Romantisme Konser ED SHEERAN di Jakarta

Oleh: rendy-salendu - 07 May 2019

Penantian panjang untuk menikmati penampilan Ed Sheeran secara live berujung manis saat digelarnya konser "Divide World Tour 2019" yang diselenggarakan pada Jumat 3 Mei 2019 lalu. Kedatangannya yang sempat tertunda 2 tahun lalu menjadi kekecewaan besar bagi para pecinta musik tanah air yang sudah tidak sabar menonton aksi panggungnya sejak kehadirannya menggebrak skena musik dunia lewat album perdananya berjudul "+" yang dirilis tahun 2011.

Berkat usaha besar 3 promotor ternama; PK Entertainment, Sound Rhythm dan AEG Presents, penyanyi sekaligus penulis lagu asal Inggris tersebut sukses digelar di stadion utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan dengan jumlah penonton fantastis, yaitu lebih dari 50.000 orang. Begitu kuatnya kharisma seorang Ed Sheeran lewat karya-karyanya yang mengundang kekaguman para penikmat musik di Indonesia, hingga stadion terbesar ketujuh di Asia tersebut penuh sesak. Pukul 8 malam lebih sedikit, sosok yang ditunggu-tunggu pun akhirnya muncul di panggung besar berukuran 24 x 17 meter. Aura kepuasan terasa menyeruak dibalik tepukan dan teriakan histeris penonton yang bisa menyaksikan idolanya hadir malam itu. Bermodalkan gitar akustik, Ed Sheeran tampil seorang diri tanpa band pengiring.

Dengan 'Castle on the Hill' sebagai pembuka, malam itu terasa akan menjadi momen istimewa yang tidak akan terlupakan semasa hidup. Sebelum melanjutkan ke lagu kedua, Ed menyempatkan diri untuk menyapa penonton seraya meminta maaf karena pembatalan yang terjadi tahun 2017, sekaligus mengucapkan terima kasih karena sudah setia dan sabar menunggunya, serta telah hadir untuk bersenang-senang bersamanya. Lalu, Ed melanjutkan dengan 'Eraser' yang menunjukkan kepiawaiannya dalam ngerap, serta 'The A Team' yang mendayu-dayu yang mengajak penonton kembali ke masa dimana Ed mengawali karirnya dari penyanyi jalanan yang belum dikenal siapapun. Tak lupa, Ed mengajak seluruh penonton untuk menyalakan senter di ponselnya yang menambah kesyahduan napak tilas karir Ed lewat lagu yang ditulisnya saat berusia 18 tahun.

Tak mau berlama-lama sendu, Ed kembali menaikkan ritme penampilannya dengan membawakan mash-up 'Don't' dan 'New Man', yang kembali memperlihatkan kemampuannya berkata-kata dengan tempo cepat. Selanjutnya, 'Dive' dipilih sebagai lagu berikutnya, yang membuat choir penonton membahana melantunkan syair "so don't call me baby, unless you mean it.." dan seterusnya dengan syahdu.

One-Man Show adalah konsep penampilan Ed Sheeran. Dan modal utamanya hanya terdiri dari 3 faktor. Vokal, gitar dan loop station. Poin terakhir merupakan teknologi yang sangat piawai digunakannya untuk merekam bunyi gitar serta vokalnya, dan dimainkan ulang secara playback untuk mendapatkan sound yang berlapis selama penampilannya. Dengan teknik tersebut, Ed bisa bernyanyi ditemani dengan musik yang beragam tanpa perlu menghadirkan alat musik pengiring. Dan itulah yang menjadi kekuatan Ed Sheeran untuk menunjang performanya dalam membawakan semua lagu. Tanpa backing track atau minus one, Ed selalu menampilkan semua lagunya secara live.

Kepiawaiannya menggunakan teknik looping diperlihatkan hampir dalam setiap lagunya. Terlihat sejak lagu pertamanya (Castle on the Hill), Ed beraksi dengan loop station di 'Bloodstream', kali ini dengan membuat layer vokalnya menjadi 2 lapisan sebagai intronya. Dan di 'Happier', Ed meningkatkan layer vokalnya menjadi 3 lapis.

Sebagai seorang penulis lagu, Ed telah menulis banyak lagu yang bukan hanya dinyanyikan olehnya sendiri, namun menjadi hits bagi banyak penyanyi lain. Contohnya, lagu yang ditulisnya tahun 2015 yang menjadi salah satu hits bagi penyanyi sekelas Justin Bieber. 'Love Yourself' menjadi salah satu daya tarik konser malam itu yang menjadi sasaran karaoke penonton. Di 'Tenerife Sea', Ed mengajak penonton untuk menikmati balada yang dibawakannya tersebut dengan seksama.

Ed sadar jika penggemarnya di Indonesian cukup lama menunggu kedatangannya, bahkan sejak album pertamanya diluncurkan. Karena itu, ia pun menghadirkan medley dari lagu-lagu yang diambil dari album pertamanya tersebut sebagai obat kangen. 'Kiss Me' dan 'Give Me Love' pun dibawakan sebagai medley, yang sontak disertai tepukan meriah penonton. Dan Ed pun bereksperimen dengan vokal penonton, dengan membagi penonton menjadi 2 bagian untuk bernyanyi secara canon mengiringinya. Setelahnya, 'Galway Gal' dibawakan dan disambung 'I See Fire' yang merupakan soundtrack dari film The Hobbit: The Desolation of Smaug.

"Lagu-lagu yang tadi ditampilkan baru pemanasan, berikutnya adalah konser sesungguhnya. Jika kalian tidak mengetahui liriknya, kalian mungkin berada di konser yang salah." pungkas Ed sambil tertawa seraya memainkan intro 'Thinking Out Loud', yang menjadi awal dari rangkaian lagu-lagu sing-along yang sudah ditunggu-tunggu sejak awal, bahkan sejak konser "Divide World Tour" diumumkan akan mampir ke Jakarta. Berikutnya, 'Photograph' dimainkan dengan antusiasme yang sama dari penonton yang ditandai suara penonton yang membahana. Puncaknya ada pada 'Perfect' yang membuat bulu kuduk merinding mendengar 50.000 orang lebih menyanyi anthem bagi pasangan yang sedang jatuh cinta. Hati pun terasa terkoyak-koyak mendengar alunan suara tenor Ed yang melantunkan 'When your legs don't work like they used to before..." hingga seterusnya. Suasana pun berubah menjadi romantis dengan tiba-tiba (bahkan bagi yang datang sendiri dan tanpa pasangan).

Lepas dari atmosfir mendadak romantis, Ed menaikkan ritmenya dengan menyanyikan lagu yang menjadi tribute untuk kakek dan neneknya, yang berjudul 'Nancy Mulligan', lagu bernuansa Irlandia yang menghentak dan mengajak untuk bergoyang menghilangkan sementara ngenes-nya 'derita jomblo' setelah rentetan lagu bertema cinta dua sejoli. Setelahnya, 'Sing' menjadi lagu 'terakhir' yang mengiringi Ed turun dan menghilang dari panggung.

'Shape of You' terpilih menjadi lagu encore pertama yang dibawakan, setelah Ed kembali naik keatas panggung dengan berganti kostum timnas Indonesia berwarna putih, yang langsung disambut riuh penonton. Ed pun kembali mengajak penonton bergoyang menikmati alunan lagu tersebut. Sembari mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas keriaan dan sambutan yang luar biasa dari penonton terhadap dirinya, Ed menutup rangkaian konsernya malam itu dengan 'You Need Me'.

'You Need Me' menjadi penutup konser perdana Ed Sheeran di Jakarta yang pas. Bukan karena lirik lagunya, namun karena beat-nya yang riang dan temponya yang cepat, sehingga tetap menjaga pace penonton tetap tinggi hingga akhir.

Totalitas Ed Sheeran menampilkan setiap lagunya membuat batin berteriak "we don't deserve you", layaknya komentar netizen yang sedang terpana dan kagum terhadap idolanya. Puas dengan semua hits-nya yang dibawakan (meskipun saya sangat sedikit kecewa karena 'Lego House' dan 'Drunk' tidak masuk dalam list-nya) yang menjadi sasaran empuk olah vokal lewat kursi penonton. Ed pun sangat interaktif terhadap penontonnya. Ia tidak menyia-nyiakan energi penonton yang meledak-ledak dan menyanjungnya sebagai seorang superstar, dan ia pun mengembalikan energi yang sama lewat setiap lagu yang dibawakannya. Meskipun ia hanya seorang diri di panggung, namun Ed berhasil memukau penontonnya. Dibarengi dengan tata cahaya panggung dan visualisasi yang berbeda di setiap lagunya, menambah kemegahan penampilannya. Dengan kemampuannya bernyanyi, mencipta lagu dan bermain musik, Ed Sheeran is definitely one of the best, talented musicians out there yang konsernya layak dimasukkan dalam daftar bucket list. Tidak ada kata sia-sia setelah menggelontorkan dana yang cukup besar untuk menyaksikan konsernya, karena Ed Sheeran memberikan memori yang pantas untuk dikenang seumur hidup.

Bayangkan kepuasan menenggak es teh manis setelah seharian berpuasa, begitu pula yang dirasakan selepas menyaksikan Ed Sheeran setelah sekian lama menunggu kedatangannya yang sempat tertunda tersebut.

Setlist:

Teks: Rendy

Photo: Official

rendy-salendu
More from Creative Disc