CREATIVEDISC.COM - JAKARTA - Iggy Azalea kembali menjadi sorotan setelah melontarkan tuduhan serius terhadap label raksasa Universal Music. Melalui unggahan di media sosial, rapper asal Australia itu mengklaim bahwa perusahaan tersebut belum membayar royalti selama bertahun-tahun dan berutang jutaan dolar kepadanya.
Iggy Azalea, yang sebelumnya bernaung di bawah label Def Jam milik Universal sebagai bagian dari kerja sama dengan Grand Hustle milik T.I., merilis sebagian besar karya terkenalnya di bawah payung tersebut termasuk album debut "The New Classic", serta lagu-lagu hits seperti 'Fancy' dan 'Black Widow'.
Setelah berpindah-pindah di dalam struktur Universal, artis berusia 34 tahun ini akhirnya keluar dari label tersebut pada tahun 2018. Kini, ia mengungkap bahwa selama bertahun-tahun ia terlibat sengketa terkait pembayaran royalti dari label.
Dalam unggahannya di platform X (sebelumnya Twitter), ia menulis: “Selama seluruh karier saya, saya tidak pernah menerima satu pun royalti dari Universal Music untuk distribusi di luar wilayah Amerika Serikat. Mereka berutang jutaan dolar kepada saya—uang yang secara teknis telah mereka curi. Sesuai kontrak, saya berhak atas pembayaran tersebut. Jumlah yang terutang mencapai angka delapan digit. Minggu lalu, mereka mencoba menyelesaikan dengan menawarkan $18.000 kepada pengacara saya. Saya diberi tahu bahwa ini adalah taktik umum dari mereka sebelum akhirnya kalah di pengadilan dan harus membayar penuh.”
Crazy how in my entire career I was never paid a single royalty by universal music for anything outside of the USA.
— IGGY AZALEA (@IGGYAZALEA) March 15, 2025
They owe me millions of dollars in back pay, that they technically stole from me, as per my contract Iam due payment.
The amount owed is in the 8 figure range.…
Iggy Azalea menambahkan bahwa meski dirinya berada dalam kondisi finansial yang memungkinkan untuk menempuh jalur hukum, banyak artis lain tidak memiliki sumber daya yang sama untuk memperjuangkan hak mereka. “Universal Music adalah perusahaan yang menurut saya sangat tidak etis. Mereka terus-menerus memanfaatkan para artis demi keuntungan sendiri. Ini bukan hanya terjadi pada saya mereka melakukannya pada banyak artis lain yang akhirnya tak mampu melawan," tulisnya.
Ia menutup pernyataan dengan menyerukan agar perusahaan besar seperti Universal memperbaiki cara mereka memperlakukan artis, terutama mengingat keberhasilan perusahaan tersebut banyak ditopang oleh karya cipta para musisi.