Instagram: @achmadbaqas
CREATIVEDISC.COM - JAKARTA - Sebuah perkembangan mengejutkan terungkap dalam penyelidikan kematian mantan personel One Direction, Liam Payne, setelah Hakim Laura Bruniard merilis putusan yang membantah teori awal tentang "kehilangan keseimbangan".
Menurut dokumen pengadilan yang dirilis hari Senin, Payne sebenarnya mencoba melarikan diri melalui balkon hotel dalam keadaan mabuk berat sebelum kejadian nahas tersebut.
Dalam putusannya, Hakim Bruniard mengajukan dakwaan "homicidio culposo" (pembunuhan karena kelalaian) terhadap tiga pihak: Roger Nores (teman Payne), Gilda Martin (manajer hotel CasaSur Palermo), dan Esteban Grassi (kepala penerima tamu). Dakwaan ini didasarkan pada tindakan "kecerobohan dan kelalaian" yang berkontribusi pada kematian penyanyi tersebut.
Bukti rekaman menunjukkan Payne "diseret" ke kamarnya pada 16 Oktober dalam kondisi sangat rentan. Hakim menegaskan bahwa keputusan staf hotel membawa Payne ke kamar dalam kondisi tersebut, terutama dengan adanya balkon, menciptakan risiko yang tidak dapat dibenarkan secara hukum. Laporan pasca-otopsi mengonfirmasi bahwa kematian Payne disebabkan oleh trauma dan pendarahan internal akibat kejatuhan tersebut.
Kasus ini juga melibatkan dua tersangka lain - Ezequiel Pereyra dan Braian Paiz - yang kini menghadapi kemungkinan hukuman 4-15 tahun penjara atas dugaan penjualan kokain kepada Payne. Investigasi mengungkapkan adanya "keberadaan kokain dan alkohol dalam jumlah besar" dalam tubuh penyanyi tersebut saat kejadian.
Nores, yang sebelumnya menghadapi hukuman lebih berat, kini menghadapi dakwaan yang lebih ringan. Namun, hakim mencatat bahwa sebagai titik kontak utama dan "penjamin" bagi keluarga Payne, Nores seharusnya lebih bertanggung jawab, terutama mengingat kondisi Payne yang jelas terlihat rentan 50 menit sebelum kejadian.