CreativeDisc Interview with Loudness: Tampil Kembali di Indonesia adalah A Dream Comes True

Oleh: welly - 02 Dec 2019 | Views: 22

Loudness adalah band heavy metal/speed metal veteran daari Jepang yang dibentuk oleh Akira Takasaki (guitar) dan mendiang Munetaka Higuchi di tahun 1981. Sepanjang perjalanan karirnya, Loudness kerap sekali berganti personil, kecuali Akira Takasaki. Setelah tampil terakhir kali di Indonesia di acara Java Rockin Land tahun 2011, Loudness kembali hadir di Indonesia, dan tidak tanggung tanggung, mereka tampil di 2 kota, yaitu Jakarta dan Bali. Kedatangan mereka kali ini berkat undangan dari pihak Hard Rock Cafe.

Dua hal yang menjadi tour kali ini istimewa; Pertama, karena ini adalah salah satu rangkaian tour dengan anggota orisinal 1981 (kecuali drummer), dan khusus untuk Indonesia, judul tour nya adalah "Thunder in The East", sedangkan di negara lain judul tournya adalah "Rise to Glory" (bagian dari promosi album terakhir mereka yang berjudul "Rise to Glory").

Ditemui di Hard Rock Cafe Jakarta, Loudness tampil sangat santai, casual, dan banyak bergurau lepas. "Juru bicara" mereka adalah Minoru Niihara (vokal), sedangkan personil yang lain sesekali menjawab diselingi gurauan dalam bahasa Jepang.

Jakarta adalah kota ketiga dalam rangkaian tour Asia mereka setelah Hong Kong dan Kuala Lumpur. Mereka sangat puas dengan konser mereka di Kuala Lumpur, dengan penonton yang antusias, banyak jumlahnya, dan selalu menyanyi bersama selama pertunjukan. Meskipun demikian, tampil di Indonesia setelah penampilan mereka terakhir 8 tahun yang lalu sangatlah spesial, karena mereka merasa fans mereka di Indonesia sangat fanatik, sangat hardcore, dan mereka sangat senang akan bermain di depan fans mereka di Jakarta dan Bali. Pengalaman mereka bermain di Java Rockin Land 2011 sangat memberikan kesan mendalam bagi mereka karena mereka tidak menyangka bahwa banyak sekali fans Loudness ada di Indonesia, bagi mereka, tampil lagi di Indonesia adalah a dream comes true.

Di tengah usia yang sudah tidak muda lagi, secara fisik para personil Loudness bisa dibilang masih prima meskipun usianya sudah menginjak kepala enam. Tentunya kondisi tersebut bisa dicapai dengan usaha. Minoru berbagi tips antara lain dengan berusaha tidak minum (alkohol) berlebihan, cukup sering berjalan kaki atau olahraga ringan semisalnya; Tips ini diiyakan pula oleh Akira, yang mengatakan, intinya, harus tetap fit dengan exercise, terutama di kala melakukan tour. Sedangkan tips dari Masayoshi Yamashita (Bass) adalah, cukup minum bir secara teratur (sambil mengangkat gelas yang dipegangnya), dan disambut gelak tawa oleh personil Loudness yang lain.

Dalam 34 tahun karirnya, Loudness terhitung produktif. So far mereka telah menelurkan 28 album (termasuk remaster dan live) dengan berbagai hits di masing masing album tersebut. Tiap kali mereka akan tampil live (atau tour) mereka sendiri kesulitan menentukan lagu apa saja yang akan dibawakan di dalam set list. Yang jelas dalam rangkain tour ini (Rise to Glory /Thunder in The East) mereka akan berusaha membawakan hits hits mereka baik dari tahun 80an maupun hits hits (dari album album) terakhir mereka kecuali dari album era Mike Viscera (note: Mike Viscera adalah vokalis Loudness tahun 1988-1991). Ketika ditanya alasannya, dengan rendah hati Minoru mengatakan, bahwa dia merasa "kurang mampu" menyayikan lagu-lagu di album album di era itu. What a nice humble guy.

Mereka sadar bahwa dalam rentang 34 tahun ada beberapa lagu yang penonton kurang familiar, tapi mereka yakin penonton tetap akan enjoy dengan musik mereka. "Rise to Glory" adalah album terakhir mereka yang dirilis tahun 2018, dan mereka akan membawakan beberapa lagu dari album ini dalam tour "Thunder in The East" seperti "Soul on Fire" dan sebagainya selain hits-hits mereka di tahun 80an.

Akira Takasaki adalah satu-satunya anggota "konstan" Loudness dalam 34 tahun kiprah Loudness di dunia musik metal. Kepiawaiannya dalam memainkan gitar sangat diacungi jempol karena permainan yang bersih dan memiliki tingkat presisi yang tinggi. Di akhir tahun 80an/awal 90an Akira di endorsed oleh ESP Guitar (ESP adalah pabrikan gitar terkenal yang banyak dipakai oleh gitaris metal) yang merilis ESP Akira Takasaki signature dengan bentuk yang sangat khas dan iconic (Random Star model). Meskipun demikian, sejak tahun 2000an Akira sudah tidak menggunakan Random Star lagi, tetapi menggunakan Killer. Ketika ditanya alasannya, Akira tertawa dan menjelaskan dalam bahasa Jepang, yang kemudian diterjemahkan oleh Minoru: "Tentu saja, Killer adalah brand (company) milik Akira. He makes money from it!" disambung dengan gelak tawa personil yang lain.

Kurun waktu 30 tahun adalah waktu yang cukup lama dan tentunya banyak sekali perkembangan di genre musik metal sendiri selama rentang periode tersebut. Loudness tetap melihat fenomena evolusi musik metal baik di Jepang maupun secara global sebagai hal yang positif. Meskipun demikian, Loudness tetap akan mempertahankan ciri khas musik mereka. "Kami akan tetap memainkan musik kami apa adanya. Mungkin kami dianggap old school atau dinosaurus, tetapi musik kami ya seperti ini, Loudness music", tegas Minoru.

Saksikan video lengkap interview Loudness di bawah ini:

Teks & Video: Andi Bestari

Interview by: Budi Susanto

Video Edit by: Dundhee Yuwono

welly