Kodaline Memeriahkan Valentine Dengan Hati Yang Patah (Berkali-kali).

Oleh: welly - 01 Mar 2016

Siapa yang tidak mengetahui Kodaline? Band beraliran indie pop-rock ini muncul pertama kali melalui debut album EP pada tahun 2012 dan kemudian mencuri perhatian melalui album The High Hopes di tahun berikutnya. Ketika mengetahui mereka akan konser di Stockholm, Swedia segera saja saya mengosongkan jadwal di hari Valentine.

Malam belum juga beranjak ketika barisan orang yang mengantri sudah tampak di depan Berns, salah satu arena konser musik di Stockholm. Walaupun pintu baru dibuka pukul 7 malam lantas tidak menyurutkan semangat orang-orang untuk berdatangan. Saya dan seorang teman harus rela berdiri sambil terterpa suhu -2 derajat selama satu jam. Apapun dilakukan demi melihat penampilan Kodaline dari dekat.

Perlahan arena konser sudah dipenuhi oleh berbagai orang dari segmen umur yang berbeda. Tepat pukul 8 malam, penampilan The L.A membuka konser Kodaline. Untuk promo konser di Stockholm, memang tercantum ”guest star” special. Sayangnya banyak yang tidak mengetahui lagu-lagu atau band The L.A. Padahal musik yang mereka bawakan berada di ranah pop-rock yang sangat catchy.

Penampilan malam itu yang sangat ditunggu tentulah Kodaline. Ketika roadie The L.A selesai embereskan panggung dan berbagai instrumen bertajuk Kodaline terlihat diatas panggung, tak hentinya orang-orang berteriak dan menyerukan nama personil band satu-persatu. Wow. Tidak membutuhkan waktu lama Steve Garrigan, Vinny May, Jr., Jason Boland dan Mark Prendergast menjawab seruan tersebut. Track Ready yang diambil dari album Coming Up For Air dipilih sebagai pembuka. Pilihan tersebut ternyata tidak salah. Beat yang menghentak membuat seluruh pengunjung Berns seketika bergoyang. Seberapa pedekah Kodaline dengan setlist mereka?

Sedikit kehilangan jejak pada album yang dirilis tahun 2015 tersebut membuat saya sedikit takut dengan beberapa track yang tidak familiar. Tapi sepertinya praduga saya tidak beralasan. Aksi panggung Steve Garrigan sangat meyakinkan dan membuat kita ingin ikut terus bernyanyi bersama. Track jagoan saya, One Day justru dihadirkan sebagai lagu ketiga setelah Way Back Down! Betapa percaya dirinya mereka!

Pilihan setlist Kodaline malam itu hadir dari kedua album mereka. Lantunan Lost dan Autopilot hadir dari album Coming Up For Air. Tidak hentinya sing-a-long terus terdengar. Pada pertengahan konser Steve kemudian mengambil sebuah gitar akustik dan menyanyikan The One dengan nuansa yang berbeda. Sebelum menyanyikan lagu super romantis tersebut, dia mengeluarkan sebuah catatan yang ternyata nama dua orang yang bertunangan malam itu. Betapa beruntungnya mereka!

Selain gitar akustik, penampilan atraktif Steve juga didukung oleh gitar mini/ukulele. Ketika lirik Broken bottles in the hotel lobby/ Seems to me like I'm just scared of never feeling it again/ I know it's crazy to believe in silly things/ But it's not that easy mulai terdengar, semua orang lantas mulai bernyanyi bersama. Entah kapan konser yang berisikan sing a long dari track pertama sampai terakhir. Apakah salah menyebut Steve Garrigan sebagai magnet utama malam itu? Kepiawaiannya memainkan berbagai instrumen dan berkomunikasi dengan penonton adalah salah satu kuncinya. Belum lagi dengan keyboard andalan yang menjadikan musik Kodaline terdengar sangat khas.

Penampilan malam itu ditutup dengan All Comes Down yang memperlihatkan range nada falsetto Steve dan sedikit gimmick dengan membuat penonton menyanyikan reffrain secara bersahutan. Setelah Honest hadir sebagai lagu terakhir, Kodaline segera meninggalkan panggung. Tidak lama kemudian, gimmick standar konser hadir dan mereka kembali naik ke atas panggung. Bagaimana mungkin mereka menyelesaikan konser tanpa menghadirkan All I Want? Tapi sebelum track juara tersebut, terlebih dahulu Kodaline menghadirkan kejutan yang lain. Saya berharap Same Love dari Macklemore yang akan dinyanyikan, tapi ternyata Billie Jean kepunyaan Michael Jackson! Tradisi ini sepertinya telah berlangsung di setiap konser mereka, dimana versi cover sebuah lagu akan dihadirkan sebagai gimmick konser.

Malam itu pengunjung Berns pecah ketika reffrain All I Want mengalun dari atas panggung. Track yang membawa band asal Irlandia ini menjadi fenomena global. Penonton terus bernyanyi dan bergoyang mengikuti setiap nada seperti paduan suara yang khidmat. Entah apa yang ada di benak penonton malam itu ketika konser berakhir yang menyisakan lirik But if you loved me/ Why'd you leave me? Terngiang-ngiang di kepala. Ah, sungguh sebuah perayaan Valentine yang menyayat hati!

Teks by iQko

Photo by @dintannn

welly
More from Creative Disc