admincd
Released by: Universal Music Indonesia
Nampaknya aliran musik soul dalam sub genre blue eyed soul memang menjadi sesuatu yang klasik dan disukai sebagai alternatif di tengah arus musik yang sedang popular. Sejak era Dusty Springfield hingga Texas dan mencapai puncaknya saat Amy Winehouse berjaya. Entah mengapa aliran soul ala Motown yang berasal dari Detroit, kota yang dikenal dengan nama ‘motor town’ – asal nama Motown- sebagai kota produsen mobil di daratan Amerika ini belakangan justru lebih popular dengan artis musisi dari Inggris, yang notabene berkulit putih. Di Amerika sendiri nampaknya hanya Cee Lo Green yang sukses dengan genre soul ini. Teori saya kemungkinan karena soul ala Motown ini dianggap oleh musisi kulit hitam Amerika sebagai sesuatu yang mudah dan kurang mengangkat sisi intelektual musik serta nuansa hitam (baca: emosi) dari kaum Afrika Amerika. Memang awalnya musik soul ala Motown yang digawangi oleh Berry Gordy Jr. dibuat oleh musisi kulit hitam untuk menjaring pendengar kulit putih. Itulah sebabnya notasi musiknya dibuat jauh lebih sederhana daripada sebagian aliran musik kulit hitam yang lebih nge-blues atau ritmik dan penuh improvisasi yang emosional bukan sekedar ornamentasi. Begitu sederhananya supaya terdengar kupinggenic, hingga Etta James pun pernah berkomentar, “ Kok mau-maunya Diana Ross menyanyikan lagu-lagu seperti itu.”
Aliran musik soul ala Motown ini rupanya kemudian diadaptasi oleh para musisi Inggris. Teori saya kemungkinan karena eksplorasi serta eksperimen mereka atas aliran pop dan rock telah mencapai titik jenuh. Jika titik kulminasi telah dicapai, apalagi yang dapat dilakukan selain mengerjakan musik yang lebih klasik, yang abadi. Pada kenyataannya di setiap dekade selalu ada saja hit beraliran soul ala Motown. Mulai dari Phil Collins dan Madonna di era 80-an hingga Westlife di awal millennium hingga Amy Winehouse di akhir dekade 2000. Dengan kesederhanaan melodi, beat yang riang, setiap single beraliran soul ini memang lebih kupinggenic hingga sukses merayu telinga pendengar dan membuatnya menjadi hit.
Kali ini salah satu musisi Inggris, namanya John Newman yang merilis album bernuansa soul berjudul Tribute. Newman nampaknya merasa kemampuannya melantunkan lagu terbatas sebagai sarana mengungkapkan kreativitasnya. Dalam salah satu wawancara ia mengungkapkan bahwa ia ingin menjadi penulis lagu, DJ dan seorang produser. Maka tak heran jika di album perdananya ini ia bertindak selain sebagai penulis lagu juga sebagai produser dibantu oleh Ant Whiting (M.I.A), Steve Booker (Duffy, Rebecca Ferguson, Jamie Cullum) juga Mike Spencer (Emeli Sande, Gabrielle Aplin, Ellie Goulding). Newman pernah mengunkapkan lewat menulis lirik lagu ia mampu membuka perasaannya karena dirinya adalah tipe orang yang memendam hal dalam hatinya sendiri.
Memiliki latar belakang sebagai anak –cukup- badung dengan orang tua yang berpisah, tinggal di kota kecil, Settle. Newman tampaknya memiliki kegelisahan yang menyulut gairahnya untuk bermusik. Dan ini bukan hanya tampak dalam musiknya. Tetapi juga bagaimana ia mengemas penampilannya, gaya berbusana hingga gaya menarinya. Dapat dikatakan ia termasuk penganut kesempurnaan dan penggila kendali. Dengan gaya yang klasik termasuk dalam hal aliran musiknya, ia mengungkapkan harapan supaya musiknya juga menjadi abadi, tak lekang dimakan waktu. Newman harus berjuang keras dalam memproduksi album ini dengan perusahaan rekamannya untuk mengganti penggunaan program komputer dengan pemain yang memiliki emosi serta kreativitas dan memainkan alat musik sungguhan.
Warna suara dan gaya bernyanyi Newman yang sedikit ngerock di album ini mau tak mau mengingatkan pada Plan B, rapper asal Inggris yang juga menerapkan gaya musik soul ke dalam albumnya di tahun 2010, The Defamation of Strickland Banks. Tapi lupakan saja hal itu, Newman menawarkan patah hati, kematian dan kesepian yang diimbangi dengan balutan tempo yang kencang dan riang.
Newman pernah mengalami patah hati karena ditinggal kekasih wanita yang tak tahan dengan perselingkuhan Newman. Hubungan yang terjalin sejak Newman berumur 15 tahun ini ternyata menimbulkan dampak yang kuat tercermin lewat lagu pembuka ‘Tribute’. Newman sendiri mengakui karena kejadian itu ia melalui proses kedewasaan dan sekarang menjadi pria baru, yang lebih setia dibandingkan dirinya dulu. Proses penyadaran akan kesalahannya di masa lalu itu tercermin lewat ‘Love Me Again’.
‘Loosing Sleep’ ini sedikit kontradiktif antara melodi dan beat yang riang dengan vokal Newman yang menyayat menyuarakan gelapnya malam, sulit memejamkan mata dibayangi kehilangan kekasih. Lagu ini tampaknya juga merupakan pernyataan kepedihannya ditinggal dua sahabatnya dalam kecelakaan. Dengan ‘Easy’ Newman mengungkapkan tak ada perjalanan cinta yang mudah untuk dijalani. Itulah sebabnya ia mendorong untuk berusaha lebih kuat mempertahankan keutuhan cinta lewat ‘Try’.
Sementara dalam ‘Out Of My Head Newman mengungkapkan deritanya kehilangan cinta. Berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya, lagu ini justru lebih bergaya pop balada dengan orkestrasi yang lengkap. Lewat ‘Cheating’ Newman menyatakan kemampuannya merayu dengan sinis. Seakan ia hendak menunjukkan jika kekasihnya berselingkuh seperti dirinya dulu, ia akan menerimanya kembali karena ia mampu mencintainya lebih. Dan mencintai lebih itu ditunjukannya lewat ‘Running’ - dalam gaya musik lebih modern - menyatakan kesungguhannya dalam mempertahankan cinta. ‘Gold Dust’ menceritakan tentang cinta sejati itu sulit diperoleh, kadang harus melewati air mata. Sementara ‘Goodnight Goodbye’ menyatakan penyesalan akan kesalahan sikap di masa lalu. Dan lagu penutup ‘All I Need Is You’ seakan menunjukkan semua perubahan kedewasaan dalam sikap itu tak akan berarti tanpa kekasih yang dicintai.
Rate the album:
[ratings]
(Timmy Malachi / CreativeDisc Contributor)
TRACKLIST
1."Tribute"
2."Love Me Again"
3."Losing Sleep"
4."Easy"
5."Try"
6."Out of My Head"
7."Cheating"
8."Running"
9."Gold Dust"
10. "Goodnight Goodbye"
11."All I Need Is You"
