Larut Dalam Pertunjukan Berhati Milik Sal Priadi

Oleh: verdy - 11 Aug 2023 | Views: 20

Persis satu minggu yang lalu (4/8/2023), Sal Priadi, solois nan kini juga menjadi aktor, menggelar Pertunjukan Berhati: Memomemoria, sebuah perayaan tiga tahun setelah album debut dengan judul “Berhati” tersebut rilis. Pertunjukan untuk publik digelar 2 hari berturut setelahnya pada 5 & 6 Agustus 2023. Jum’at itu saya mewakili CreativeDisc mendapat undangan untuk menyaksikan pertama kali bersama awak media dan tamu undangan lainnya.

Sebelum kita membahas lebih jauh Pertunjukan Berhati: Memomemoria. Nama Sal Priadi semestinya cukup ramah bagi sekalian pembaca. Bisa saja karna lirik manis “... urusan perabotan dan wangi-wangian…” yang belakangan kamu dengar, atau pada sepenggal irama baru untuk hari jadi “...serta mulia, panjang umurnya…”. Sal Priadi pun tampil dalam film “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas” yang rilis pada tahun 2021.

Jika tak jua membangkitkan ingatan, tentu tak ada yang luput dari nomor duet “Amin Paling Serius” bersama Nadin Amizah. Lagu ini adalah bagian dari album debut Sal Priadi “Berhati” yang dirilis pada tahun 2020. Dan “Memomemoria” adalah sebuah upaya Sal Priadi yang juga bertindak sebagai penulis naskah sekaligus sutradara pada Pertunjukan Berhati untuk merasakan kembali album “Berhati” secara utuh dibawakan dalam format seni pertunjukan, tari kontemporer dan aransemen gubahan Gardika Gigih.

Penting untuk menjadi “kosong” akhir-akhir ini. Agar ekspektasi mudah dipenuhi, dan asumsi tidak membawa sakit hati. Maka hal itu yang saya lakukan saat tiba akhirnya di Studio PFN - Perum Produksi Film Negara. Selepas pemeriksaan ada areal terbuka yang disulap menjadi “Sarmal” singkatan dari Pasar Malam. Ada banyak jajanan dan tentu juga tenda sponsor, namun yang menarik perhatian adalah instalasi menara yang tak henti-henti memutarkan musik. Tak lama kemudian muncul tokoh “Tujuh” yang mengucapkan selamat datang pada penonton yang taat dengan pakaian hitam-hitam. Sungguh jika ini disaksikan oleh orang yang tidak tahu apa-apa, mungkin dikira kami yang hadir sedang melayat malam itu.

Disaat tokoh “Wanita Itu” muncul dan mengagetkan banyak orang, saya sendiri tak tahan lagi untuk mencoba semangkok bakso asli Malang yang terdapat diantara jajanan ibukota lainnya. “Wanita itu” memberikan kengerian sendiri selain tentu dandanannya, ternyata bau menyengat juga turut menyertainya. Saya bersyukur tak perlu ikut bergidik, karena aroma bakso malang lebih terasa dominan dihadapan saya.



Sekitar pukul 8 malam akhirnya “Tujuh” mulai menggiring penonton untuk masuk ke dalam gang, lalu memutar ke area depan, pintu masuk gedung pertunjukan. Di penghujung gang, seluruh kamera telepon pintar penonton yang hadir ditempel stiker merah. Saya kira ini adalah filter yang menarik untuk mengambil gambar dan video, namun sepertinya memang komitmen penyelenggara supaya tidak ada yang merekam apapun.

Memasuki gedung pertunjukan, saya cukup kaget. Mencoba menebarkan pandangan pada sekeliling ruangan, warna lighting merah mendominasi, tampak panggung dengan tiga tingkat, tampak areal FOH dibagian belakang, dan layar tak beraturan di sisi kiri dan kanan. Yang cukup mengganggu adalah dentuman musik elektronik membawa asumsi “kita sedang ada di underground rave party kah?”. Kelak dibagian penutup pertunjukan dentuman ini kembali hadir dan cukup lama terngiang-ngiang jika kita bertahan dalam ruangan pertunjukan.

Sebagaimana telah disampaikan bahwa dalam Pertunjukan Berhati : Memomemoria akan membawakan album “Berhati” sesuai tracklist dalam albumnya, maka seketika saat “Nyala” terdengar dan perhatian tertuju keatas panggung, tidak ada Sal Priadi disana, hanya “M” tokoh utama yang diperankan Syanindita Prameswari bersama tokoh “Abu Gray” dalam interpretasi lirik “Nyala” yang gelap tersebut. Sembari terkejut saat adegan seseorang jatuh dari atas atap, menghancurkan meja yang ada dihadapan “M”, penonton yang tercekat pun sibuk menjauhkan pandang dalam warna merah lampu yang mendominasi. Tampak Sal duduk sambil menggoyangkan kaki diatas FOH dibagian belakang sambil bernyanyi. Praktis sepanjang set, Sal memang lebih banyak “nangkring” disini ketimbang diatas panggung.


Selanjutnya saya larut dalam ingatan milik “M” yang menjadi benang perajut cerita Pertunjukan Berhati. “1-2 CHA-CHA” menjadi lagu yang genit melihat tokoh “Pria Itu” menari hingga bercumbu dengan tokoh “BO”. Penyesalan menjadi energi yang menyeruak pada lagu “Malam Malam, Ubud”, setelah perselingkuhan yang menjadi suasana sebelumnya. Penyesalan yang digambarkan dengan tumpahan anggur merah, sebagaimana terdapat dalam liriknya.

Penyesalan berujung pada kegalauan panjang “Pria Itu” yang akhirnya bermandikan hujan es krim pada lagu “Di Timur” dan “Melebur Semesta”. Kesal malam itu adalah “M” yang juga turut serta bermandikan es krim, memaafkan “Pria Itu”. Saya larut dalam sengkarut hubungan toxic “M” dan “Pria Itu” yang semakin menjadi-jadi. Meski ada pergolakan dalam “Kultusan” dan “Ikat Aku Di Tulang Belikatmu”. Maka saya sudah bisa membayangkan kemana arah kisah dua muda-mudi ini. Yup, mereka menikah dengan “Amin Paling Serius” dan berlanjut pesta pada satu-satunya nomer ceria dalam album “Berhati” yang berjudul “Dalam Diam”.

Tapi tetap saja ada yang mengganjal. Saya sih tidak puas kalau akan “happy ending” seperti ini. Sal akhirnya naik ke atas panggung, “Jelita” dinyanyikan bersama penonton yang hadir malam itu. Kisah “M” dan “Pria Itu” kembali tersaji dalam mood gelap. Hah kan?? Saya puas, pilihan “M” akhirnya berdampak pada dirinya. “...menemukan cara terbaik, menyembuhkan lukanya sendiri…” Suara serak Sal mewakili perasaan saya malam itu.



Pertunjukan malam itu ditutup tokoh “M” yang basah kuyup,digendong “Abu Gray” berjalan tanpa ekspresi. Lampu dimatikan dan gemuruh tepuk tangan bersambut ucapan terima kasih dari Sal Priadi. Malam itu menjadi malam yang tidak mudah dilupakan bagi banyak orang yang hadir. Pertunjukan Berhati : Memomemoria bukanlah konser musik tunggal. Ia menampilkan seni pertunjukan sebagai tulang punggung utama, tari kontemporer dan musik sebagai pengiringnya. Album “Berhati” milik Sal Priadi tak bisa lagi dimaknai sama oleh saya pribadi, “Amin Paling Serius” tak lagi terasa manis, tapi getir panjang tak berkesudahan. Terima kasih Sal Priadi telah membawa ruang baru interpretasi.

verdy