Melihat Kemapanan Legenda Indie Rock Jepang Asian Kung-Fu Generation di Jakarta

Oleh: luthfi - 24 Aug 2023 | Views: 23

Band indie rock asal Jepang Asian Kung-Fu Generation yang diisi oleh Masafumi Gotoh (vokal, gitar), Kensuke Kita (gitar), Takahiro Yamada (bass), Kiyoshi Ijichi (drum) sudah menjadi legenda di Jepang dan juga di seluruh dunia berkat partisipasi mereka mengisi lagu untuk berbagai macam anime super populer seperti Naruto, Fullmetal Alchemist, dan Bleach. Gaya musik mereka selalu bisa masuk ke dalam sebuah anime yang mereka isi dan menjadikan lagu yang mereka bawakan terus melekat ke animenya. Contohnya lagu yang bernafaskan post punk, lo-fi dan indie rock dengan riff ikonik seperti “Haruka Kanata”, “Rewrite”, dan “Re:Re:” yang identik dengan Naruto, Fullmetal Alchemist dan Boku Dake ga Inai Machi, power pop enerjik dengan unsur pop punk ala Weezer di era awal di “After Dark” yang identik dengan Bleach dan melankolia indie rock di “Solanin” yang selalu identik dengan komik berjudul sama.


Selain merevolusi lagu tema anime sehingga tidak lagi membosankan dan seru untuk didengar, band yang biasa dipanggil Ajikan ini juga mendapat status legenda berkat kecerdikan mereka meramu berbagai macam sound dari britpop, post punk, lo-fi, indie rock, alternative rock, post hardcore, pop punk, power pop dan surf rock ke dalam musik mereka. Mereka meramu sound tersebut dengan hook maut di bagian chorus dan riff gitar serta lirik yang simpel tapi bernas.


Wajar jika pengumuman kedatangan mereka ke Jakarta setelah menunggu sekian lama disambut antusias oleh penggemar mereka yang diisi oleh pecinta anime angkatan lama, pecinta anime Bocchi The Rock, para personil cover band yang mengisi panggung acara Jejepangan, serta penggemar musik Jepang yang memang ingin melihat sang legenda tersebut tampil secara langsung di depan mata dan telinga.


Penampilan perdana Ajikan di Jakarta dibawa oleh promotor KIG Live dan bertempat di Tenis Indoor Senayan pada hari Jum’at 18 Agustus 2023. Penonton yang datang memang penggemar tulen Asian Kung-Fu Generation dan juga penggemar anime bahkan ada penonton yang ber-cosplay Naruto dan Bochhi dari serial Bocchi The Rock saking ikoniknya lagu Ajikan dengan dua seri anime ini.


Pertunjukan dimulai pukul 20:00 WIB tepat dan langsung dibuka oleh “Senseless”, kehebohan pertama terjadi ketika mereka secara beruntun membawakan lagu andalan mereka seperti “Re:Re:” dan “Rewrite” yang dibawakan dengan gaya album “Sol-fa (2016)”. Penampilan mereka berlanjut di “Eastern”, “Shukuen” (yang merupakan lagu tema terbaru untuk Boruto), dan “Solanin” yang tentunya disambut oleh koor massal penonton. Setelahnya, Gotoh mengungkapkan bahwa ia sering mendapat permintaan dari penggemarnya tampil di Indonesia dan ia sangat senang ketika bisa mewujudkan impian para penggemar mereka dengan tampil di Jakarta. Ia juga sangat kagum dengan penggemar Indonesia yang terus bernyanyi.


Setelahnya mereka membawakan lagu legendaris di kalangan pecinta musik Jepang era 2000’an berkat kompleksitas drumnya yaitu “Blue Train”. Lagu yang mempunyai irama mirip dengan lagu math rock ini dibawakan dengan rapi dari segi visual dimana setiap bagian instrumen yang mereka mainkan mendapatkan penerangan sendiri dan mengikuti irama lagu.

Berikutnya mereka memainkan lagu “Marching Band”, “Blood Circulator”, “NGS” dan “Sore Dewa, Mata Ashita”. Keriuhan terjadi kembali di lagu “After Dark” yang membuat penontonnya berjingkrakan. Materi di album baru mereka yang penuh dengan lantunan surf rock dan power pop “Surf Bungaku Kamakura (Complete)” seperti “Nishikata Coast Story” dan “Demachiyanagi Parallel Universe” juga turut dibawakan. Beberapa lagu yang terdengar obscure bagi pecinta musik Jepang (tapi tidak untuk fans Ajikan) seperti “Kouya wo Aruke” dan “Ima wo Ikite” juga turut dibawakan. Sehabis lagu power pop mereka yang ikonik “Kimi to Iu Hana” dibawakan mereka sejenak turun panggung untuk kembali lagi menghentak dengan dua lagu pamungkas mereka.


“Lagu ini merupakan lagu yang paling banyak diminta untuk dimainkan oleh penggemar kami di Indonesia”, ungkap Gotoh sebelum Yamada memainkan riff bass pembuka legendaris untuk membuka lagu “Haruka Kanata”. Sontak para penonton langsung histeris dan menjadi liar sampai-sampai penonton ada yang berlari dengan gaya Naruto (atau biasa dikenal Naruto Run) sambil diiringi oleh Ajikan. Mereka menutup penampilan mereka dengan lagu indie rock santai “Korogaru Iwa, Kimi ni Asa ga Furu” (atau yang biasa dikenal dengan judul Inggrisnya “Rock’n Roll, Morning Light Falls on You) yang kembali populer di kalangan pecinta anime sekarang berkat dibawakan ulang oleh Kessoku Band dari anime Bocchi The Rock yang menjadi sensasi di penghujung 2022 kemarin.


Terlepas dari hingar bingar pencahayaan, euforia penontonnya yang larut akan nostalgia masa kecilnya, dan pelepasan hasrat setelah menanti sekian lama kuartet ini datang ke Indonesia ada berbagai macam hal yang bisa dirasakan ketika melihat Ajikan tampil.


Ajikan tampil di Indonesia bukan dalam kondisi prima dan puncaknya. Kondisi prima dan puncak dari band ini telah berhenti di album “Wonder Future” di tahun 2015 dan itu bisa terlihat dari kekuatan vokal Gotoh yang tidak mampu mencapai titik tertinggi seperti dulu akibat faktor usia (sangat terlihat di lagu cepat “After Dark”, dan “Haruka Kanata” dimana Gotoh hampir kehabisan nafas mengikuti beat lagu yang keras dan cepat) serta permainan mereka tidak seliar dulu. Materi pasca album “Wonder Future” begitu dominan dibawakan karena di album tersebut Gotoh tidak perlu bernyanyi berteriak sehingga ia dapat mengistirahatkan tenaganya sebelum digempur oleh lagu lama mereka yang menguras banyak tenaga.


Sama seperti saya melihat konser Rimpang milik Efek Rumah Kaca di tempat yang sama berminggu-minggu lalu, Ajikan dan ERK seolah termakan oleh energi lagu mereka sendiri di usia mereka yang tidak lagi muda. Bedanya adalah Ajikan masih mempunyai amunisi lagu upbeat dan masih konsisten bermain di indie rock sehingga melihat penampilan mereka di Jakarta kemarin bukan melihat sebuah band rock yang mengendur akibat usia tetapi melihat sebuah grup yang matang, tidak menggebu-gebu dan pasrah dengan kondisi mereka sekarang tanpa harus membuang identitas mereka sepenuhnya sebagai grup alternative rock. Seperti kebanyakan karya terbarunya yang berjalan santai dan tidak terlalu ambisius Ajikan adalah sebuah grup rock yang sudah mapan dan tidak perlu membuktikan apapun ke penonton baik itu di Jepang maupun di luar negeri seperti Indonesia. Pada malam hari itu mereka terlihat seperti paman yang tidak ingin menunjukkan sesuatu yang berlebihan ke sepupunya dan hanya ingin bersenang-senang sambil melepas rindu setelah tidak pernah bertemu selama ratusan purnama.
 

luthfi