CreativeDisc Interview With The xx: Bukan Lagi Band Minder

Oleh: welly - 19 Aug 2017

Band indie asal London, Inggris, The xx yang beranggotakan Romy Madley Croft (gitar, vokal), Oliver Sim (bass, vokal) dan Jamie Smith (beat, MPC, produksi) ini baru saja merilis album ketiganya "I See You", dimana ada evolusi visual dan musik yang penting. Ada kehangatan, ceria dan rasa percaya diri yang dulu kurang terasa di album terdahulu. Berikut obrolan CreativeDisc bersama The xx saat mereka berkunjung untuk ketiga kalinya di Singapura, tanggal 25 Juli 2017 lalu.

Q: Enggak semua band sering datang ke Singapura seperti The xx. Jamie xx bahkan juga sempat ke sini sebagai artis solo. Apa yang membuat The xx ingin kembali ke Singapura?

Jamie: Ketika kami tampil di berbagai negara, masyarakat lokal dan penonton konser kami yang membuat suatu tempat menjadi tak terlupakan. Semangat penonton Singapura selalu membuat kami ingin kembali.

Q: Album I See You lebih berani dan menghentak dibanding album-album sebelumnya. Namun menurut kamu ini justru refleksi yang jujur dari dirimu. Kenapa begitu?

Jamie: Menurutku, selain I See You memiliki lagu-lagu ceria yang pernah kami ciptakan, kami juga menghasilkan lagu-lagu paling jujur dan tulus. Kami mengalami gelombang emosi yang naik turun saat menciptakannya. Jadi ini merupakan pernyataan jujur tentang diri kami.

Q: Kita banyak melihat warna biru di cover album, video musik (terutama Sky), apa makna warna ini di dalam I See You?

Romy: Wah saya senang kamu memperhatikannya, karena itu memang disengaja. Ketika kami mulai mencari ide visual, yang saya sangat bersemangat dalam hal ini. Dulu secara visual kami terlihat berjarak dan dingin, sehingga muncul keinginan memasukkan cahaya alami dan kehangatan mentari di konsep yang sekarang. Rasa hangat dan keceriaan ini merupakan hal yang sebenarnya kami rasakan di balik pintu yang tertutup. Awan biru datang ketika kami bereksperimen dengan kaca dan pantulan. Kami ingin mendapatkan sinar mentari dalam pantulannya. Pastinya awan biru selalu ada saat matahari muncul. Warna biru di pantulan kaca terlihat sangat indah, sehingga akhirnya kami membuat segalanya tentang sinar matahari, warna biru dan kaca. Penggabungan tema ini adalah ekspresi diri saya terhadap album I See You. Yaitu lebih terang, hangat dan menandakan sebuah perayaan.

Q: I See You terasa lebih intim dan riang daripada album terdahulu. Apakah karena kalian merasa bersenang-senang saat menciptakannya?

Romy: Iya betul. Kurasa kami banyak bersenang-senang karena tidak lagi cemas dan tidak lagi takut memikirkan apa yang harus dilakukan serta harapan orang terhadap kami. Pokoknya bereksperimen, bikin musik yang kami suka dan enggak khawatir berlebihan memikirkan bagaimana memainkan musiknya di depan penonton. Itu menyenangkan sekali. Ya memang ada kesulitan membuat albumnya, enggak semuanya serba senan. Tapi dibanding album yang lain, aku sangat menikmati proses pembuatan I See You.

Q: Menurut kamu apa hal paling berani yang pernah dilakukan The xx?

Oliver: Aku ingat pertunjukan-pertunjukan kami paling awal. Aku enggak ingat dari mana keberanian untuk tampil di depan panggung itu berasal. Ini bukan sesuatu yang alami untuk kami. Kami adalah remaja yang pemalu dan minder. Tapi kami tetap tampil dan terus tampil sampai menjadi nyaman.

Q: Melihat masa lalu dan sekarang, apa perkembangan yang kamu rasakan sebagai musisi maupun manusia?

Oliver: Menurutku rasa percaya diri kami telah berkembang pesat. Selain karena kami lebih dewasa, band ini juga sangat membantu kami jadi lebih PD. Kami masih bukan orang paling PD yang kamu temui, tapi sekarang kami sudah jauh berkembang.

Q: Kalian sudah berteman hampir dua puluh tahun. Adakah masa ketika pekerjaan menjadi sulit karena kalian saling bersilang pendapat tapi takut mengkonfrontasi karena akan merusak hubungan pertemanan?

Oliver: Malah yang terjadi sebaliknya. Kami enggak berusaha menahan diri saat keadaan menjadi tegang. Tapi aku merasa lebih baik hal-hal yang enggak mengenakkan diucapkan jujur daripada berpura-pura baik-baik saja. Kami sudah kenal sangat lama, jadi kadang saling berasumsi daripada ngomong terus terang. Tapi sebenarnya kami sangat menghindari ini, dan lebih banyak bicara satu sama lain.

Q: Dari pengalaman kalian, apa hal paling sulit saat bekerjasama dengan sahabat?

Oliver: Tak diragukan lagi, pekerjaan menjadi tambahan beban dalam persahabatan kami. Sehingga kami harus tetap yakin bahwa persahabatan ini tetap ada dan enggak cuma sekadar The xx.

Interview by: Trinzi Mulamawitri

welly
More from Creative Disc