Album of The Day: Foo Fighters - Concrete and Gold

Oleh: luthfi - 02 Oct 2017

Entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal ketika Foo Fighters mengeluarkan album kedelapan mereka “Sonic Highways”. Mereka terasa terlalu ambisius dan tergesa-gesa sehingga lupa merupakan esensi rock n roll yaitu bersenang-senang tanpa harus terlihat terlalu megah atau berusaha keras agar mendapat perhatian dari khalayak umum dengan mengeluarkan album yang terlalu pretentius.

Setelah album kedelapan mereka selesai dikerjakan dan musibah yang menimpa kaki dari sang vokalis Dave Grohl mereka mundur sejenak dari hingar bingar distorsi gitar untuk menemukan apa arti Foo Fighters sebenarnya. Memang hal ini terdengar klise apalagi untuk band yang personilnya sudah mau memasuki kepala lima, telah mengeluarkan sembilan album, dan sudah mendapatkan semuanya sebagai seorang rockstar mulai dari penggemar yang setia dan lintas generasi sampai mendapatkan penghargaan bergengsi seperti Grammy Awards. Untuk menemukan arti tersebut mereka menjatuhkan pilihan ke tangan produser yang tidak pernah menangani band hard rock sebelumnya yaitu Greg Kurstin.

Greg yang merupakan personil The Bird & The Bee merangkap produser untuk Adele, Sia, dan Kylie Minogue. Sebuah pilihan yang aneh tetapi demi mencoba perspektif baru mereka melakukan hal tersebut dan hasilnya membuat Dave Grohl senang dan pendengarnya juga akan ikut senang dengan Foo Fighters dari produser yang sering membuat musik pop.

“Concrete and Gold” dibuka dengan “T-Shirt” yang seolah menunjukkan masa remaja Dave Grohl dengan hentakan progressive rock ala Electric Light Orchestra bercampur dengan Led Zeppelin. Pada “Run” mereka masih memainkan pattern ala Foo Fighters namun dibuat lebih menghentak dengan arsiran hard rock dan hardcore punk dengan vokal scream dari Grohl yang sangat impresif mengingat ia sudah berumur kepala lima. Hentakan pada “Run” sangat dinamis dan terus berbeda di setiap verse-nya menjadikan “Run” adalah track yang paling menyenangkan di semua single Foo Fighters yang pernah ada.

“Make It Right” yang menampilkan Justin Timberlake pada backing vocal memainkan permainan drum yang sangat cocok untuk menjadi pembuka lagu di arena besar dan berlanjut ke gaya post-punk yang groovy dengan sedikit cuilan new wave di dalamnya. “The Sky Is A Neighborhood” mencoba manuver Weezer dalam album “Pinkerton” dan Pixies dalam album “Doolittle” terutama dalam pemilihan lagu yang menyangkut tema sains dan kehidupan di angkasa yang mungkin terdengar cukup berat untuk telinga awam.

Arwah Black Sabbath dan Motorhead seolah merasuk di dalam lagu “La Dee Da” dengan memainkan hard rock murni dengan menyimpan groovy seperti dahulu kala. “Arrows” adalah “Best of You” dengan memainkan banyak reverb seperti layaknya band psychedelic. “The Line” memberikan pesan positif kepada para penggemarnya dengan balutan musik yang sesuai dengan temanya apalagi mereka menyanyikan lirik seperti ini di lagunya

“The tears in your eyes/ Someday will dry/ We fight for our lives/ Because everything's on the line/ This time”.

Permasalahan yang terjadi di album ini adalah terletak ketika mereka menurunkan semangat mereka yang menggebu-gebu ke arah medium dan mellow beat di awal seperti ketika mereka mengeksekusi lagu medium dengan pengaruh The Beatles pada “Dirty Water” meski sudah dibantu vokal dari Inara George dari The Bird & The Bee untuk semakin mencairkan suasana dan memakai gimmick di paruh kedua lagu yang berubah menjadi sebuah lagu progressive rock. Pada “Happy Ever After (Zero Hour)” mereka berubah memainkan musik folk ala Simon & Garfunkel dan Johnny Cash dengan sedikit arsiran country yang malah terdengar aneh karena ditambah dengan sound psycehedelic dengan kesan monoaural dan “Sunday Rain” yang terlalu panjang dengan mencampurkan britpop, The Beatles, serta dinamika progressive rock dan penutupnya “Concrete and Gold” terasa mengambang antara epik, megah, mabuk, dan membosankan.

Perspektif baru dari Foo Fighters di “Concrete and Gold” memang terasa menyenangkan meski tidak maksimal di beberapa sisi. Mereka berhasil memoles trademark hard rock mereka dengan gaya yang lebih baru dan variatif sehingga menghasilkan sesuatu yang belum pernah kita dengar sebelumnya pada Foo Fighters. Tetapi mereka terlalu kabur dan terjebak dalam perspektif baru yang mereka buat bersama Greg Kurstin seperti terlalu memakai gimmick psychedelic, monoaural sound, dan progressive rock yang hasilnya malah terdengar setengah jadi dan tidak maksimal.

Di balik semua itu, “Concrete and Gold” tetaplah sebuah album yang menyenangkan karena mereka mencoba hal yang baru, bermain tanpa beban, memainkan musik hard rock ke akarnya dengan polesan yang mantap, dan tidak ambisius dalam membuat albumnya seperti “Sonic Highways” yang terasa begitu ambisius dari judul single perdananya “Something from Nothing”. Dan mereka juga tidak usah capek-capek pergi ke delapan daerah yang berbeda kan untuk rekaman dan katanya mengambil suasana di masing-masing kota yang berujung keanehan di album mereka sebelumnya.

Tracklist:

1."T-Shirt"1:22

2."Run"5:23

3."Make It Right"4:39

4."The Sky Is a Neighborhood"4:04

5."La Dee Da"4:02

6."Dirty Water"5:20

7."Arrows"4:26

8."Happy Ever After (Zero Hour)"3:41

9."Sunday Rain"6:11

10."The Line"3:38

11."Concrete and Gold"5:31

luthfi
More from Creative Disc