Depapepe dan Kyoto Jazz Massive Meriahkan The 36th Jazz Goes To Campus

Oleh: verdy - 03 Dec 2013

Ada yang berbeda dengan kampus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada hari minggu tanggal 1 Desember yang lalu. Bukan karena telah terjadi demonstrasi atau hal-hal lain yang identik dengan aksi mahasiswa, namun tempat yang sehari-harinya digunakan sebagai sarana belajar itu telah berubah menjadi lokasi bagi festival jazz tahunan tertua ke-dua di dunia. Benar, Jazz Goes To Campus (JGTC) kembali hadir untuk ke-36 kalinya dan bisa dikatakan kalau penyelenggaraan kali ini terbilang cukup fenomenal. Tercatat lebih dari 21 ribu tiket terjual habis, menjadikan kampus FEUI layaknya sebuah episentrum bagi penikmat musik ibukota pada hari itu.

Pasti ada alasan mengapa tiket sebanyak itu ludes terjual. Mungkin saja daya tariknya berasal dari jajaran pengisi acara yang cukup dinanti-nantikan pengunjung. Nama-nama seperti Raisa, Tompi, Tulus, atau Barry Likumahuwa boleh jadi merupakan incaran puluhan ribu pasang mata yang hadir pada saat itu, namun yang menjadi magnet utamanya tak lain adalah Depapepe serta Kyoto Jazz Massive.

Benar saja, ketika waktu menunjukkan pukul 18.15 WIB, pengunjung sudah mulai memadati area Telkomsel Stage untuk menyaksikan penampilan Kyoto Jazz Massive. Hujan yang mengguyur pun tampaknya tak menjadi halangan bagi pengunjung untuk menyaksikan duo asal negeri sakura tersebut. Dengan menggandeng dua vokalis bernama Vanessa Freeman serta Tasita D’Mour, Kyoto Jazz Massive menghadirkan tujuh buah lagu di antaranya adalah “Beautiful People”, “Shine”, serta “Love is Everywhere”. Namun sayangnya, penampilan grup musik yang mengombinasikan musik jazz dengan broken beat tersebut harus terganggu dengan kehadiran sekawanan laron-laron yang berlalu lalang di bawah lighting panggung. Walaupun demikian, tampaknya mereka tak terlalu perduli dengan kehadiran hewan melayang tersebut.

Dapat dikatakan Vanessa Freeman serta Tasita D’Mour sangat komunikatif dengan penonton pada malam itu. Seringkali mereka mengajak penonton untuk bertepuk tangan dan juga menyodorkan microphone ke sekerumunan penonton untuk bernyanyi bersama, terlebih mereka mengapresiasi orang-orang yang hadir pada malam itu karena rela menyaksikan Kyoto Jazz Massive di bawah guyuran hujan deras. Tetapi suguhan selama satu jam tersebut harus berakhir melalui lagu “Spirit of Love” yang diawali dengan kata-kata penutup dari sang DJ, Shuya Okino.

Selepas penampilan Kyoto Jazz Massive, kerumunan massa kemudian bergerak menuju BCA Stage yang terletak di belakang area festival. Sempat terjadi insiden kecil dimana jalan menuju stage tersebut sudah dipenuhi pengunjung dan menghambat jalan masuk sehingga terjadi aksi dorong-dorongan antar penonton. Namun, semuanya rela mereka tempuh hanya untuk menyaksikan headline yang sama-sama berasal dari Jepang, yaitu Depapepe.

Duo pengusung musik instrumental ini memang sudah dinanti-nanti pengunjung, bahkan ada yang sudah hadir di area stage ini sejak pukul 16.00 hanya untuk mendapatkan front row. Depapepe sendiri dijadwalkan tampil pada pukul 19.15, namun ternyata mereka memerlukan waktu lebih lama untuk sound check sehingga penampilan baru dimulai satu jam setelahnya. Sebuah grafik animasi ditampilkan sebagai pengiring masuknya Toku dan Miura ke atas panggung dan langsung “menghajar” penonton dengan lagu “SPUR”. Penonton bersorak dan segera mengeluarkan handphone untuk merekam aksi pertunjukkan mereka. Sungguh sebuah kebiasaan buruk penikmat konser di Indonesia.

Atraksi kembang api kemudian jadi suguhan Depapepe sebelum masuk ke lagu “UNION”. Toku dan Miura begitu bersemangat dalam memainkan gitarnya di bawah pencahayaan panggung yang sangat atraktif. Penonton mulai bersorak (lagi) ketika Miura berkata “sudah lama tak berjumpa, Depapepe cinta Indonesia!” sebelum memulai lagu “FLOW”. Penampilan selama satu jam tersebut diakhiri dengan nomor encore berjudul “Summer Parade”, sebuah encore yang akhirnya dilakukan oleh Depapepe setelah penonton berteriak “we want more! we want more!”.

Setelah penampilan duo gitaris tersebut, hampir seluruh penonton bergerak keluar dari area festival dan pulang menuju tempat parkir, menyisakan kampus FEUI terlihat sepi dibanding sebelumnya. Hal ini membuat saya bertanya-tanya dalam hati, apakah penonton pada malam itu memang hadir untuk menikmati musik jazz atau hanya sekedar ingin menonton Depapepe-nya saja? Sayang sekali apabila penonton bertindak seperti demikian, berbuat tindakan disrespect terhadap penyelenggara serta pengisi acara lain yang tampil setelahnya. Atau mungkin saja penonton tersebut pulang terlebih dahulu karena sudah lelah berdesak-desakkan dengan pengunjung lainnya? Bisa jadi benar. Mungkin hal-hal seperti ini yang perlu menjadi evaluasi penyelenggara serta penonton, namun tampaknya semua setuju bahwa helatan JGTC ke-36 kali ini memang terbilang sukses dan meriah.

Setlist Kyoto Jazz Massive

1. No Cross No Crown

2. Eclipse/Silent Messenger

3. Love is Everywhere

4. Shine

5. Feel It Your Soul

6. Beautiful People

7. Spirit of Love

Setlist Depapepe

1. SPUR

2. UNION

3. FLOW

4. Sorrow Violet

5. KATANA

6. Lahaina

7. Start

8. One

Encore

9. Summer Parade

Galih Gumelar (Creative Disc Contributor)

Photo by Addina Mahardhika

verdy
More from Creative Disc