Album of The Day: Manic Street Preachers - Postcards From a Young Man

Oleh: welly - 22 Oct 2010

PhotobucketManic Street Preachers telah melewati banyak hal di dalam diskografi mereka dan juga hidup mereka. Band yang tidak pernah bongkar pasang personil ini (dan mudah-mudahan selamanya akan begitu, mereka hanya kehilangan Richey Edwards saja) menawarkan sebuah debut album yang penuh dengan semangat hard rock, the fury young dan rawk di “Generation Terrorists” (1992), mencoba sound rock yang lebih grungy dengan banyak pengaruh Amerika di “Gold Against The Soul” (1993). Menjadi yang tergelap di antara yang paling gelap di dalam sebuah album yang terepik dalam sejarah karir mereka yaitu di “The Holy Bible” (1994). Menjadi band yang menawarkan rock yang dramatis dan elegan di “Everything Must Go” (1996). Menjadi terkenal dengan menambah aroma adult di “This Is My Truth Tell Me Yours” (1998). Menjadi lebih mellow dan lebih berbalada dan melakukan eksperimen sound di “Know Your Enemy” (2001). Memakai lebih banyak keyboard dan synth juga mencoba untuk lebih pop rock di “Lifeblood” (2004). Kembali ke jalur rock yang bernyali di “Send Away The Tigers” (2007) dan memakai kembali hard rock dan juga lirik Richey di “Journal For Plague Lovers” (2009). Selama 22 tahun mereka sudah bermetamorfosa dari sebuah band yang selalu memainkan punk menjadi sebuah band rock yang dielu-elukan penggemarnya dan menjadi salah satu headliner di berbagai macam festival musik dunia. Setelah di album sebelumnya mereka memakai karya dari “the missing personell”, Richey Edwards kini mereka berdiri sendiri lagi dalam pengerjaan lirik di album terbarunya “Postcards From A Young Man”.

Trio yang digawangi James Dean Bradfield, Nicky Wire dan Sean Moore ini sudah menelurkan 10 album yang bisa dikategorikan sukses secara pasaran dan bagus secara kualitas. Influence yang mereka gunakan kali ini adalah “Heavy Metal Motown”. Di album terbaru mereka, mereka masih menawarkan music rock yang megah dan luar biasa dibarengi dengan lirik yang benar-benar kompleks dan menarik. Nicky Wire sang lyricist juga semakin pintar membuat perumpamaan di dalam setiap liriknya. Politik, hidup, hak hidup, internet, cinta, perang, keabsahan, hidup di era modern, pemerintahan, memori dan kehangatan menjadi topik utama di album ini. Judul “Postcards From A Young Man” sendiri diambil karena dulunya Nicky sering melihat konser Morrisey dan My Bloody Valentine dan ketika dia jatuh sakit ibunya Nicky menulis surat kepada dua band tersebut dan surat itu pun dibalas oleh My Bloody Valentine. Let’s check the album.

Pertama kali kita dihentak oleh “(It’s Not War) Just The End Of Love” [dikasih ke link reviewku yang terdahulu aja]. Lalu “Postcards From A Young Man” mengalun di telinga sesudahnya. Sepintas mendengar ini ada raupan “A Design For Life” di album keempat mereka. Lagu ini mempunyai chorus yang kuat dengan susupan energi orkestra dan sentuhan lembut piano dibarengi musik rock yang gampang dicerna dan nyaman di telinga, track ini bisa menjadi second single mereka dan mudah-mudahan jika itu terjadi lagu ini mendapat posisi yang lebih baik dari “(It’s Not War) Just The End Of Love” yang hanya terpentok di #28. Lagu ini menggambarkan seorang pria yang menulis cerita sehari-harinya yang berhubungan dengan cinta dan politik pada saat ia masih muda (tapi menurut saya lirik pada bagian reff ini seperti metafora akan pemerintah yang tidak mau mendengarkan pendapat rakyatnya) dan juga semangat hidup pantang menyerah dalam menjalani hidup (“I will not give up/and I will not give in”). “Some Kind Of Nothingness” mengajak pentolan Echo & The Bunnymen, Ian McCulloch. Lagu yang bernuansa balada ini benar-benar menyentuh hati dengan musiknya yang benar-benar menyayat tanpa terkesan cengeng. Suara McCulloch yang sepintas mirip dengan vocal Richard Ashcroft dari The Verve terasa indah bila ditandemkan dengan James dan membuat duet maut yang benar-benar membangun mood lagu. Liriknya juga benar-benar puitis dengan tambahan gospel choir di lagu ini membangun nuansa khusyuk dan menyentuh. Great track. Sampai-sampai salah satu media di Inggris menyebutkan bahwa tidak ada band selain mereka yang dapat membuat track ini di umur para personilnya yang sudah kepala 4.

“The Last Descent (Page 1 & 2)”, dipengaruhi oleh Britpop dengan bumbu orkestra dan juga bunyi drum yang marching di reff. Energi vokal dan distorsi gitar dari James mampu terjaga dengan baik. Intro yang bisa dikatakan sedikit mirip dengan lagu Suede “She’s In Fashion” dimunculkan di “Hazelton Avenue” mereka juga memasukkan unsur timur tengah di dalam lagu ini. Permainan gitarnya disini juga melodius dan mampu memancing crowd massa jika mereka memainkan lagu ini. Lagu ini merupakan rock 90’an akhir standar. Genjrengan gitar akustik memulai “Auto-Intoxication” (penyakit self-poisoning yang disebabkan oleh mikroorganisme endogen, limbah metabolik atau racun lainnya yg dihasilkan dalam tubuh), lagu yang bertema tentang pengekangan hak seseorang di dunia ini mempunyai alur lagu yang baik. Dimana nada yang cukup slow berjalan di awal, lalu masuk bagian reff energi lagu mulai ditunjukkan. Pada bagian setelah reff bagian pertama dimainkan terdapat cuilan riff gitar ala “The Holy Bible” dan bisa dikatakan lagu ini mirip dengan “Archives Of Pain” namun diperhalus dengan sehalus-halusnya sehingga terjadilah track ini. Lagu ini juga sedikit mengingatkan akan lagu “Journal For Plague Lovers”. Kadar musiknya rapi dan pas untuk telinga awam dengan vokal James yang sedikit mengecho di beberapa part. A rocking one.

Setelah digempur oleh alunan rock di 6 track awal, masuk kita ke “Golden Platitudes” yang mellow. Dentingan piano klasik membuka lagu ini lalu disahut dengan irama pop rock ballad yang menyentuh. Liriknya sendiri juga mengandung unsur dari puisi jika dicermat dengan baik. Permainan 12-string guitars dipraktekkan dalam pembukaaan “I Think I’ve Found It”. Lagu yang satu ini sedikit dipengaruhi oleh sentuhan rock 80’an akhir. Perhatikan lirik ini (“My letter was burnt but your words were wise”) dimana terkadang nasehat yang diucapkan secara lisan mampu mengalahkan nasehat yang diberikan secara kata-kata. Intro lagunya sendiri sedikit mengingatkan akan beberapa nada intro di “Australia”. Tandem mereka kali ini adalah Duff McKagan yang merupakan mantan basis dari band rock legendaries Guns n’ Roses. Lagu yang di awal mempunyai awalan akustik gitar sepintas terlihat kalem di awal, namun memasuki reff lagu nada hard rock pun dialunkan dan McKagan mampu melakukan perannya dengan baik dengan perpaduan yang (lagi-lagi) sempurna. Dimana Manic yang mempunyai dasar hard rock disempurnakan lagi dengan polesan McKagan yang notabene juga salah satu pentolan band hard rock. Lagu ini juga penuh amarah dan merupakan cerita mereka tentang kehidupan di dunia maya. Perhatikan lirik ini (“We found expression for our hate/Without any kind of consequence/Who needs patience anymore/When all our pleasure's virtual”) dimana cuplikan lirik tersebut benar-benar terjadi di kehidupan kita. Coba kita lihat dimana orang menyatakan rasa sukanya dan bencinya melalui situs jejaring sosial dan orang seenaknya mencaci maki dengan kasar di forum dan juga di jejaring sosial. James sendiri juga sangat menyayangkan anak muda sekarang yang rata-rata menderita autis akan Internet. Tapi di balik berbagai macam sindirian itu mereka mampu menjaga ritme lagu dan menyusun kata-kata dengan baik. “All We Make Is Entertainment” merupakan track terseru dan track paling rock di album ini. Pembuka yang bersemangat lalu disambung dengan ketukan yang berirama namun keras. (“All we make is entertainment/A sad indictment of what we're good at/We're all part of the grand delusion”) lirik lagu tadi seolah menyinggung tentang pemerintahan yang gagal dalam memakmurkan rakyatnya sehingga pemerintahan hanya bisa berjanji tanpa ada realisasi dan akhirnya rakyatnya menjadi bagian dari sebuah “grand delusion”. (“Please don't tell the nation of being exposed/It only confirms what we already know”) penggalan lirik di atas juga menyatakan bahwa terkadang kita hanya tahu sesuatu fakta atau kejadian dari pemerintahan melalui media yang terkadang menyimpan atau menutupi kebohongan yang tidak mungkin untuk diekspos. So many great lyrics inside this song. Mereka membawakan itu semua dengan sabetan musik yang keras tapi tetap menarik untuk dicoba dan berat. Cicip juga ending lagu ini dimana mereka memainkan instrumentalia dengan amat sangat bersemangat, menculik nuansa gitar Slash, dan nuansa lagunya yang rada mengawang dan megah. Kini giliran Nicky Wire sang basis yang mengambil alih vokal dari James di “The Future Has Been Here 4 Ever” dimana kualitas vokal Nicky benar-benar sangat bagus dibandingkan karya sebelumnya yang menjadikan Nicky sebagai lead vocal. Lagu ini bisa dibilang merupakan track rock yang santai dimana nada-nada disini gampang dicerna, tidak terlalu njelimet dan juga sedikit terpengaruh oleh musik R&B dan soul namun masih dalam koridor rock. Reff dan juga bagian verse akhir lagu yang memakai koor menambah manis lagu ini. Unsur saksopon makin menguatkan unsur R&B dan soul itu tadi. Dan penutup album ini “Don’t Be Evil”, merupakan sebuah penutup yang kharismatik dengan ciri yang juga cukup kuat. Sebuah penutup yang menarik untuk sebuah album yang luar biasa ini. Lagu ini juga cukup enak dan ringan untuk dicerna musiknya. Riff gitar di sini juga tough. Perfect closing song.

Manic Street Preachers kembali lagi menghadirkan sentuhan rock yang epic yang sekarang dicampur dengan unsur akustik, R&B flavor, orkestra, piano dan juga nuansa gospel choir yang dihadirkan juga disini. Untuk ukuran band Manic Street Preachers yang sudah memproduksi 10 album, album ini masih bisa dikatakan salah satu karya terbaik mereka dimana mereka menggabungkan elemen rock yang bernyali dengan banyak sekali bumbu didalamnya, lirik yang politis, surealis, sosialis, dan sarkastis dengan tambahan musik mainstream yang bisa cepat diterima di fansnya dan juga untuk pendengar umum. Dan untuk ukuran sebuah band, biasanya memasuki album 10 ke atas mereka sudah lari atau sudah kehilangan jati diri sebagai sebuah band. Hanya beberapa band saja yang mampu menjaga itu dan saya harap Manic Street Preachers juga begitu. Menurut fansnya album ini bisa disejajarkan dengan “Everything Must Go” namun di mata saya album ini tidak dapat disejajarkan dengan album keempat mereka itu. Namun esensi kemegahannya, energi rocknya, permasalahan liriknya dan juga pemilihian soundnya akan terasa sama seperti album itu. Mereka sendiri memasuki di usia band yang ke 22 tahun mereka semakin matang dan akrab, mudah-mudahan selamanya akan begitu sampai salah satu personil ada yang meninggalkan dunia ini.

Official Website Manic Street Preachers

(Luthfi / CreativeDisc Contributors)

Track List:

1. "(It's Not War) Just the End of Love" – 3:32

2. "Postcards from a Young Man" – 3:39

3. "Some Kind of Nothingness" – 3:52 (feat. Ian McCulloch)

4. "The Descent (Pages 1 & 2)" – 3:30

5. "Hazelton Avenue" – 3:27

6. "Auto-Intoxication" – 3:52

7. "Golden Platitudes" – 4:28

8. "I Think I Found It" – 3:10 (Lyrics by Bradfield)

9. "A Billion Balconies Facing the Sun" – 3:43

10. "All We Make Is Entertainment" – 4:18

11. "The Future Has Been Here 4 Ever" – 3:42

12. "Don't Be Evil" – 3:18

welly
More from Creative Disc