pada masanya.

CD: Kamu mengadakan tur solo dengan format akustik berjudul “SOLO”. Kenapa kamu memilih memainkan lagu akustik untuk tur solomu kali ini?

t: Aku terinspirasi oleh John Mayer yang sering membuat set akustiknya sendiri dan aku ingin juga membuat hal yang sama di konser tunggalku.

CD: Apakah di masa depan lagumu akan terdengar lebih akustik dan chill?
t: Lagu akustik itu susah bikinnya menurutku karena modalnya hanya gitar tapi harus bisa bikin lagu yang bagus. Aku mau beradaptasi dulu dengan tema akustik di turku kali ini, nantinya kalau aku sudah merasa nyaman dengan itu aku mau memperbanyak materi dengan format akustik. 

CD: Jika kamu mempunyai mesin waktu dan bisa kembali ke sebuah era, kamu akan ke era mana dan mengapa?
t: Aku pengen balik ke masa SD waktu aku baru pertama kali belajar piano. Aku gak nerusin belajar piano pada waktu itu dan kayaknya bakal seru kalau aku bisa main piano deh.

CD: Sebutkan hal yang kami tidak ketahui tentang tonun?

T: Waktu SD dan SMP aku suka banget main bola. Kalau bisa memilih tim bola favorit aku pilih Real Madrid.

Big Thanks to Universal Music Japan for this interview 

Simak interview selengkapnya berikut ini:

 

luthfi